Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kehamilan di Luar Rahim, Apakah Berbahaya dan Bisa Hamil Kembali?

Melly Febrida   |   HaiBunda

Minggu, 09 Apr 2023 11:10 WIB

Ilustrasi USG
Kehamilan di Luar Rahim, Apakah Berbahaya dan Bisa Hamil Kembali?/Foto: Getty Images/iStockphoto/

Kehamilan bisa terjadi di luar rahim dan biasanya tidak dapat berlanjut. Apakah kehamilan di luar rahim ini berbahaya dan wanita bisa hamil kembali?

Kehamilan di luar rahim atau dikenal dengan kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi ditanamkan di lokasi yang tidak mendukung pertumbuhannya.

Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi di tuba fallopi, yang menghubungkan ovarium dan rahim. Padahal tuba fallopi tidak untuk menampung embrio tumbuh.

Gejala dan penyebab kehamilan di luar rahim

Melansir laman ClevelandClinic, gejala awal kehamilan ektopik bisa sangat mirip dengan gejala kehamilan pada umumnya. Namun, kehamilan ektopik tidak selalu bergejala.

Jika bergejala, gejala tersebut cenderung berkembang antara minggu ke-4 dan ke-12 kehamilan.

Bunda juga dapat mengalami gejala tambahan selama kehamilan ektopik, termasuk:

  • Pendarahan vagina.
  • Nyeri di perut bagian bawah, panggul, dan punggung bawah.
  • Pusing atau kelemahan.

Jika tuba fallopi  pecah, rasa sakit dan pendarahan bisa cukup parah yang menimbulkan gejala tambahan. Ini dapat termasuk:

  • Pingsan.
  • Tekanan darah rendah (hipotensi).
  • Sakit bahu.
  • Tekanan dubur atau masalah usus.

Saat tabung pecah, Bunda mungkin merasakan sakit perut bagian bawah yang tiba-tiba dan tajam. Ini darurat medis sehingga harus menghubungi dokter.

Untuk penyebab kehamilan ektopik, kebanyakan kasus disebabkan oleh kondisi yang memperlambat atau menghalangi pergerakan sel telur ke saluran tuba. Ini bisa terjadi karena:

  • Jaringan parut, adhesi atau peradangan dari operasi panggul sebelumnya.
  • Saluran tuba mengalami kerusakan, seperti akibat infeksi menular seksual (IMS).
  • Terlahir dengan tuba fallopi berbentuk tidak beraturan.
  • Pertumbuhan yang menghalangi saluran tuba.

Bahaya kehamilan di luar rahim

Jika Bunda bertanya berbahayakah kehamilan di luar rahim? Kehamilan ektopik ini bisa mengancam jiwa, terutama jika tuba fallopi pecah. Apabila kehamilan ektopik pecah, dapat menyebabkan pendarahan hebat, infeksi, dan terkadang menyebabkan kematian. Kondisi ini darurat medis, sehingga dokter harus menangani kehamilan ektopik dengan cepat.

Pencegahan kehamilan di luar rahim

Bunda tidak dapat mencegah kehamilan ektopik. Namun, dapat mencoba mengurangi risiko dengan mengikuti kebiasaan gaya hidup yang baik. Ini bisa termasuk tidak merokok, mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat, dan mencegah infeksi menular seksual (IMS). 

Apakah Bunda bisa hamil lagi setelah mengalami kehamilan luar rahim? Simak penjelasannya di halaman berikutnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan video tentang penyebab dan risiko kehamilan ektopik:

[Gambas:Video Haibunda]



BUNDA MASIH BISA HAMIL LAGI?

Pregnant woman in the early stages touches the belly with her hands. First and second trimester of pregnancy.

Kehamilan di Luar Rahim, Apakah Berbahaya dan Bisa Hamil Kembali?/Foto: Getty Images/iStockphoto/

Jika kehamilan dinyatakan di luar rahim, Bunda tentu berharap embrio ini bisa dipertahankan. Bunda bisa meminta pendapat lain dokter jika belum yakin. Yang jelas kehamilan ektopik itu tidak bisa berlanjut.

Setelah sel telur tertanam di luar rahim, tidak dapat memindahkannya ke rahim. Perawatan yang tepat untuk kehamilan ektopik adalah penting. Kehamilan ini biasanya tidak dapat diselamatkan dan harus diangkat menggunakan obat atau operasi.

Dan jika pernah mengalami kehamilan luar rahim, apa bisa hamil lagi? Kebanyakan orang dengan kehamilan ektopik masa lalu dapat sukses hamil di masa depan. Namun ada risiko lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik setelah mengalaminya.

Banner THR

Bunda perlu membicarakan dengan dokter tentang penyebab kehamilan ektopik dan faktor risiko apa yang mungkin Bunda miliki yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik di masa mendatang.

Sebenarnya, Bunda dapat saja hamil dengan cepat setelah perawatan, namun sebaiknya menunggu hingga tiga bulan. Ini agar memberi waktu tuba fallopi untuk sembuh dan mengurangi risiko kehamilan ektopik lainnya.

Untuk kasus yang tuba fallopinya sudah diangkat, kebanyakan masih dapat memiliki bayi apabila hanya salah satu saluran tuba yang diangkat.

Kebanyakan orang dilahirkan dengan dua saluran tuba. Bunda hanya memerlukan satu saluran tuba untuk kehamilan. Telur masih dapat melakukan perjalanan ke saluran tuba yang tersisa. Kadang-kadang, wanita mungkin perlu menggunakan perawatan kesuburan seperti IVF yang tidak melibatkan saluran tuba fallopi.


(pri/pri)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda