Jakarta -
Di tahun 2010, aku hamil anak pertama. Semuanya berjalan baik-baik saja sampai saat usia kandunganku masuk umur enam bulan. Ibuku sedang datang membantu tetangga depan rumah yang sedang hajatan. Tiba-tiba aku kaget, ular masuk ke kamarku. Panjangnya kurang lebih 1 meter dan diameter kurang lebih 3 cm.
Dengan rasa takut kupanggil ibu. Ibu pun pulang dan karena ibu orangnya berani, tanpa ragu ibu membunuh ular itu dan menguburnya. Anehnya, selang beberapa hari setelah ular mati, badanku terasa enggak enak.
Takut terjadi apa-apa dengan kehamilan, aku segera cek ke klinik. Saat diperiksa bahkan sudah dicek darah, tak ada apa-apa. Selama kurang lebih 1,5 minggu badanku
tereasa (kalau orang bilang
ngerentek,
tak keru-keruan). Curiga kondisi enggak membaik, ibu membawaku ke seorang ustaz.
Aku diberi minum air putih dan disuruh membaca Istighfar. Alhamdulillah setelah itu aku sembuh. Tapi, beberapa hari sesudahnya gantian ibu yang 'tumbang'. Dia merasa keluhan yang sama denganku.
Badan tak jelas rasanya dan tiap pulang mengajar PAUD, ibu selalu seperti orang lemas. Tak bertenaga dan lemah sekali. Coba ke dokter, sama saja denganku. Sudah dicek laboratorium pun tak ditemukan kelainan apapun.
Sama denganku, ibu lantas pergi ke seorang ustaz yang juga guru ngaji di tempat tinggalku. Katanya, memang ini ada hubungannya dengan ular itu. Ibu dan aku lantas diminta untuk terus beristighfar sampai kami benar-benar badan ini pulih.
Alhamdulillah saat lahir anakku enggak apa-apa. Dari yang aku alami, aku pesan ke para Bunda dan keluarga untuk tak mudah membunuh binatang terutama saat ada anggota keluarga yang lagi hamil. Awalnya aku memang percaya enggak percaya. Tapi, inilah yang aku alami. Semoga bisa jadi pelajaran untuk para Bunda sekalian.
(Kisah Bundai Emmi di Banyuwangi)Bunda yang ingin berbagi kisah seputar rumah tangga dan parenting di Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di [email protected] Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. dengan subjek Cerita Bunda. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya. (rdn/rdn)