Jakarta -
Sebagian besar ibu hamil (bumil) tentu ingin melahirkan bayinya lewat
persalinan normal. Namun ternyata, ada kondisi tertentu yang membuat bumil tidak bisa bersalin secara normal.
Dijelaskan dr.Frits Max Rumintjap, Sp.OG(K), MARS, jika tidak ada indikasi medis, maka Bunda disarankan untuk melahirkan normal melalui vagina. Namun dengan alasan medis tertentu, dokter biasanya akan menganjurkan untuk operasi caesar.
Beberapa alasan ibu hamil tidak boleh melahirkan normal di antaranya, posisi palsenta berada di bawah dan menutupi jalan lahir, air ketuban dalam kandungan sudah habis, berat badan bayi terlalu besar, posisi bayi melintang atau sungsang, atau ibu mengalami kejang.
Selain itu, Bunda juga mengidap sakit berat seperti jantung, darah tinggi, paru-paru atau sesak napas, TBC, dan miopi (minus mata 5 atau lebih) yang bisa menyebabkan retina terganggu atau lepas saat mengejan.
"(Dengan kondisi ini) biasanya akan ditawarkan operasi caesar saja," tambah Frits.
Tak hanya itu, melansir
American Pregnancy, beberapa alasan yang menyebabkan ibu tidak bisa bersalin normal dan diharuskan menjalani operasi caesar di antaranya:
1. Ruptur uteriRuptur uteri atau rahim robek selama persalinan dapat menyebabkan pendarahan pada ibu dan mengganggu pasokan oksigen bayi.
2. Posisi sungsang dan prolabs tali pusat
 Ilustrasi janin dalam kandungan /Foto: iStock |
Meskipun persalinan normal dapat dilakukan dalam keadaan tertentu, namun jika bayi sungsang mengalami prolabs tali pusat, maka tindakan caesar diperlukan.
Prolaps terjadi ketika tali pusat menyusup melalui serviks dan menjulur dari vagina sebelum bayi lahir. Ketika rahim berkontraksi menyebabkan tekanan pada tali pusat, yang mengurangi aliran darah ke bayi.
3. Janin kritisPenyebab paling umum janin kritis adalah kurangnya jumlah oksigen yang cukup untuknya. Jika pemantauan janin mendeteksi adanya masalah dengan jumlah oksigen yang diterima bayi, caesar darurat dapat dilakukan.
4. Kegagalan dalam proses persalinanIni dapat terjadi ketika serviks belum membesar sepenuhnya, persalinan melambat atau berhenti. Atau bayi tidak dalam posisi keluar yang optimal.
Bila ibu bersikeras meski mengalami kondisi yang tidak memungkinkan untukÂ
persalinan normal. Maka ada risiko yang mengancam dirinya atau si bayi.
"Risikonya, anak bisa meninggal jika ngejannya enggak kuat. Kalau tetap ngotot, biasanya akan tanda tangan surat pernyataan di luar pertanggungjawaban rumah sakit untuk risikonya," tukas Frits.
Simak pula soal kehamilan bayi tabung ini, Bun.
[Gambas:Video Haibunda]
(yun/muf)