KEHAMILAN
Kista Bartholin, Penyakit di Organ Vital Perempuan: Penyebab, Gejala & Pengobatan
Dr. dr. Suskhan Djusad, Sp.OG (K) | HaiBunda
Selasa, 01 Aug 2023 19:30 WIBBunda pernah dengar kista bartholin? Kista ini ternyata cukup banyak ditemukan pada wanita yang aktif secara seksual.
Di Indonesia, angka kejadian kasus ini sekitar 5 persen pada wanita. Ibarat gunung es, kista bartholin berada di bagian paling bawah dan tidak banyak diketahui oleh masyarakat.
Penyebab kista bartholin
Kista bartholin adalah suatu benjolan atau bengkak di vagina yang terjadi karena trauma dan infeksi pada daerah kelenjar bartholin. Kelenjar ini terletak di vagina kiri dan vagina kanan, Bunda.
Kista bartholin memiliki bentuk seperti benjolan yang berisi cairan dan dapat memiliki lebih dari satu lobus. Kista ini lama-kelamaan dapat membesar atau disebut giant kista bartholin.
Berbeda dengan kista ovarium yang dapat disebabkan karena faktor hormonal dan genetik, kista bartholin banyak disebabkan karena infeksi di vagina yang ditularkan dari pasangan saat berhubungan seksual.
Dalam literatur disebutkan ada beberapa jenis bakteri Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat menyebabkan kista bartholin, yakni streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, dan Chlamydia trachomatis.
Infeksi pada kista bartholin dimulai dengan munculnya kemerahan di area vagina, lalu diikuti dengan pembengkakan, hingga muncul benjolan. Infeksi menyebabkan kelenjar bartholin terus memproduksi cairan, tapi tidak keluar sehingga membentuk kista.
Kelompok rentan terkena kista bartholin
Ada beberapa kelompok yang rentan terkena kista bartholin, Bunda. Berikut kelompok yang dimaksud:
1. Wanita yang aktif secara seksual
Wanita yang aktif secara seksual sangat rentan terkena kista bartholin. Apalagi bila ia atau suami sering berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual.
Kista ini jarang dialami wanita yang menopause karena produksi kelenjar bartholin yang sudah mulai menurun. Namun, kemungkinan terkena kista tetap ada bila wanita masih aktif secara seksual.
2. Ibu hamil
Ibu hamil juga rentan terkena kista bartholin. Daya tahan tubuh ibu hamil yang rendah membuatnya rentan terkena infeksi yang tertular saat berhubungan seksual.
Kista bartholin pada ibu hamil tidak berbahaya apabila segera ditangani. Namun, kondisi ini dapat membahayakan kehamilan bila tidak ditangani dengan tepat atau saat infeksi sudah masuk ke dalam tubuh.
Gejala kista bartholin
Wanita yang mengalami kista bartholin akan mengalami beberapa gejala, seperti:
- Rasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas, terutama duduk dan berdiri
- Rasa tidak nyaman dan nyeri saat berhubungan seksual
- Muncul kemerahan dan bengkak di area vagina
- Muncul benjolan di vagina yang sakit bila ditekan
- Demam karena infeksi
Pemeriksaan kista bartholin
Pemeriksaan untuk mendiagnosis kista bartholin dapat diawali dari keluhan atau gejala yang muncul. Bila mengalami rasa tidak nyaman di area vagina, nyeri, dan benjolan, dokter akan memastikan dengan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat benjolan di vagina kiri atau kanan. Lalu, dokter akan memegang benjolan tersebut untuk memastikan ada atau tidaknya rasa sakit.
Pengobatan kista bartholin
Ada beberapa langkah penanganan kista bartholin pada wanita, yakni:
1. Pemberian antibiotik
Antibiotik dapat diberikan pada kista bartholin yang masih kecil. Pada beberapa kasus, antibiotik dapat menghilangkan benjolan kista.
Selain pada istri, antibiotik juga dapat diberikan ke suami bila sudah dipastikan terpapar bakteri PMS. Hal ini dilakukan agar kista bartholin tidak dapat tumbuh kembali akibat berhubungan seksual.
2. Marsupialisasi kista
Marsupialisasi kista merupakan prosedur untuk mengeluarkan cairan kista dengan sayatan. Kista akan dibelah dan dikeluarkan cairan di dalamnya.
Prosedur ini dilakukan bila pemberian antibiotik tidak dapat mengatasi kista atau benjolan semakin membesar. Sayangnya, marsupialisasi tidak dapat menyembuhkan kista secara menyeluruh. Pada kasus tertentu, kista bartholin dapat kambuh lagi (recurrent).
3. Pengangkatan kelenjar bartholin
Prosedur pengangkatan kelenjar bartholin dapat dilakukan bila prosedur sebelumnya tidak berhasil, atau mengalami recurrent. Proses dilakukan dengan cara mengangkat semua jaringan kelenjar bartholin melalui operasi.
Cara ini memang dapat menghilangkan risiko recurrent kista bartholin. Namun, dampaknya bisa menghilangkan cairan yang melumasi vagina. Akibatnya, wanita dapat mengalami nyeri saat berhubungan seksual.
Apa kista bartholin dapat mengganggu kesuburan?
Kista bartholin termasuk kista jinak dan jarang yang menjadi keganasan. Namun, kista ini secara tidak langsung dapat memengaruhi kesuburan wanita, Bunda.
Infeksi pada kista yang berada daerah vagina dapat masuk ke dalam tubuh atau naik ke atas. Hal tersebut bisa berisiko menyebabkan radang panggul dan beberapa masalah di organ reproduksi. Pada akhirnya, kondisi itu dapat menyebabkan wanita menjadi sulit hamil.
Pencegahan kista bartholin
Sejauh ini belum diketahui secara pasti cara mencegah kista bartholin. Namun, karena penularan bisa bersumber dari hubungan seksual, maka sebaiknya pasangan lebih aware lagi dan menghindari untuk berganti pasangan.
Saat berhubungan seksual, pasangan suami istri juga dapat menggunakan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual. Cara lain untuk menurunkan risiko adalah menjaga kebersihan organ intim, baik pada suami atau istri. Bila salah satu pasangan terinfeksi, sebaiknya hindari dulu melakukan hubungan seksual.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)