kehamilan
Bahaya Inkompatibilitas Rhesus pada Ibu Hamil dan Janin, Simak Penyebab & Cara Mencegah
Rabu, 07 Dec 2022 15:55 WIB
Bunda pasti sudah tak asing dengan istilah golongan darah yang terdiri dari A, B, O, dan AB. Tapi tahukah Bunda bahwa di dalam setiap golongan darah ada yang disebut rhesus?
Rhesus (Rh) adalah salah satu golongan darah yang terdiri dari positif dan negatif. Rhesus ada di dalam darah setiap orang dan ternyata bisa memengaruhi kehamilan, Bunda.
Rhesus pada ibu hamil atau bumil dapat berbeda dengan janin yang dikandungnya. Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai bumil adalah inkompatibilitas rhesus.
Inkompatibilitas rhesus adalah kondisi di mana rhesus ibu hamil negatif, tetapi rhesus janinnya positif. Biasanya, kondisi ini terjadi pada wanita dengan rhesus negatif yang menikah dengan pria dengan rhesus positif.
Inkompatibilitas rhesus termasuk jarang terjadi pada wanita di Indonesia atau di daerah Asia. Kebanyakan wanita di Asia memiliki rhesus positif, sehingga dapat hamil anak dengan rhesus apapun.
Penyebab inkompatibilitas rhesus
Inkompatibilitas rhesus terjadi saat darah ibu bercampur dengan darah janin yang berbeda rhesus. Nah, ada 3 kondisi yang dapat menyebabkan darah bumil tercampur dengan janinnya, yakni:
1. Keguguran
Keguguran dengan umur hamil di atas 12 minggu dapat membuat darah Bunda tercampur dengan janin yang sudah meninggal.
2. Trauma benda tumpul
Inkompatibilitas rhesus pada bumil juga bisa terjadi karena trauma benda tumpul, seperti ibu tertabrak motor. Trauma dapat menyebabkan plasenta terlepas, sehingga darah ibu dan janinnya tercampur.
3. Persalinan
Persalinan bisa menjadi risiko tinggi jika darah ibu dan janin yang berbeda rhesus tercampur. Saat dilahirkan, darah bayi akan keluar dan tercampur dengan darah ibunya.
Dampak inkompatibilitas rhesus
Pada kasus inkompatibilitas rhesus, tubuh bumil yang memiliki rhesus negatif akan menganggap rhesus janinnya yang positif sebagai benda asing. Akhirnya, tubuh ibu hamil akan menghasilkan antibodi anti-D.
Antibodi yang begitu tinggi tersebut, dapat menyebabkan tubuh Bunda menolak lagi bayi dengan rhesus positif di kehamilan berikutnya.
Lalu apa yang terjadi pada janin dengan inkompatibilitas rhesus?
Tubuh ibu hamil yang sudah membentuk antibodi, akan menyerang rhesus positif dari bayi dalam kandungan karena dianggap benda asing. Akhirnya, sel darah dalam tubuh bayi pecah dan terjadi pemecahan hemoglobin (Hb).
Dampaknya, janin dapat terkena anemia hemolipid. Anemia ini menyebabkan darah bayi rendah. Produk darah yang terpecah juga akan menghasilkan bilirubin.
Pada kondisi bilirubin yang tinggi, bayi akan menjadi kuning. Kadar bilirubin tinggi bila dibiarkan bisa menyerang otak hingga menyebabkan kematian pada kasus yang fatal.
Pencegahan inkompatibilitas rhesus
Pencegahan inkompatibilitas rhesus dapat dilakukan saat Bunda hamil anak pertama. Sebab, dampak inkompatibilitas rhesus ini biasanya baru berakibat fatal bila Bunda sedang program hamil anak kedua dan seterusnya.
Cara mencegah inkompatibilitas rhesus adalah dengan pemberian Anti-D Imunoglobulin (Rho). Beberapa puluh tahun yang lalu, peneliti menemukan bahwa Anti-D Imunoglobulin ini bisa membuat seolah-olah tubuh Bunda sudah memiliki antibodi, sehingga tubuh tidak menciptakan antibodi sendiri yang akan menolak kehadiran janin dengan rhesus positif.
Anti-D Imunoglobulin diberikan saat kehamilan berusia 28 minggu dan ketika Bunda melahirkan. Pemberian obat di usia kehamilan 28 minggu dimaksudkan untuk menghindari bayi lahir prematur. Sementara pemberian kedua kali saat persalinan dilakukan untuk memastikan antibodi sudah terbentuk dengan baik.
Selain itu, penyuntikan Anti-D Imunoglobulin juga dapat dilakukan segera setelah ibu mengalami keguguran. Misalnya, keguguran di usia kehamilan pertama 12 minggu.
Apa inkompatibilitas rhesus bisa dicegah sebelum hamil?
Inkompatibilitas rhesus sulit dicegah meski pasangan sudah mengetahui kondisinya. Tapi, setidaknya Bunda bisa meminimalisir risiko dengan memeriksakan golongan darah lengkap sebelum program hamil.
Tak hanya itu, pengecekan golongan darah juga perlu dilakukan pada bayi baru lahir. Jadi, sejak kecil, Bunda sudah bisa mengantisipasi kondisi buah hati sampai dia besar nanti.
Kejadian inkompatibilitas rhesus juga dapat diminimalisir dengan menjaga kehamilan. Hindari hal-hal yang dapat memicu plasenta terlepas, hingga mengakibatkan darah Bunda dan janin bercampur.
Terakhir, Bunda dapat rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter kandungan. Pastikan dokter mengetahui kondisi rhesus Bunda untuk meminimalisir risiko mengalami inkompatibilitas rhesus.
Pemeriksaan untuk cek golongan darah bayi dalam kandungan
Golongan darah bayi dalam kandungan bisa diketahui lho, Bunda. Caranya dengan melakukan pemeriksaan cord sampling.
Cord sampling dilakukan dengan cara mengambil darah di tali pusat. Darah diambil dengan cara disuntik atau jarum ditusuk dari perut, dengan bantuan USG. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan di akhir trimester kedua, Bunda.
Cord sampling memang bisa mendeteksi golongan darah janin. Tapi, tindakan ini bisa menimbulkan risiko pada janin.
Risiko inkompatibilitas rhesus hanya memiliki satu anak?
Inkompatibilitas rhesus dapat berisiko menyebabkan Bunda sulit memiliki anak lebih dari satu. Terutama bila kondisi ini tidak terdeteksi di kehamilan pertama atau tidak disuntikkan Anti-D Imunoglobulin.
Pada inkompatibilitas rhesus, bayi sudah terlebih dulu 'ditolak' sebelum menjadi janin. 'Penolakan' ini bisa berupa keguguran atau sulit memiliki anak lagi di kehamilan berikutnya.
Nah, untuk mencegah segala risiko tersebut, Ayah dan Bunda sebaiknya memeriksakan golongan darah sebelum program hamil. Pasangan calon suami istri juga dapat melakukan pemeriksaan pra nikah.
Simak informasi mengenai penyebab susah hamil dalam video di bawah ini:

