Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Tangis Ibunda Siswa SD yang Dijegal Teman hingga Diamputasi, Kecewa dengan Respons Guru

Annisa Afani   |   HaiBunda

Jumat, 10 Nov 2023 16:26 WIB

Asian teen boy standing in backyard at home, leaning head against wall, hand cover face, feeling depressed and frustrated. Evening light cast shadow on wall.
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Jatuporn Tansirimas

Kasus pembully-an di sekolah masih menjadi perhatian publik. Kini, masalah yang dialami oleh F (12) hingga harus diamputasi terus menyorot perhatian publik.

Sang ibunda bercerita bahwa putranya sudah jelas-jelas mengalami kekerasan di sebuah SD negeri di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Namun, di pihak lain ada yang menyebut hal tersebut hanya candaan anak-anak.

Sebagai seorang bunda, Diana menjelaskan bahwa kronologi yang terjadi tak menunjukkan itu sebuah candaan. "Kalau konteksnya bercanda, mereka happy, tertawa bareng, dan mungkin posisi anak saya siap, saling berhadapan," ujarnya saat diwawancara dalam acara Close The Door.

"Tapi yang terjadi adalah dia tidak tahu dislengkat (dijegal) dan ini posisinya sedang berjalan santai," sambungnya.

Bunda Diana kemudian menjelaskan bahwa saat itu sang putra sedang berjalan untuk membeli makanan. Jegalan terjadi dari belakang, kemudian membuat F terjatuh.

Hal yang membuat Diana semakin yakin itu merupakan sebuah pembully-an karena adanya ancaman. Pelaku yang disebut sebuah geng beranggotakan 5 orang ini sempat mengancam F agar tak mengaku pada guru maupun orang tua.

"Pas jatuh, mulai lah itu pembully-an itu, perkataan itu. Perkataan, 'Jangan ngadu', 'Kalau ngadu dasar anak mama', 'Enggak sakit digituin doang kan badan lo gede', 'Awas jangan ngadu ke guru', 'Cepu'. Jadi ya ada ancaman-ancaman," katanya.

F sendiri tak tahu bahwa saat itu ia sudah menjadi korban bully, Bunda. Saat menceritakan omongan teman-temannya tersebut, barulah ia menyadarinya.

"Dia enggak tahu, 'Oh itu dibully ya, Ma?'," kenang Diana.

Lebih lanjut, Diana juga membeberkan bahwa perilaku tak terpuji dari anak-anak tersebut sudah terjadi berkali-kali. Hal ini pun diungkap oleh F setiap kali ia mendapat omongan jelek.

"F itu anaknya aktif, dia suka tampil dalam kelas atau acara sekolah. Setiap tampil dia selalu bicara ke saya. 'Ma aku dikatain, ma. Sok ganteng, sok pinter, gendut item'," bebernya.

Adukan ke wali kelas

Setelah dijegal dan mengalami pembengkakan pada lutut, F sempat tak mau masuk sekolah. Selang empat hari setelahnya, barulah ia kembali masuk kelas menggunakan kruk, kemudian disusul ibunda ke sekolah.

Saat bertemu dengan wali kelas, Diana mengaku tak dapat perlakuan yang selayaknya. Bukannya membawa ia masuk ke dalam kelas, justru mengarahkannya ke luar sambil mengatakan kalimat tak seharusnya.

"Sambil diarahin keluar kelas, 'Oh iya F sudah cerita. Pastilah orang tua (anak pelaku) tahu sakitnya seperti apa, mereka orang medis dan hukum'. Seperti itu," kenangnya.

Tapi Diana tak berhenti sampai di sana. Ia terus melaporkan kondisi sang putra setiap kali diperiksa hingga diindikasi mengalami kanker tulang.

"Setelah ada indikasi kanker tulang, saya lapor ke wali kelasnya. "Ah masa sih? orang itu cuma dislengkat doang'," tuturnya menggambarkan reaksi sang wali kelas yang juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah.

Teruskan membaca di halaman berikut ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 


KASUS DALAM PENYELIDIKAN

Ilustrasi amputasi

Ilustrasi amputasi/ Foto: Getty Images/KAMPUS

Diana pun tak habis pikir dengan respons sang guru. Seolah-seolah, menjadikan kondisi yang dialami sang putra hanya masalah kecil dan berupa candaan.

"Jadi saat guru bilang itu cuma bercandaan, rasanya kok semakin parah dunia pendidikan," katanya sambil menangis.

"Saya harap dunia pendidikan dibenahi setelah kasus F, supaya tidak ada F-F lainnya," katanya lagi.

Banner Kalimat Pantangan untuk Anak

Saat ini, F masih berada di rumah sakit dengan kondisi tubuh yang baru, kakinya diamputasi agar penyebaran kanker dapat diberhentikan. Selama mendapat perawatan, Diana mengaku selalu menangis melihat fisik anaknya sekarang.

F juga disebut semakin jarang bicara hingga sulit makan. Setiap hari, Diana terus berusaha untuk membangun mental F agar tetap semangat.

"Kondisinya sekarang enggak mau banyak bicara, enggak mau makan harus dibujuk. Saya harus menguatkan mental anak saya biar dia semangat. Dia bilang, 'Mama aku jadi enggak bisa kerja bantuin mama, mama mau sampe kapan kerja buat aku?' Dalam kondisi seperti ini masih memikirkan saya..." tutur Diana tak kuasa menahan isak tangis.

Kasus dalam penyelidikan

Kejadian F dijegal oleh teman sekolahnya berlangsung pada Februari, Bunda. Diana sudah melaporkan kasus ini ke polisi pada Maret namun berjalan dengan sangat lambat hingga menjadi viral di media sosial.

Mengutip detikcom, polisi sebut kasus ini naik ke tahap penyidikan. "Untuk kasus tersebut saat ini kita sudah menaikkan status dari penyelidikan ke penyidikan," kata Kasi Humas Polres Metro Bekasi AKP Hotma Sitompul.

Ia menyebut total enam orang saksi sudah diperiksa. Segera pihak kepolisian akan melakukan gelar perkara penetapan tersangka. "Setelah naik penyidikan, penyidik akan segara memanggil saksi-saksi. Setelah saksi cukup, akan dilakukan gelar perkara untuk menetapkan tersangkanya," ujarnya.

Dalam kasus tersebut, lanjut Hotma, pihak kepolisian memperhatikan sistem peradilan anak karena pelaku dan korban sama-sama melibatkan anak di bawah umur. Lebih lanjut Hotma meminta sekolah dan orang tua proaktif memantau anak-anak agar kasus perundungan tidak terulang.

Kementerian PPPA Bergerak

Perwakilan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menjenguk F ke rumah sakit. Di sana, pihak PPPA juga bertemu dengan Diana.

"Tim kami telah mengunjungi anak korban yang telah diamputasi kakinya. Tim juga bertemu dengan orang tuanya di rumah sakit," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar.

Nahar menyebut kasus perundungan ini tengah diselidiki oleh pihak kepolisian. Dia mengatakan polisi telah memeriksa korban, ibu korban, terlapor anak, dan orang tua terlapor anak.


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda