Jakarta -
Saat si kecil telanjur lengket dengan
gadget-nya, kadang bikin khawatir ya, Bun. Tapi jangan pusing sendiri, Bun. Selalu ada cara untuk memperbaiki suatu hal.
Oke, kemarin-kemarin kita mungkin gampang banget ya memberikan gadget pada si kecil. Mulai detik ini juga kita harus berkomitmen, Bun, untuk nggak menjadikan gadget sebagai pengasuh si kecil.
Akibat dari gadget yang jadi pengasuh si kecil adalah si kecil gampang tenang saat gadget di tangan. Tapi negatifnya, kadang si kecil jadi sangat lekat atau bahkan mungkin kecanduan gadget. Kalau nggak dipenuhi keinginannya untuk memegang gadget bisa kesal luar biasa.
Menurut psikolog anak dan keluarga, Amanda Margia Wiranata, kita bisa mulai dari menerapkan jadwal pemakaian gadget pada si kecil nih, Bun. Kalau kemarin-kemarin si kecil bebas kapan saja pakai gadget, sekarang kita batasi misalnya satu jam sehari.
Kalau sudah bisa diterapkan pemakaian gadget satu jam sehari, kita bisa mulai menguranginya lagi hingga setengah jam dalam sehari. Sudah berhasil, Bun? Nah, saatnya kita kurangi lagi waktu pemakaian gadgetnya yakni hanya di saat weekend saja.
Kata Amanda, saat kita mengambil gadget anak, hendaknya diberikan juga kegiatan non-gadget yang menyenangkan. Jadinya anak nggak selalu ingat dengan gadget-nya. Biasanya nih, Bun, hal paling menyenangkan buat anak untuk lepas dari gadget adalah dengan bermain. Karena itu, yuk kita main bareng anak.
"Dengan begitu dia lupa bahwa sedemikian menariknya main sama orang tuanya seperti ngobrol sama anak, bacain cerita dan banyak lagi," kata Amanda dalam seminar 'Peran Orang Tua di Era Digital', di Menara Standard Chartered, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Gadget memang nggak sepenuhnya negatif. Asal digunakan sesuai peruntukannya, anak bisa juga mendapatkan manfaat. Hanya saja, kadang suka kebablasan ya, gadget digunakan sebagai pengusir bosan, bukan untuk menambah informasi.
Efek negatif gadget antara lain membatasi kemampuan sosialisasi dan motorik anak. Kalau keseringan bergaul sama gadget, kemampuan menulis anak juga berkurang. Karena itu Amanda menyarankan agar kita kreatif membuat mainan sendiri dari bahan bekas dan lainnya bersama anak ketimbang main gadget.
Kalau lebih akrab sama
gadget ketimbang sama orang tuanya, nanti saat remaja, anak akan cari figur orang lain dan bisa jadi terjerumus ke hal buruk. Selain itu kalau anak kelamaan main gadget kasihan matanya, Bun.
Untuk memudahkan aturan pembatasan gadget, kita perlu juga bikin aturan di rumah dan jangan memfasilitasi gadget dalam kamar seperti ada televisi, laptop, dan sebagainya. Hal kayak gini yang bikin anak betah di kamar dan nggak mau keluar, Bun. Eh tapi nggak cuma di kamar anak ya, Bun. Baiknya di kamar kita juga berlaku sama.
Yang nggak kalah penting, kita dan suami harus satu suara dan satu komando untuk menerapkan aturan ini. Pun saat mentransfer aturan tersebut ke orang lain di rumah. Soalnya tanpa konsistensi, upaya kita akan sia-sia nih.
(aml)