Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Mertua dan Ipar Ikut Campur! Kami Mau Bangun Rumah Disuruh Ngutang ke Bank

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 16 Feb 2024 18:00 WIB

An Asian woman talks to a therapist about her marriage. She is serious about working on her relationship with her husband, but she is frustrated.
Ilustrasi Cerita Bunda: Mertua dan Ipar Ikut Campur! Kami Mau Bangun Rumah Disuruh Ngutang ke Bank/ Foto: iStock/FatCamera
Jakarta -

#HaiBunda berawal saat aku bicarakan ke mertua soal tanah yang sudah dibuat pondasi oleh kakak ipar, tapi dia belum mampu dibangun. Aku tawarkan, bagaimana kalau aku dan suami yang membangun rumah?

Aku pikir, itu adalah keputusan baik karena jujur, kami sudah lelah berpindah-pindah kontrakan. Kami ingin punya rumah sendiri dan di sisi lain, Ibu mertua juga sering menyinggung.

"Bisa beli ini itu, tapi kenapa nggak punya tabungan?" katanya.

Padahal, usia pernikahan kami baru 6 tahun. Ekonomi keluarga kami juga bisa dibilang membaik setelah pandemi. Harusnya, Ibu mertua dan para ipar tau diri, suamiku kan cuma karyawan kontrak yang harus siap kapan pun diputus kontraknya.

Ya, sejak itu lah Ibu mertua dan ipar-ipar perempuan berpikir, anak laki-laki tetap milik Ibu sampai ibunya tiada. Aku jadi trauma, jangan sampai deh mendidik anak-anak seperti mereka itu.

Anak laki-laki tetap tanggung jawab orang tua, bukan dibalik. Sebenarnya, aku nggak masalah suami membantu Ibu mertua, tapi jangan saudara perempuan yang sudah berkeluarga. Mereka kan punya suami masing-masing!

Kenapa sih, mereka selalu melibatkan suamiku? Malahan, kami disuruh pinjam uang ke bank. Padahal, suami anti banget sama riba dan aku juga mau tobat, eh ternyata mereka menggampangkan itu.

Kalau suatu saat suamiku putus kontrak, memangnya mereka mau membantu? Aku rasa enggak, sebab selama ini suami selalu disusahkan. Walaupun suami nggak pernah cerita, aku tau karena keluarga mereka terlalu kepo sama urusan kami.

Aku cuma bisa berdoa, semoga pinjaman bank nggak di-ACC. Biarkan aja, rumah yang separuh sudah terbangun nggak segera diselesaikan. Tapi, aku jadi berutang bahan bangunan di e-commerce.

Suami kaget saat tau aku punya utang. Akhirnya, kami ribut lagi karena aku nggak mau menanggung semua. Aku juga bilang, seharusnya nggak usah mengusik uang belanja, mungkin kami nggak akan punya utang.

Suami akhirnya berpikir dan mulai cari pinjaman sana-sini. Dia tau, aku nggak ikhlas kalau berurusan dengan bank. Keluarganya malah tambah kepo, apakah pinjaman bank sudah cair. Aku jadi males jawab telepon mereka.

Aku pun jujur ke suami, aku nggak suka dengan sikap keluarganya yang ikut campur. Apalagi, mereka dengan enaknya mengontrol suamiku, komunikasi dengan Ibu dan saudara-saudaranya pun nggak melibatkan aku.

Sebagai balas dendam, aku juga akan diam-diam kalau mau pergi. Aku nggak mau tau lagi, apa pun yang terjadi dengan mereka!

-Bunda M, Jakarta Selatan-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda