Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Dilema Suami Sakit Jantung di RS tapi Bayiku Masih ASI, Keluarganya Malah Nggak Peduli

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 31 Jan 2024 18:55 WIB

A depressed mother holding her baby with skin problems.
Ilustrasi Cerita Bunda: Dilema Suami Sakit Jantung di RS tapi Bayiku Masih ASI/ Foto: iStock/globalmoments
Jakarta -

#HaiBunda awal menikah, aku tinggal bersama mertua yang rumahnya berdekatan dengan kakak-kakak ipar. Sebulan menikah, aku dikasih rezeki hamil dan suami sangat senang.

Kami beritahu orang tua dan keluarga suami. Aku tak menyangka, mertua menanyakan usia kandunganku dan menduga sudah lebih dari usia pernikahan kami.

"Memang berapa bulan?" tanya mertua.

Aku jawab, "Baru test pack."

Mertua lalu bilang, "Oh, kirain sudah 4 bulan."

Aku merasa nggak enak, akhirnya ke bidan dan ternyata usia kandunganku sudah 2 minggu. Aku dan suami memberi tahu mertua lagi, sambil menunjukkan buku KIA. Komentarnya cuma, "Oh".

Begitu juga kakak ipar yang komentar soal susu hamil. Kata dia, suamiku nggak usah belikan susu karena dia dulu waktu hamil nggak minum susu. Dia juga bilang, uang buat beli susu lebih baik ditabung aja.

Aku nggak habis pikir, mereka tanya soal gaji suami. Bahkan, mereka bilang sebaiknya suamiku nggak usah membiayai hidup Ibuku. Padahal selama ini, Ibuku nggak pernah tahu soal rumah tangga kami.

Saat usia kehamilan 4 bulan, kami akhirnya memutuskan pindah dan mengontrak rumah. Aku mau Ibuku menemani saat lahiran nanti. Singkat cerita, aku hamil anak kedua tapi usia 7 bulan janin meninggal dalam kandungan.

Kakak ipar datang dan inisiatif bawa ambulance ke RS, padahal aku nggak meminta. Dia juga meminta aku nggak pulang ke kontrakan. Katanya, "Tinggal di rumah Mama aja, biar nggak capek sendirian".

Setelah beberapa minggu, Ibuku minta kakak ipar kembalikan stroller anakku yang dipinjamnya. Di situ lah konflik dimulai, lalu kakak ipar mengungkit soal ambulance.

"Gua udah nyumbang ambulance, kain kafan, nemenin di RS," gitu katanya.

Padahal, ambulance itu dari teman suamiku yang nggak mau dibayar. Kain kafan juga terNyata bukan dari kakak ipar, tapi dari saudara suamiku yang lain.

Dua tahun kemudian, aku melahirkan anak ketiga. Tapi baru seminggu lahiran, suami masuk rumah sakit karena jantung bocor. Suami nggak meminta aku temani di RS karena harus merawat bayi di rumah.

Tapi, keluarganya menyuruh aku yang bolak-balik RS. Padahal, keluarga mereka tuh banyak dan anak-anaknya sudah besar. Sampai akhirnya, Ibuku yang merawat suamiku bahkan menyuapi makan.

Tak berhenti sampai di situ, kakak ipar masih saja meminta aku yang merawat suami di RS. Bagaimana bisa aku tinggalkan anak 3 tahun dan bayi di rumah? Gara-gara ini, produksi ASI sampai nggak deras lagi.

Setelah suami pulang dari RS, kami kembali ke kontrakan dan alhamdulillah kondisinya membaik. Aku nggak salah kan, ingin tinggal terpisah dari mertua? Apakah salah kalau aku nggak peduli dengan omongan yang membuatku nggak nyaman?

-Bunda D, Jakarta Selatan-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda