Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Perjuanganku Daftar Anak Sekolah Lewat PPDB, Sampai Mulas dan Deg-degan

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 15 Jul 2020 19:14 WIB

Woman using laptop sitting at office
Ilustrasi/ Foto: Thinkstock
Jakarta -

HaiBunda, perkenalkan namaku Yani. Aku ingin bercerita soal perjuanganku mendaftarkan anak sekolah. Cukup bikin aku mulas dan deg-degan. Hehehe.

Awalnya aku lega anakku lulus SD. Tapi di sisi lain aku sedih karena dibilang "Angkatan Corona". Padahal orang tua murid sudah menabung dari awal semester untuk perpisahan anak-anak kelas 6 ke Yogyakarta, akan ada acara wisuda beserta orang tua juga. Tapi kondisi kayak begini jadi enggak memungkinkan.

Setelah anakku lulus SD, mulanya aku berpikir memasukkan anak ke SMP negeri atau swasta. Anakku sendiri lulusan Madrasah Ibtidaiyah Negeri.

Nah, babak baru dimulai nih untuk pencarian SMP. Jujur aku sama suami sudah mulai browsing sana sini. Awalnya suami ingin memasukkan anak ke pesantren. Tanya-tanya deh ya, pesantren A, B, C. Browsing sana-sini. Tapi aku maunya anak masuk SMP saja. Emaknya enggak tega kalau ke pesantren. Hehehe.

Belum kepikiran negeri juga karena sudah pesimis lebih dahulu karena kayaknya prosesnya ribet. Akhirnya aku mulai browsing SMP Islam swasta. Sudah beli formulir via online tiga SMP Islam.

Nah emak-emak di grup WhatsApp kelas 6 mulai sounding mau ada PPDB untuk MTsN. Cari tahu sana-sini, nah kayaknya anakku mau aku daftarkan PPDB via online juga.

Di PPDB Madrasah Negeri ini, ada jalur prestasi, jalur madrasah, jalur reguler, dan jalur mandiri. Aku coba deh masuk PPDB Madrasah, tapi pakai jalur madrasah-reguler dan mandiri. Eh ini kegeser semua. Nilainya tinggi-tinggi semua. Antusiasme masuk ke madrasah banyak juga ternyata yang daftar. By the way, aku pilih MTsN yang notabene unggulan dan dekat rumah.

Tapi ternyata saingannya banyak. Padahal masih dapat nilainya kalau pilih MTsN daerah yang lain. Tapi mikir lagi karena terlalu jauh dan kayaknya dari fasilitas enggak sebagus di MTsN yang ini.

Hopeless deh, tapi ternyata memang anaknya enggak mau masuk Madrasah lagi karena banyak hapalannya. Hehehe. Anakku maunya masuk SMP Negeri. Lalu aku paralel yang SMP Islam swasta juga on progress untuk jadwal tes nih. Oke, then sudah dimulai jadwal PPDB Online untuk SMP Negeri di DKI dan Tangsel.

Tadinya aku pikir ini rempong, tapi lihat chat emak-emak grup kelas 6, kayaknya pada semangat ikut PPDB ini. Bukan tanpa alasan, dalam keadaan ekonomi dan pandemi seperti ini, orang tua prefer milih ke sekolah negeri.

Dan gongnya, ketika aku merasa PPDB ini rempong, teman SMA ku chat menyarankan agar anakku masuk sekolah negeri saja. Aku baca-baca lagi dong petunjuk PPDB SMP negeri. Akhirnya tekad sudah bulat, berjuang sampai dapat. Aku mendaftarkan anakku ke PPDB DKI dan Tangsel. Di saat aku pikir baca petunjuk sudah benar, ternyata aku malah salah. Duh.

Jadi aku sudah bikin pengajuan daftar akun dan dapatlah untuk daftar. PPDB Online DKI ini ternyata ada berbagai macam jalur, yang afirmasi, inklusi, zonasi, prestasi, tahap akhir, dll. Oke, Kartu Keluarga (KK) aku Tangsel dan mau daftar PPDB Online DKI kan ya. Aku pilih jalur zonasi waktu itu, karena kupikir zonasi itu jarak terdekat rumah ke sekolah.

Pas jadwal zonasi dibuka, login sudah masuk, ketika milih sekolah ternyata enggak bisa-bisa. Ini kenapa sih gagal terus. Gregetan. Terus aku chat temanku. Dia bilang, "Ya iyalah sampai kamu pingsan enggak akan bisa pilih jalur zonasi. Kan itu untuk KK DKI walaupun sekolahnya dekat rumahmu." Mendengar penjelasannya, aku pun tak kuat menahan tawa. Hehehe.

Kemudian aku coba juga PPDB Tangsel. Ini bisa pilih zonasi. Tapi suami kurang sreg kalau di Tangsel. Anakku enggak jadi daftar.
 Aku baca lagi petunjuk PPDB dan ternyata anakku bisa ikut di jalur prestasi luar DKI. Which means yang KK-nya bukan DKI bisa ikut di jalur ini, dengan bersaing berdasarkan total nilai rata-rata kelas 4,5, dan 6 dikalikan nilai akreditasi sekolah.

Oke, sambil nunggu jalur itu buka, aku juga coba jalur Tangsel saja deh walau suami kurang sreg dan lebih prefer DKI. Mamak enggak mau rugi coba berbagai kesempatan lah ya. Di Tangsel ada lagi jalur prestasi pakai nilai rapor, tapi hanya bisa pilih satu sekolah saja, beda sama DKI yang bisa pilih 3 sekolah. Nah yang aku pilih pun SMP-nya unggulan. Enggak masuk lah anak ku, kegeser lagi sampai hari terakhir. Huhuhu.

Padahal segala ajuin berkas, aku sambi di waktu-waktu kerja. Kalau enggak sempat, jadi sampai tengah malam mantau sekolah buat anak.

Jujur selama sebulanan kerja agak enggak fokus karena mikirin sekolah anak. But i'm trying to be professional juga lah ya. Jangan sampai mengganggu pekerjaan. Aku masih WFH, tapi tetap izin kalau ada urusan di luar pekerjaan.

Orang tua murid melakukan pengaduan di Posko PPDB SMKN 27, Jakarta Pusat, Selasa (7/7/2020). Hari ini adalah tahap akhir dari Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta 2020. Tahap akhir ini dibuka untuk mengisi kuota yang masih belum terisi oleh jalur zonasi hingga prestasi.Ilustrasi PPDB. (Foto: Agung Pambudhy)

Oke, akhirnya jalur prestasi luar DKI dibuka nih. Aku pikir itu dibuka mulai jam 00.00, sampai begadang kan tuh. Ternyata jam 08.00. Aku salah lagi. Huft. Sudah atur strategi pilih tiga sekolah terdekat, tapi ada strategi lain yang lupa lupa untuk analisa. Hehehe.

First attempt, pilih 3 sekolah yang dekat dari rumah, karena masih pikir pola zonasi. Ketika diklik, ada notifikasi "Bukan saatnya jadwal pendaftaran". Begitu terus sampai berpuluh-puluh kali. Ini kenapa sih servernya. Aku mulai panik dan kesal. Aneh, padahal ini tanggalnya.

Terus klik lagi, notifikasinya "Tanggal lahir belum dimasukkan". Ternyata server PPDB saat itu lagi error. Teman kantorku yang juga lagi daftar bilang yang sama. Aku klik-klik terus, ternyata akhirnya bisa lanjut prosesnya. Tapi...Tanda Bukti Pendaftaran tiba-tiba blank, enggak ada nomor pesertanya.

Anakku belum nyangkut di sekolah pilihannya. Mamak panik, suami juga jadi panik. Izin kerja deh akhirnya suamiku. Aku telepon teman, katanya dia juga masalah di ajuan akun. Harus datang ke Pos Pengaduan PPDB di SMA 70. Bikin spaneng emak-emak ini.

Huft, aku siap-siap meluncur sementara waktu berjalan terus. Tapi demi anak, mamak kudu kuat. Oke, di jalan menuju posko pengaduan, aku coba lagi PPDB via HP. Aku coba dari awal. 2nd attempt nih ya. Nah, pas sampai jalanan aku utak-atik di HP, ternyata bisa, daftar lagi di tiga SMP lain.

Alhamdulillah berhasil dapat nomor pendaftarannya. Masuk juga nama anakku di list. Putar balik ke rumah, enggak jadi ke posko pengaduan. Alhamdulillah enggak pakai antre-antre. Nah daftar waktu itu enggak lihat nilai-nilai yang sudah di-submit CPDB (Calon peserta didik baru) lainnya. Jadi urutannya no 1 daftar SMP yang masih bisa terjangkau, 2 lainnya aku isi yang tinggi-tinggi.

Oke, posisi anak aku pas masuk di peringkat 5. Tiba-tiba di hari ke dua makin geser satu peringkat hingga sore. Kuota hanya 11 anak. Sampai akhirnya jadi juru kunci di posisi terakhir. Macam lomba. Ini yang bikin mulas sama deg-degan. Padahal sudah sempat survei sekolahnya kalau jadi. Hehehe. Dan akhirnya kelempar. Sad.

3rd attempt. Pilih yang nilainya benar-benar terjangkau walaupun lokasi masih geser agak jauh. Oke, posisi anak aku bagus nih. Nomor 4 atau 5. Aman enggak gerak-gerak sampai hari ke tiga. Eh pas menuju sore penutupan jam 15.00 makin geser, makin geser. Merinding lagi, mulas lagi, deg-degan, enggak nafsu makan, ngemil saja. Hehehe.

Sudah lah aku berharap waktu berputar cepat sampai jam 15.00. Mana banyak deadline kerjaan, sambil teams meeting, enggak konsen banget. Sampai akhirnya jam 14.59 anakku bergeser di posisi 14 dari 15 kuota siswa luar DKI. Akhirnya tiba jam 15.00, tapi kata teman aku tunggu 5 menit dahulu, servernya delay. Wah, ada-ada saja.

Masih lah anakku posisi di 14. Sudah salawat, doa, sambil merinding tetap. Lebay, tapi itu nyata adanya, Bunda. Hehehe. Sudah tunggu 5 menit, kita lihat itu data akhir, setengah lega, masih di posisi itu. Tapi... pengumuman asli di pukul 17.00. Ini asli bikin mamak-mamak gemetaran saja. Sudah lah blass seharian aku enggak konsen kerja. Sampai pas meeting, enggak tahu deh bos ngomong apa.

Akhirnya alhamdulillah jam 17.00 aku lewatin deh 17.10 biar afdol. Confirm posisi anak aku di peringkat 14 dari 15 kuota CPDB. Alhamdulillah wa Syukurillah akhirnya masuk juga SMP negeri.

Langsung peluk deh anakku, bilang selamat, kamu official jadi anak SMPN **. Memang belum rezeki di madrasah, emaknya mau madrasah, anaknya dari awal bilang maunya SMP Negeri. Keijabah doa anaknya. Memang sesuatu tidak bisa dipaksakan. Mudah-mudahan anakku tetap jadi anak saleh di manapun dia berada dan menimba ilmu.


(Cerita Bunda Yani di Tangsel)

Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke email [email protected]. Bunda yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.

Simak juga tentang perlukah pra sekolah untuk si kecil dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda