cerita-bunda

Tangis Tak Terbendung saat Bayiku Lahir Sudah Tak Bernyawa, Aku Hanya Bisa Memeluknya

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 01 Sep 2023 17:50 WIB

Jakarta -

#HaiBunda setelah kehamilan kedua dan ketiga belum rezeki, Allah mempercayai aku di kehamilan yang keempat. Dari awal kehamilan ini, aku dan suami selalu menjaga karena kehamilan kedua dan ketiga jadi pembelajaran kami.

Hasil USG selalu memperlihatkan anak kami berjenis kelamin laki-laki dan kami makin bersyukur, bahagia, dan tak sabar menunggu kelahirannya. Begitu juga dengan anak pertama kami yang nggak sabar menunggu kehadiran adiknya.

Sebulan sekali aku selalu rajin mengontrol kehamilan dan rutin USG. Kami sangat bersyukur dan senang karena hasilnya selalu baik. Aku juga sudah menyiapkan segala keperluan bayi kami saat lahir nanti.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Di usia kehamilan 38 minggu, air ketuban sudah mulai merembes. Aku dan suami memutuskan segera ke bidan tempat aku kontrol kehamilan. Sampai di sana, aku berjalan-jalan kecil untuk memperlancar persalinan.

Saat pembukaan 3, tiba-tiba air ketuban pecah dan makin berkurang dibarengi darah yang semakin deras. Bidan berusaha menangani dengan memberikan obat dan infus untuk memudahkan persalinan dan menghentikan perdarahan.

Namun seiring air ketuban yang makin berkurang dan perdarahan makin hebat, detak jantung bayiku di rahim semakin lemah. Akhirnya, bidan memutuskan untuk merujuk aku ke rumah sakit terdekat.

Bayiku tak bernyawa

Di perjalanan, perutku semakin sakit lebih dari kontraksi. Aku muntah berkali-kali dan darah terus mengalir deras, membuat aku makin lemas. Hanya doa dan keajaiban yang aku harapkan.

Saat USG di rumah sakit, dokter obgyn memprediksi bayiku sudah nggak bernyawa lagi. Aku semakin lemas, menahan tangis dan berharap ada keajaiban. Sampai akhirnya, dokter memutuskan untuk segera tindakan caesar.

Di ruang operasi yang dingin, aku masih mampu menahan tangisan. Tapi saat aku melihat dokter mengambil bayiku dari dalam perut, saat itu juga tangisanku tak terbendung lagi. Tak ada tangisan yang ku dengar saat bayiku sudah lahir.

Aku hanya bisa memeluk dan mencium bayiku saat perawat memberikannya di ruang operasi. Tangisan semakin menjadi saat aku harus mengikhlaskan apa yang ku nantikan. Tapi, aku bersyukur karena Allah masih memberikan kesempatan menikmati masa kehamilan.

Ya, manusia hanya bisa berharap dan berencana karena rencana Allah jauh lebih baik. Ikhlas jauh lebih baik daripada meratapi kesedihan dengan tangisan karena tangisan tak mampu merubah segalanya.

Untuk para Bunda yang pernah kehilangan buah hati dan para Bunda pejuang garis dua, tetap semangat, bersyukur, dan jangan berhenti berdoa. ❤️

-Bunda N, Jakarta-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT