Jakarta -
Jutaan wanita
melahirkan tiap tahun dan tubuh seorang ibu sangat berubah selama kehamilan dan pasca persalinan. Dari perubahan tubuh inilah sebagian ibu mungkin mengalami komplikasi jangka panjang atau efek samping pasca persalinan. Salah satunya inkontinensia urine, apa sih itu?
Inkontinensi urine adalah kehilangan kontrol kandung kemih. Ada berbagai variasi inkontinensia, termasuk stres, dorongan, overflow dan inkontinensia total. Berbagai faktor dapat meningkatkan kemungkinan inkontinensia urine, termasuk melahirkan melalui persalinan normal. Penggunaan forceps atau intervensi lain juga dapat memicu, Bun, karena dapat melukai saraf dan otot panggul.
Inkontinensia stres dapat disebabkan oleh melemahnya atau kerusakan pada otot dasar panggul atau sfingter uretra, yang keduanya mengontrol buang air kecil. Inkontinensia jenis ni sering menjadi akibat dari aktivitas berlebihan dari otot detrusor yang mengontrol kandung kemih. Demikian dikutip dari The Sun.
Kehamilan dan menopause juga dapat memicu, bersama dengan otot kandung kemih yang lemah, otot kandung kemih yang terlalu aktif dan kerusakan saraf. Inkontinensia tipe stres yakni ketika urine bocor pada saat-saat ketika kandung kemih berada di bawah tekanan, misalnya, ketika batuk atau tertawa.
Inkontinensia tipe dorongan yakni ketika urine bocor karena merasakan dorongan yang tiba-tiba dan intens untuk buang air kecil. Inkontinensia tipe overflow (retensi urine kronis) yakni ketika seseorang nggak bisa sepenuhnya mengosongkan kandung kemih yang menyebabkan sering buang air. Dan terakhir, inkontinensia total yakni ketika kandung kemih nggak bisa menyimpan
urine sama sekali, yang menyebabkan buang air kecil terus-menerus.
Inkontinensia overflow biasanya disebabkan oleh obstruksi di kandung kemih atau sumbatan. Nah, kita bisa mencegahnya dengan mengosongkan kandung kemih sepenuhnya. Inkontinensia total dapat berasal dari cedera tulang belakang, fistula kandung kemih atau cacat bawaan dari lahir.
Bagi wanita yang telah melahirkan, bentuk inkontinensia yang paling mungkin mereka alami adalah stres yang diinduksi. Lalu, seberapa umum itu?
Menurut National Health Service UK, setelah
melahirkan, ibu akan sedikit kencing jika tertawa, batuk atau bergerak tiba-tiba. The National Childbirth Trust (NCT) mengatakan hampir separuh wanita mengalami inkontinensia urine. Tetapi meskipun itu menjadi masalah umum, penelitian mereka menemukan sepertiga wanita atau sekitar 33 persen merasa malu untuk membahas masalah ini.
Bagaimana cara mengatasinya? Awalnya kemungkinan dokter akan meresepkan beberapa latihan untuk membantu kondisi tersebut. Latihan dasar panggul dapat membantu mengontrol kandung kemih, yang melibatkan olahraga, dan akhirnya bisa mengencangkan panggul.
Latihan-latihan ini membantu memperkuat otot-otot di sekitar kandung kemih, vagina dan anus. Otot dasar panggul adalah otot yang digunakan untuk mengontrol aliran urine saat buang air kecil. Mereka mengelilingi kandung kemih dan uretra, tabung yang membawa urine dari kandung kemih di luar tubuh. Otot dasar panggul yang lemah atau rusak dapat menyebabkan inkontinensia urine, sehingga melatih otot-otot ini sering direkomendasikan.
Jika perawatan non-bedah tidak berfungsi, ada opsi operasi. Ada prosedur bedah yang meliputi prosedur pita, prosedur pita transobturator (TOT) dan prosedur pita retropubik atau prosedur pita vagina tanpa tegangan (TVT). Ada juga pilihan colposuspension, yang memiliki dua bentuk colposuspension terbuka dan laparoskopi (lubang kunci) colposuspension. Wanita dapat menjalani prosedur sling, penyuntikan agen bulking uretra, atau pemasangan sfingter kemih buatan.
Kalau seorang ibu mengalami inkontinensia stres, juga dapat diobati dengan obat duloxetine, tapi jangan asal sembarang beli, Bun. Penggunaannya harus sesuai resep dan petunjuk dari dokter.
(rdn)