Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Mantan Istri Hasut Anak Kami Sampai Tega Laporkan Saya & Ayahnya ke KPAI

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Senin, 12 Apr 2021 17:43 WIB

Sad young woman sitting on room floor crying with hand over face
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Rachaphak

Jangan salah paham ya, Bun. Saya dan suami menikah ketika sudah berstatus janda dan duda. Saya sudah cerai dari suami pertama, begitupun dengan dia yang sudah lama cerai.

Saya kagum sama dia karena sifat ngemong dan sabarnya. Makanya saya juga ngga kaget saat tahu bahwa dua anak dari istri pertama ikut dia --bukan ikut mantan istrinya.

Saat kami baru menikah di tahun 2012, kedua anak ini baik sama aku dan anakku. Kami tinggal rukun satu rumah di Sulawesi. Kedua anak tiriku pun memperlakukan anakku persis seperti adik kandungnya sendiri. Apalagi ditambah saat 2018 aku melahirkan anak kedua bersama suami alias anggota keempat di daftar anak-anak kami.

Banner nasi tak cepat basi

Masalah itu timbul, selalu timbul, tiap anak-anak ini ketemu sama ibu kandungnya. Mereka pulang ke rumah dengan muka cemberut dan habis itu ngambek ngga jelas sama saya.

Pernah juga si anak kedua bilang kalau saya ngga akan sayang dia karena saya bukan ibu kandungnya. Lalu si anak sulung juga sama, pulang dengan muka ditekuk plus ngga mau ngomong sama saya.

Habis diomongin apa coba sama ibu di sana? Padahal, bukan saya membela diri, tapi saya bener-bener ngga pernah ambil pusing sama si mantan. Saya punya hidup, dia punya hidup.

Saya ngga pernah melarang, apalagi berbicara buruk soal dia, ke anak-anak. Tanya suami saya kalo ngga percaya...Malah suami saya yang menetralkan anak-anak dengan menunjukkan balik sifat asli ibunya. Setelah itu mereka jadi baik lagi ke saya.

Satu lagi nih kebiasaan yang akhirnya jadi akar masalah terbesar kami; si mantan sering jemput anak-anak di sekolah tapi ngga ngabarin. Sumpah demi Allah, saya ngga akan larang dia menjemput, tapi kabarin.

Karena pernah di tahun 2013, kami kira si anak kedua hilang diculik orang. Dia pulang dijemput tanpa ngabarin. Bu Guru pun bilang dia dijemput sama 'Ayahnya'. Lah, ini Ayahnya sama saya jemput dia.

Setelah panik cari kanan-kiri, barulah si mantan ngomong anak ada sama dia. Hadeeh.

Masalah ini mencapai puncaknya di tahun 2019, kami berdua difitnah, Bun. Lihat bagaimana rekayasa fitnah si mantan di HALAMAN SELANJUTNYA.

[Gambas:Video Haibunda]

Dia Lapor ke KPAI dengan Tuduhan....

Sad young woman sitting on room floor crying with hand over face

Ilustrasi/ Foto: iStock

Masuk di Februari 2019, masalah jemput diam-diam ini jadi makin membesar. Malah anak sama sekali ngga pulang dan ngga bilang-bilang.

Kali ini lebih fatal karena tiba-tiba aja dua anak sambungku melaporkan saya dan Ayahnya ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Tuduhannya? Memperkerjakan anak di bawah umur!

Hayaaaah…. Apa lagi ini?

Kami memang buka usaha laundry di rumah. Kalo saya minta tolong ambilkan sabun atau baju, apakah itu salah, Bun?

 Bukankah untuk anak usia ABG sudah wajar ya dimintai tolong oleh orang tuanya? Sisanya, usaha itu saya kelola sendiri bersama beberapa orang pekerja. 



Akhirnya di 24 Maret tahun yang sama, kami ajak dua anak ini bertemu. Kami undang mereka makan di mall —dengan seizin ibu kandung tentunya. Di saat pertemuan ini, wajah Si Sulung sangat tegang sampai dia ngga berani ngomong.

Jadi saya tunggu dulu sampai suasana mencair. Setelah itu, saya ajak ngomong baik-baik, apa yang terjadi? Kenapa sampai laporkan Mami dan Ayah ke KPAI?

Saya bilang,”Walopun kalian ngga lahir dari rahim Mami tapi kalian tetap anaknya Mami. Ngga pernah kan sekalipun Kakak dengar kalo Mami sebut Kakak itu anak sambung? Kalo ditanya pasti Mami jawab anak Mami 4. Kadang orang sampe nanya ‘Ini semua anaknya Bu’? Mungkin karena liat Mami yang masih muda, tapi Mami bilang iya.”

Saya ngga menyangka, dia nangis dengar ucapan saya. Dia pun lalu menceritakan bagaimana dia dan adiknya diarahkan untuk mengucap ini-itu di depan petugas KPAI.

Akhirnya saya dan Ayahnya paham bahwa ini semua direkayasa. Pihak KPAI pun sepakat demikian menilik cerita dari dua pihak dan jam kerja laundry di rumah.

Seperti Bunda tahu ya, sekolah itu mulai di 06.30 pagi, dia pulang jam 17.00, laundry tutup jam 20.00. Jadi, kapan dia kami ‘paksa’ jadi pekerja anak?

Pihak KPAI pun akhirnya menutup kasus ini. Menurut mereka laporan ini ‘mengada-ada’ dan tidak lagi diteruskan.

Anak-anak sempat kembali ke rumah kami. Sesekali mereka berkunjung ke rumah ibu kandungnya. Tapi masalahnya selalu sama lagi —mereka pulang dengan cemberut ke saya.

Ujung-ujungnya mereka pulang lagi ke rumah ibu kandung. Ah, capek juga ya. Ya sudah saya biarkan saja. Rumah saya selalu terbuka untuk mereka, kasih sayang saya pun ngga menyusut.

Suatu saat, hati mereka akan terbuka dan akan kembali kepada saya.

(Bunda I, Makassar)

Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke [email protected] yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.


(ziz/ziz)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda