Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

5 Cara Mempersiapkan Kehamilan Sehat Saat Promil, Penting Cegah Cacat Janin

Annisa A   |   HaiBunda

Minggu, 20 Mar 2022 07:00 WIB

Ilustrasi ibu hamil minum
Ilustrasi Kehamilan / Foto: Getty Images/iStockphoto/shurkin_son

Kehamilan merupakan hal yang paling dinantikan oleh pasangan. Oleh karena itu, sudah sewajarnya untuk mempersiapkan kehamilan dengan baik. Tak hanya Bunda, Ayah juga harus ikut serta dalam menyambut Si Kecil.

Ketika Ayah dan Bunda memiliki rencana untuk memiliki momongan, tubuh harus dipersiapkan dengan baik sejak sebelum hamil. Hal ini dilakukan agar janin dapat tumbuh dengan sempurna hingga terlahir menjadi bayi yang sehat.

"Pasangan tentu ingin hamil dan punya momongan. Namun bagaimana kita bisa hamil dalam kondisi optimal? Ini yang penting, karena kita tidak ingin ada cacat janin. Maka itu butuh persiapan optimal untuk mendapatkan buah hati yang kita impikan," tutur dr. Reni Junita, Sp.OG, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Morula IVF dalam sesi HaiBunda Live, beberapa waktu lalu.

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan bagi para calon Bunda. Mulai dari siklus haid, siklus ovulasi, serta jumlah dan kondisi sel telur. Selain itu, Bunda juga perlu memperhatikan kesehatan rahim yang menjadi rumah tempat berkembangnya janin.

Tak hanya Bunda, Ayah juga perlu memperhatikan kesehatan tubuh dengan baik. Tak hanya soal kuantitas, namun kualitas sperma juga menjadi faktor penentu kesuksesan kehamilan.

Untuk mempersiapkan diri menjalani program hamil yang sehat, Bunda dan Ayah perlu mempersiapkan sejumlah hal berikut ini:

1. Perhatikan BMI tubuh

Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh memiliki peran penting dalam menentukan kehamilan Bunda. BMI adalah standar untuk menentukan berat badan sehat.

Nilai BMI dihitung dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram, dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat. BMI di atas 23 biasanya memiliki kecenderungan untuk mengalami obesitas, sedangkan 30 ke atas sudah dikategorikan sebagai obesitas.

"BMI akan sangat mempengaruhi proses ovulasi dan kualitas sel telur. Banyak perempuan mengalami kelebihan berat badan setelah menikah hingga akhirnya siklus haid berantakan. Nah kalau seperti itu sulit menentukan masa subur, dan kondisi sel telurnya serta rahimnya tidak bagus," tutur dr. Reni.

Hal yang sama juga berlaku untuk para suami. Pria yang mengalami obesitas cenderung memiliki kuantitas dan kualitas sperma yang kurang baik, sehingga sulit untuk membuahi sel telur.

2. Atur gaya hidup sehat

Agar tidak mengalami obesitas, pola hidup sehat sangat perlu diterapkan dengan baik. Luangkan waktu untuk berolahraga minimal 30 menit setiap harinya.

Selain menjaga berat badan ideal, Bunda dan Ayah juga perlu menjaga asupan makan. Hindari konsumsi karbohidrat dan gula berlebih, perbanyak asupan serat dan protein. Selain itu, penting untuk mengonsumsi suplemen pendukung kehamilan.

"Paling optimal memang asam folat karena sangat penting untuk mencegah kecacatan pada tulang belakang. Kemudian ada Vitamin D3 untuk mencegah janin keguguran," terangnya.

Selain itu, Bunda juga harus memperhatikan beberapa hal apabila ingin menjalani program hamil. Baca di halaman berikutnya.

Saksikan juga video tentang ketentuan vaksin COVID-19 bagi Bunda yang ingin promil:

[Gambas:Video Haibunda]


TENTUKAN PROGRAM KEHAMILAN

Female doctor giving prescription paper to couple at desk in clinic

Foto: Getty Images/iStockphoto/AndreyPopov

3. Tentukan program kehamilan

Kehamilan perlu direncanakan dengan sedemikian rupa. Beberapa orang mungkin menginginkan jenis kelamin serta jumlah anak secara spesifik. Hal ini bisa dilakukan dengan program kehamilan tertentu.

"Janin kembar punya faktor dari genetik, serta bisa juga lewat program kehamilan. Bisa dilakukan stimulasi ovarium untuk mempengaruhi jumlah sel telur. Selain itu ada juga sex selection apabila mengharapkan jenis kelamin tertentu," kata dr. Reni.

Selain kehamilans secara alami, program kehamilan seperti In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung dapat dipertimbangkan bagi pasangan yang kesulitan mendapatkan momongan.

4. Perhatikan faktor usia

Dalam menjalani program kehamilan baik secara alami maupun genetik, jangan lupa untuk memperhatikan faktor usia. Reni menjelaskan, usia subur pasangan untuk melaksanakan program kehamilan berkisar antara 25-35 tahun.

"Usia optimal untuk kehamilan memang di antara 25-35 tahun, karena pada umumnya kuantitas dan kualitas sel telur akan menurun di atas usia 35 tahun," ujarnya.

5. Kehamilan kedua

Setelah mendapatkan momongan, pada umumnya pasangan masih ingin mendapatkan anak kedua dan seterusnya. Namun tak sedikit yang kesulitan hamil setelah dikaruniai anak pertama.

"Ini namanya infertilitas sekunder. Kalau pasutri yang baru menikah aktif berhubungan seksual tanpa pengaman namun tidak hamil dalam setahun, itu infertilitas primer," kata dr. Reni.

"Tetapi kalau jarak anak pertama dan kedua cukup jauh meski aktif melakukan program kehamilan, itu perlu dicek. Salah satunya bisa jadi karena faktor usia, di mana kondisi sel sperma dan sel telur mengalami penurunan," sambungnya.


(anm)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda