Jika Bunda terbiasa melakukan waxing sebelum hamil, mungkin Bunda jadi bertanya-tanya apakah boleh melakukan waxing saat hamil? Saat hamil, Bunda mungkin ragu melakukannya terutama jika mempertimbangkan faktor kemanannya.

Waxing sendiri adalah salah metode penghilangan bulu yang cukup umum dilakukan karena praktis dan dipercaya memperlambat pertumbuhan rambut kembali. Namun, keadaan kulit Bunda saat hamil berbeda dengan saat Bunda sebelum hamil. Sehingga pilihan waxing sangat perlu Bunda pikirkan dengan matang dengan mempertimbangnya segala macam kondisi.

Jika Bunda ingin mengetahui apakah boleh melakukan waxing saat hamil. Berikut ini akan Bubun paparkan beberapa hal mengenai praktik waxing selama kehamilan. Simak ya, Bunda!

Pertumbuhan rambut selama kehamilan

Melansir dari Healthline, saat hamil, hormon menyebabkan perubahan pada rambut dan kuku Bunda karena siklus pertumbuhan aktif Bunda  yang berlangsung lebih lama. Rambut di kepala Bunda pun bisa tumbuh lebih tebal dan lebat. Rambut rontok pun mungkin akan berkurang.

Meskipun rambut kepala yang lebih tebal terdengar bagus, sayangnya kepala bukan satu-satunya tempat yang menumbuhkan rambut. Banyak wanita mengalami pertumbuhan rambut di tempat-tempat yang tidak diinginkan, seperti ketiak, kaki, dan garis celana dalam, atau di area kemaluan.

Bunda juga lebih mungkin melihat rambut di tempat yang mungkin tidak terlihat sebelumnya, seperti rambut di dagu, bibir atas, punggung bawah, garis perut ke area kemaluan, dan di sekitar puting.

Jangan khawatir Bunda, pola pertumbuhan rambut baru ini tidak akan bertahan selamanya. Sekitar enam bulan atau lebih setelah melahirkan, rambut dan kuku Bunda akan kembali normal. Namun tidak dapat dipungkiri rambut-rambut tubuh terkadang sangat mengganggu dan membuat tidak nyaman sehingga Bunda akan melakukan apapun untuk menghilangkannya.

Bolehkan waxing saat hamil?

Melakukan waxing selama kehamilan umumnya dianggap aman. Bahkan kit waxing rumah cenderung aman untuk kehamilan lho, Bunda. Namun untuk melakukannya, Bunda harus memperhatikan suhu wax, kesehatan kulit Bunda, hingga bahan waxing.

Berikut ini adalah beberapa kondisi kulit yang tidak boleh di-wax:

• potongan terbuka
• pembuluh mekar
• ruam
• jaringan parut
• tahi lalat
• jerawat
• kutil

“Wax dapat membuat kulit teriritasi dan membengkak, berpotensi menyebabkan jerawat, folikulitis, dan ingrown hair atau rambut tumbuh ke dalam,” kata Dr. Tsippora Shainhouse , dokter kulit yang berbasis di Los Angeles, California, melalui Healthline.

“Kulit yang rusak memiliki kemungkinan kecil untuk mengembangkan infeksi kulit lokal, yang biasanya dapat ditangani dengan antibiotik topikal,” tambahnya.

Shainhouse juga merekomendasikan untuk memastikan wax tidak terlalu panas dan pastikan Bunda dapat melihat serta menjangkau area yang akan di-waxing untuk mencegah kulit terbakar, yang akan menyebabkan rasa sakit hingga infeksi.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum waxing saat hamil

Meskipun sangat aman untuk melakukan waxing saat hamil, Bunda tetap perlu mengambil beberapa langkah tambahan untuk menjaga diri agar tetap aman selama kehamilan. Dilansir dari Belly Belly, beberapa hal berikut ini perlu Bunda perhatikan selama waxing.

1. Tempat waxing

Meskipun aman-aman saja melakukan waxing sendiri dengan waxing kit di rumah, tetapi akan lebih baik jika Bunda melakukan waxing dengan pegawai spa yang telah berlisensi. Bunda dapat meminta rekomendasi dari teman atau mencarinya di internet untuk mendapatkan pengalaman waxing yang menyenangkan selama kehamilan.

2. Informasikan tentang kehamilan Bunda pada terapis

Penting untuk memberi tahu terapis waxing tentang kondisi kehamilan Bunda sebelum Bunda membuat janji temu untuk waxing. Pastikan untuk mengingatkan mereka pada hari itu juga. Mereka mungkin mengubah layanan mereka saat melakukan juga waxing pada klien hamil dan mungkin, tip perawatan setelahnya yang disesuaikan dengan kehamilan.

3. Pilih salon yang menggunakan hard wax

Waxing dapat dilakukan dengan menggunakan hard wax atau strip wax. Strip wax melekat pada lapisan atas kulit, sehingga akan terasa sakit saat dicabut. Sebaliknya, hard wax hanya menempel pada rambut dan merupakan metode waxing yang tidak terlalu menyakitkan. Hard wax adalah metode waxing yang disukai selama kehamilan, karena lebih lembut di kulit.

Alternatif lain untuk menghilangkan bulu selain waxing selama kehamilan

Aliran darah ekstra ke area kemaluan selama kehamilan bisa membuat waxing saat hamil lebih menyakitkan dari biasanya. Hormon prenatal juga dapat berperan dalam menurunkan ambang rasa sakit Bunda.

Jika Bunda tidak nyaman atau takut melakukan waxing selama kehamilan, Bunda bisa mengganti alternatif lain selain waxing seperti mencukurnya atau menggunakan pinset pada are yang lebih kecil seperti alis dan putting.

Krim penghilang rambut juga cukup aman untuk Bunda lakukan ketika hamil, ditambah Bunda tidak perlu merasakan sakit. Namun, karena kulit Bunda lebih sensitif, jika merasakan sensasi terbakar atau tidak bau krimnya dapat membuat Bunda mual, segera hentikan penggunaannya ya, Bunda.

Semoga informasinya membantu!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Informasi lain mengenai kehamilan bisa Bunda saksikan dalam video di bawah ini: