Jakarta -
Sedikit cerita ya, Bun. Aku sama suami dahulu satu kampus, tapi beda jurusan. Sudah hampir satu tahunan, dahulu itu suami
caper alias cari perhatian setiap ketemu.
Hahahaha. Dasar akunya saja yang enggak peka. Sampai akhirnya dia 'nembak' di depan Masjid kampus. Kelabakan
donk. Akhirnya aku cuma bilang, "Butuh waktu mas. Enggak tahulah. Soalnya enggak
ngeh juga."
Sungguh dia orang yang sabar.
Hahaha, menghadapi aku yang cerewet sekali. Setelah lulus dari kampus, ia langsung bekerja dan aku masih status mahasiswa tingkat akhir. Aku kira hubungan kami enggak bakal lanjut. Eh ternyata support-nya istimewa. Alhamdulillah 2012 aku lulus.
Pas momen bulan Februari di tahun 2013, aku diperkenalkan sama Bapak Ibunya. Aku kira kejutannya cuma sampai di situ saja. Eh tahunya, pulang dari rumah dia, kami mampir beli makan. Aku enggak tahu kapan dia
nyemplunginnya. Pas aduk makanan, ada cincinnya. Duh Gusti.
Meweklah aku. Untung enggak
ketelen.
Hahahaha. Selama jalan bareng baru momen itu berasa dia romantis sekali sambil bilang, "Dek, jadi istriku ya? Ibu buat calon anakku? Mantu buat Bapak Ibuk aku. Bagaimana dek?"
Speechless donk...karena terharu, senang dan malu karena banyak orang melihat. Akhirnya, soon jawab,"Ya mas." Seketika juga dia telepon Bapakku bilang,"Saya jadi lamaran resmi Pak. Lusa ya dengan keluarga. Anaknya bilang mau Pak." Dari seberang terdengar suara Ayahku, "Alhamdulillah, tak tunggu ya nak sama keluarga. Selamat ya."
Shock dong aku karena ternyata dia sudah lebih dahulu melamar ke Ayahku. Ayahku bilang semua tergantung aku nanti.
Enggak pakai drama-dramaan sampai akhirnya SAH. Alhamdulillah sekarang sudah berempat. MeskipunÂ
Long Distance Marriage (LDM), kami sama-sama
fight. Semoga bisa menginspirasi.Â
(Kisah Bunda Nugraheni AKDÂ di Jakarta)Bunda yang ingin berbagi kisah seputar rumah tangga dan parenting di Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di [email protected] Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. dengan subjek Cerita Bunda. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya. (som/som)