cerita-bunda

Berawal dari Gonta-Ganti Sepatu, Alhamdulillah Saya Jadi Punya Gerakan Sedekah Sepatu

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 13 Apr 2022 17:41 WIB

Jakarta -

Ramadhan tahun ini sama dengan dua tahun lalu. Dilaksanakan dalam nuansa pandemi. Bedanya, aturan terkait protokol kesehatan udah sedikit longgar. Bagiku ini adalah kesempatan baik buat 'bergerilya' menyalurkan sepatu kepada anak-anak usia sekolah yang kurang beruntung di pelosok wilayah tempat tinggalku di Purbalingga, Jawa Tengah. Termasuk sejumlah kabupaten tetangga seperti Cilacap, Banjarnegara, dan Banyumas.

Sebelumnya, perkenalkan saya adalah ibu rumah tangga dan ibu dari satu orang putra. Sejak Juni 2020 lalu, saat pandemi Covid-19 melanda, saya iseng menginisiasi gerakan sosial bernama sedekah sepatu.

Nirkonsep, gerakan ini tercetus dari keinginan saya pada saat itu untuk 'berbuat' bagi orang lain. Pemikiran saya sederhana, ingin menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan bagi orang yang saya pun tak mengenalnya. Saya sangat ingin do something"dengan apa yang saya miliki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Banner Nikita Willy MelahirkanFoto: HaiBunda/ Annisa Shofia

Ceritanya, siang itu tepatnya 4 Juni 2020, saya sedang beberes sepatu di tumpukan rak. For your information, kami bukan kolektor sepatu ya, tapi suka gonta-ganti sepatu. Jadi tumpukan di rak sepatu cukup banyak. Mulai dari sepatu milik suami, anak, dan saya sendiri.

Beberapa kondisinya masih sangat bagus. Sol, jahitan, kulitnya masih baik. Hanya ada sepatu yang kesempitan jadi akhirnya enggak dipakai. Ada juga yang karena salah beli ukuran (saat beli online). Seketika itu juga tercetus ide untuk melakukan gerakan sedekah sepatu.

Saya percaya, jika di luar sana banyak orang yang membutuhkan sepatu. Entah untuk sekolah, bekerja, atau beraktivitas lain. Berangkat dari niat sederhana itu, ternyata Allah SWT memudahkan segala sesuatunya. Mulai dari mencari jasa pencucian sepatu (laundry sepatu),karena kondisi sepatu itu kotor (berdebu).

Allah juga mempertemukan saya dengan owner jasa cuci sepatu di Purwokerto yang dengan senang hati memberi diskon hingga 70 persen dari tarif normal untuk jasa cuci sepasang sepatu. Termasuk dengan proses pengumpulan dan penyaluran donasi sepatu.

Untuk distribusi pun saya hanya dengan mengandalkan medsos (Instagram dan WhatsApp). Donasi sepatu berdatangan dari berbagai kota. Seperti Yogyakarta, Semarang, Jombang, Surabaya, Solo, Magelang, Jakarta, Tangerang, Tegal, Pekalongan, Blitar bahkan ada yang kirim dari luar Jawa. Masya Allah!! Tak hanya itu, Alhamdulillah ada beberapa teman yang berkenan menjadi donatur tetap.

Nah, melanjutkan apa yang telah dimulai pada medio 2020 lalu, tahun 2022 saya bersama teman- teman relawan sedekah sepatu mulai bergerilya menyusuri calon penerima donasi sepatu. Survei kecil-kecilan untuk memastikan siapa penerima, berapa jumlah sepatu yang dibutuhkan, berikut dengan ukuran sepatunya. Setelah semua lengkap, barulah kami terjun ke lapangan untuk salur sepatu.

Sedekah sepatu Yuspita PalupiSedekah sepatu Yuspita Palupi/ Foto: Yuspita Palupi


Penyaluran pertama dilaksanakan pada Ramadan hari ke-7. Kami membagikan sepatu donasi ke tiga sekolah di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga. Terletak di lereng Gunung Slamet, saya dan tim sengaja menyewa ojek.

Medan yang turun naik, jelas tidak memungkinkan bagi kami untuk melaluinya. Butuh 'skill dewa; untuk melakukan manuver di jalanan yang turun naik dan berkelok tajam.

Namun semua perjalanan yang menantang lagi melelahkan itu, terbayar lunas. Saat melihat raut wajah bahagia anak-anak ketika menerima sepatu yang kami bawa. Dahaga karena tengah menjalankan ibadah puasa, seakan tak terasa. Yang ada hanya perasaan sukacita, melihat anak-anak itu berebut sepatu, memilih yang sesuai dengan ukuran kaki mereka.

Ekspresi polos bahagia mereka sangat tulus dan apa adanya. Itu pengalaman batin yang jadi 'candu' bagi kami untuk lagi dan lagi menyusuri pelosok desa untuk mencari anak-anak yang membutuhkan sepatu untuk bersekolah.

Pernah,suatu waktu saya dan tim bertemu dengan siswi kelas 7 MTS. Namanya Eva, dia pengidap Thalasesmia dan berasal dari keluarga tak mampu. Namun dengan keterbatasan ekonomi dan fisiknya yang lemah, Eva tetap semangat untuk melanjutkan pendidikan. Dia tak mengeluh ketika harus berjalan jauh untuk sampai ke sekolah.

Selalu ada kisah menarik di dalam salur donasi sepatu yang kita lakukan. Namun secara garis besar semuanya mengajarkan agar kita tidak lupa untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Dan mengingatkan kita untuk bisa berbagi dengan sesama. Apapun bentuknya. Enggak harus dalam bentuk materi kok, Bun. Bisa berbagi tawa yang tulus, empati, dan semangat. Karena sejatinya berbagi itu menyenangkan hati.

(Cerita Bunda Yuspita Palupi Babakan, Purbalingga)

Mau berbagi cerita kebaikan di bulan Ramadan, Bun? Yuk cerita ke kami lewat [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat THR menarik dari HaiBunda.

(ziz/ziz)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT