sign up SIGN UP search

cerita-bunda

Astaghfirullah.. Aku Banting Anakku ke Tempat Tidur Gara-gara Tantrum Tengah Malam

Sahabat HaiBunda   |   Haibunda Rabu, 05 Apr 2023 18:57 WIB
Crying baby Ilustrasi Cerita Bunda Ramadan: Anak Tantrum Menguras Emosi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/yamasan
Jakarta -

#HaiBunda Assalamu'alaikum... Anak perempuan kami tersayang berusia 2,5 tahun sedang dalam masa tantrum yang luar biasa. Ia masih kesulitan berkomunikasi, belum lancar mengucapkan dan menyusun dua kata.

Ia sering tiba-tiba jengkel, marah-marah dan berteriak kalau sesuatu tak berjalan sesuai keinginannya. Anakku juga sedari lahir dianugerahi suara lantang, kencang, dan nyaring. Mungkin punya bakat menyanyi seriosa ya, Bunda. He he...

Saat tantrum menangisi hal sepele pun suara tangisannya terdengar hingga ke rumah tetangga di samping kiri, kanan, depan, dan belakang, bahkan mungkin dua sampai tiga rumah di sekitarnya. Duh, aku terlalu lebay ya, Bunda, saking kencang tangisannya.


Awal bulan puasa, mental dan kesabaran benar-benar diuji lewat perilaku anakku ini. Mendadak pola tidurnya berubah, dia jadi lebih senang bermain, enggan diajak tidur siang, lalu terlelap di sore hari jelang maghrib.

Itu membuatnya semakin segar dan berenergi di malam hari, sehingga kerap tidur larut malam. Padahal, aku dan suami sudah benar-benar lelah dan mengantuk, apalagi harus bangun untuk sahur.

Aku memaksanya untuk segera tidur dan ternyata, menggendong bukan cara tepat. Ia malah menangis nyaring dan berteriak seperti biasanya, mengamuk, sampai memukul-mukul karena kesal.

Kesabaran aku mulai goyah, Bunda. Rasanya campur aduk, antara kesal dan sedih karena kasihan. Aku takut anak ini kekurangan jam tidur yang bisa memengaruhi perkembangannya. Aku sangat insecure.

Si Kecil begadang

Malam itu, putri kecil kami tidur tak sampai dua jam, terbangun dan menangis. Aku gendong tapi tak kunjung membuatnya tenang. Kami sahur terburu-buru, lalu aku dan suami mencoba membuatnya tidur lagi dengan mengendarai sepeda motor, pagi-pagi buta sebelum adzan subuh.

Berhenti menangis, tapi dia masih tetap terjaga, bahkan makin segar. Kami putuskan kembali ke rumah, lalu mencoba menidurkannya dengan mengendarai mobil selepas shalat subuh. Berhasil? No, ternyata nggak berhasil juga!

Aku dan suami sudah lelah. Aku sarankan suami izin nggak masuk kerja supaya bisa istirahat. Suamiku juga menyarankan aku nggak usah terburu-buru mengerjakan tugas rumah setelah Si Kecil tidur.

Pukul 7 pagi, akhirnya anak kami bisa terlelap saat aku gendong dan mengajaknya berbelanja ke warung tetangga. Alhamdulillah, akhirnya!

Tapi ternyata, kejadian itu berulang lagi. Dia masih sulit tidur dan nangis kencang. Emosiku memuncak sampai ku cengkeram pinggangnya dan sedikit ku banting tubuhnya ke tempat tidur.

Semakin kencang tangisannya, aku sampai ikut menangis, kesal, tapi sedih. Aku takut dan menyesal dengan apa yang sudah aku lakukan. Akhirnya, ku peluk erat putri kecil kami, aku sangat menyesal sudah menyakiti tubuh dan perasaannya. Astaghfirullah.. Astaghfirullah..

A mother holding a crying toddler daughter indoors in kitchen when cooking.A mother holding a crying toddler daughter indoors in kitchen when cooking./ Foto: Getty Images/iStockphoto/Halfpoint

Suami bikin kesal

Suamiku memang nggak telaten mengurus anak, kaku, dan kikuk, bahkan saat mengajak Si Kecil bermain. Sehingga saat dihadapkan situasi seperti ini, dia nggak bisa berbuat banyak. Aku kesal padanya, saat aku lelah menggendong anak kami berjam-jam.

Tapi, suami memang tak cukup ahli menggendong dan menenangkan anak. Aku tak memaksa dia demi menghindari konflik. Sifat suami memang agak tempramen karena ada riwayat darah tinggi. Setidaknya, suami sudah coba support dengan melakukan apa pun yang dia bisa.

Malam berikutnya, ternyata masih sama. Tapi, aku dan suami sudah lebih tenang menghadapinya. Sebelumnya, kami evaluasi apa yang jadi penyebab Si Kecil mengalami gangguan tidur. Perlahan, kami lakukan perubahan seperti mengurangi screen time.

Aku lebih sering mengajaknya beraktivitas fisik di luar atau di dalam rumah. Nafsu makannya juga lagi menurun, jadi aku berikan asupan vitamin tambahan. Alhamdulillah, apa yang kai ikhtiarkan bisa menunjukkan hasil.

Di malam berikutnya, Si Kecil masih tidur larut malam tapi lelap sampai pagi. Jam tidurnya juga sudah terpenuhi. PR selanjutnya, kami perlu menggeser jam tidur dia supaya bisa terlelap lebih awal.

Bunda, aku mengambil banyak pelajaran dari kejadian ini:

1. Emosi, apalagi hingga melakukan kekerasan fisik, hanya akan mendatangkan penyesalan.

2. Insecurity atau kekhawatiran terhadap tumbuh kembang anak itu memang diperlukan agar kita bisa tetap waspada dan mengambil langkah tepat untuk menanganinya. Tapi, jangan sampai membuat mental down hingga menyalahkan diri semdiri. Ambil nafas panjang, tetap tenang, dan cari jalan keluar.

3. Seperti apa pun perilaku anakku di masa kecilnya ini, ia tetap kebanggaanku dan suami, sebagai orangtua kami akan terus membersamai setiap proses yang anak kami lalui. Kami yakin, perlahan perilakunya akan semakin baik dan ia akan banyak belajar.

4. Sebagai orang tua, kami tentu menginginkan Si Kecil tumbuh lebih baik. Tapi yang paling penting, kami juga harus berusaha berubah jadi lebih baik. Kami yakin ketika orang tua berubah, anak pasti akan berubah. Happy parents, happy kids. Memang tak ada orang tua sempurna, tapi kami akan terus berusaha.

5. Kami juga yakin, masih banyak orang tua lain mengalami masalah lebih berat dari apa yang kami alami. Sepatutnya kami tetap bersyukur karena yang terpenting adalah anak kami tetap sehat dan ceria.

Semoga cerita ini bisa jadi pelajaran bagi orang tua untuk bisa mengontrol emosi kita terhadap perilaku anak yang dirasa 'menjengkelkan'.

-Bunda Y, Surabaya-

Bunda punya cerita berkesan juga tentang 'Menahan Emosi' saat puasa Ramadan? Yuk, kirimkan cerita Bunda ke email [email protected] Ada THR menanti, lho!

(muf/muf)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Bunda sedang hamil, program hamil, atau memiliki anak? Cerita ke Bubun di Aplikasi HaiBunda, yuk!