Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Mertua Tularkan COVID-19 ke Anakku tapi Suami malah Menuduhku sebagai Penyebar Virus

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 23 Jul 2021 20:58 WIB

Anak sakit
Ilustrasi/Foto: iStock

Tidak pernah terbayang ternyata COVID-19 membawa dampak yang begitu besar untuk keluargaku. Semua berawal dari aku dan anakku yang masih berusia 10 bulan dinyatakan positif COVID-19, sedangkan suamiku negatif.

Saat itu, aku merasa sangat kesal dan marah, kemungkinan terbesarnya adalah kami tertular dari Papa mertuaku. Sebelum Papa mertuaku dinyatakan positif, aku sudah mengingatkan dia untuk segera melakukan tes di saat gejala pertama muncul.

Hal ini untuk menghindari penyebaran virus yang cepat. Tetapi, mertuaku menolak dan masih pergi bersama dengan kami untuk jalan-jalan walau hanya di mobil saja.

Banner Mantan Driver Ojol Beli Rumah Rp1,6 MFoto: Mia Kurnia Sari

Singkat cerita, karena dalam perjalanan di mobil mertua terus menggendong anakku, beberapa hari kemudian, Si Kecil mulai bergejala. Perasaanku sangat kesal dan marah!

Aku melakukan isolasi mandiri berdua dengan anakku. Papa mertuaku juga menjalani isolasi mandiri (isoman) di samping rumah kami.

Selama isoman, aku mendapat perlakuan buruk dari suamiku. Bahkan aku dituduh menjadi orang yang menyebarkan virus ini pada anak kami. Padahal sudah jelas yang pertama bergejala adalah Papa mertua! Dan, baru satu minggu kemudian, aku bergejala.

Aku benar-benar sangat down, baik secara fisik maupun mental. Tetapi semua aku alihkan dengan berusaha berpikiran positif dan menonton drama Korea.

Tiga minggu kemudian, aku melakukan swab test lagi dan hasilnya sudah negatif. Aku kira keadaan akan membaik, ternyata malah memburuk. Lihat di HALAMAN SELANJUTNYA, Bun.


KELUARGA SUAMI KOK BEGITU?

Anak terkena Covid-19

Ilustrasi/Foto: iStockphoto

Aku pikir kondisi akan membalik karena aku dan suami dapat kembali bertemu. Tetapi, ternyata itu hanya anganku.

Keluarga suami tidak memperbolehkan kami untuk tidur bersama. Kami hanya diizinkan bertemu selama satu hingga dua jam per hari, itu pun dengan menggunakan masker. 

Mentalku yang belum sembuh, semakin down. Aku sangat benar-benar membutuhkan suamiku kala itu. Tapi dia tidak bisa ada untukku. Jujur, aku rindu dan sangat memerlukan dekapan suamiku saat itu.

Keadaan dari hari ke hari semakin memburuk, komunikasi antara kami semakin buruk. Sampai suatu hari kami ribut besar dan aku memutuskan untuk membawa anakku pergi dari rumah. 

Hingga saat ini, sudah dua bulan sejak aku pergi dari rumah. Suamiku tidak pernah menanyakan kabarku bahkan juga tidak menanyakan kabar anakku.

Padahal, tiga minggu lalu anak kami berulang tahun yang pertama. Tidak ada ucapan dari suami atau bahkan keluarga pihak suami. 

Syukurlah, aku adalah seorang ibu yang bekerja. Dengan pekerjaanku sekarang, aku mampu menghidupi diriku dan anakku dengan sederhana.

Saat aku bekerja, Ibuku akan membantu menjaga anakku. Aku tidak menyalahkan keadaan, pilihanku yang membawa aku sampai ke tahap ini.

Mungkin di masa lalu aku membuat pilihan yang salah, tapi sekarang aku berjanji untuk menjadi kuat dan fokus menatap masa depan. Serta lebih hati-hati lagi dalam membuat keputusan karena aku tahu masa depan anakku masih panjang.


Aku akan hidup untuk menemani hari-hari depan anakku yang gemilang. Semoga ceritaku dapat menginspirasi banyak orang. Jangan pernah menyerah!

(Bunda Felicia, tidak memberikan lokasi)

Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke [email protected] yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.


(ziz/ziz)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda