Jakarta -
Lihat bayi kembar seringkali bikin Bunda gemes kan? Enggak jarang, jadi ada yang ingin memiliki bayiÂ
kembar juga.
Peluang memiliki anak kembar memang tidak dialami semua orang. Beberapa malah ada yang menyebut bahwaÂ
kehamilan kembar karena ada riwayat keturunan dari keluarga alias faktor genetik. Memang benar seperti itu enggak sih, Bun?
Menurut Dr Anja Scholze dari Stanford University, memiliki bayi kembar identik bukanlah dikarenakan faktor keturunan. Genetika memang berperan dalam memiliki saudara kembar, namun bukan faktor utama.
Sebagai contoh, seorang wanita yang memiliki saudara kandung, seperti misal adik atau kakaknya kembar akan memiliki 2,5 kali peluang lebih tinggi memiliki anak kembar dari kebanyakan wanita lainnya.
Namun, untuk kehamilan tertentu, hanya genetika ibu yang berpengaruh. Kembar fraternal terjadi ketika dua buah telur dibuahi secara simultan dan bukan hanya satu.
 Faktor yang mempengaruhi hamil anak kembar/ Foto: iStock |
Selain itu, gen ayah juga disebut tidak bisa membuat Bunda melepaskan dua telur. Meski Ayah memiliki riwayat keluarga kembar, tidak akan meningkatkan peluang istrinya untuk memiliki anak kembar.
Tetapi, ia dapat meneruskan gen-gen itu kepada cucunya kelak. Dengan riwayat keluarga saudara kembar fraternal, kemungkinan dapat meningkatkan peluang cucu memiliki anak kembar.
"Biasanya, seorang wanita hanya melepaskan sel telur tunggal pada satu waktu. Si kembar fraternal hanya dapat terjadi ketika seorang ibu melepaskan dua telur dalam satu siklus. Inilah yang disebut hiperovulasi," ujar Scholze, dikutip dari The Tech.
Melansir
Whattoexpect, faktor genetik dari pihak wanita biasanya dapat meningkatkan peluang untuk mengandung anak kembar fraternal (dua bayi dari dua telur yang dilepaskan dari ovarium secara bersamaan).
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa memiliki saudara kembar fraternal dalam keluarga dekat ibu, dapat menggandakan peluang untuk hamil kembar fraternal. Ini dikarenakan gen tertentu membuat sebagian wanita hiperovulasi atau melepaskan lebih dari satu sel telur selama setiap siklus menstruasi.
Wanita dengan gen ini tampaknya memiliki kadar hormon tertentu yang secara alami lebih tinggi, termasuk yang terkait dengan regulasi pelepasan sel telur.
Sementara faktor genetik dari pihak pria, bagaimanapun, tidak meningkatkan peluang pasangan untuk memiliki anak kembar. Ini bahkan jika keluarganya penuh dengan keturunan anak kembar.
Laki-laki, tentu saja tidak berovulasi, jadi bahkan jika mereka mewarisi gen hiperovulasi dari orangtuanya, itu tidak akan meningkatkan peluang mereka sendiri untuk hamil kembar.
Semoga infonya membantu ya, Bun.
Bunda, simak yuk curahan hati Marissa Nasution saat harus kehilangan salah satu anak kembarnya dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(rap/rap)