Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Bahaya Herpes Saat Hamil, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 04 Jan 2024 19:00 WIB

Ilustrasi Ibu Hamil
Ilustrasi Herpes Saat Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/ronnachaipark
Daftar Isi
Jakarta -

Selama hamil, Bunda menjadi rentan terkena penyakit atau terpapar virus karena daya tahan tubuh yang menurun. Salah satu infeksi yang bisa menyerang saat hamil adalah herpes.

Herpes saat hamil dapat menimbulkan masalah pada janin. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa herpes dapat diobati dan bahkan dicegah, namun tidak dapat disembuhkan.

Penyebab herpes pada ibu hamil

Salah satu jenis herpes yang rentan dialami ibu hamil adalah herpes genital. Menurut Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG), herpes genital merupakan infeksi seksual menular yang disebabkan oleh virus herpes simplex atau herpes simplex virus (HSV).

Terdapat dua jenis HSV, yakni HSV-1 dan HSV-2, yang keduanya dapat menyebabkan infeksi pada area genital dan anus. Virus penyebab herpes ini juga dapat menyerang area sekitar mulut dan hidung (cold sores), serta jari dan tangan (herpetic whitlows).

"Pada wanita, herpes genital dapat terjadi pada kulit di dalam dan sekitar vagina, vulva (bibir di sekitar lubang vagina), uretra (saluran tempat urine keluar dari kandung kemih) dan anus," tulis RCOG dalam laman resminya.

Herpes genital biasanya ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Baik perempuan maupun laki-laki bisa terkena virus ini.

Virus herpes simplex akan masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil di kulit atau kulit tipis di mulut atau area genital. Begitu Bunda tertular virus ini, virus dapat berada di tubuh seumur hidup, meski virus tersebut tidak aktif.

Gejala herpes pada ibu hamil

Dilansir Baby Center, kebanyakan pengidap herpes genital tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala yang ringan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), bahkan hampir 90 persen pengidapnya tidak menyadari terkena infeksi ini, Bunda.

Gejala herpes saat hamil juga sangar bervariasi. Infeksi ini biasanya paling parah ketika perempuan pertama kali terinfeksi, dan tubuh belum memiliki antibodi terhadap virus tersebut.

Berikut beberapa gejala herpes yang mungkin dialami ibu hamil:

  • Muncul benjolan merah di vagina atau vulva antara 2-10 hari setelah terpapar virus.
  • Benjolan tersebut berubah menjadi lepuh dan akhirnya pecah dan menjadi luka yang menyakitkan.
  • Area di sekitar vagina terasa seperti kesemutan, gatal, dan sensasi terbakar.
  • Buang air kecil menjadi menyakitkan.
  • Kelenjar getah bening menjadi lunak dan bengkak di dekat selangkangan.
  • Gejala mirip flu, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot.

Apakah herpes pada ibu hamil bisa menular ke janin?

Ibu hamil dengan herpes genial harus berhati-hati karena infeksi dari virus ini dapat menular ke bayinya. Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi yang berbasis di Amerika, Traci C. Johnson, MD, mengatakan bahwa ibu hamil memang harus waspada, tapi tak perlu terlalu khawatir.

"Seorang ibu dapat menularkan bayinya saat melahirkan, terkadang dapat berakibat fatal," kata Johnson, mengutip Web MD.

"Namun, bila seorang perempuan mengidap herpes genital sebelum kehamilan, atau jika mereka pertama kali terinfeksi pada awal kehamilan, kemungkinan bayinya tertular sangat rendah, kurang dari 1 persen."

Menurut Johnson, herpes saat hamil harus diperiksa dengan cermat untuk mengetahui gejala apa pun sebelum melahirkan. Jika luka atau tanda-tanda akan terjadinya wabah muncul pada saat persalinan, maka bayi dapat dilahirkan melalui operasi caesar.

Ibu hamil sakitIlustrasi Herpes saat Hamil/ Foto: iStockphoto

Dampak herpes saat hamil

Kemungkinan bayi tertular herpes tetap ada dan perlu diketahui selama kehamilan. Risiko penularan bisa menjadi cukup tinggi, yakni sekitar 30 sampai 50 persen, ketika Bunda baru terinfeksi di akhir kehamilan.

Kondisi tersebut biasanya terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang belum mengembangkan antibodi pelindung terhadap virus. Sebaliknya, ibu hamil yang sudah terinfeksi lebih awal umumnya sudah memiliki antibodi terhadap virus, yang membantu melindungi bayinya.

Menurut Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi, Layan Alrahmani, M.D., dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat menularkan ke janin di trimester pertama. Herpes juga dapat ditularkan ke bayi setelah ia lahir.

"Dalam kasus yang jarang terjadi, jika ibu hamil terkena infeksi herpes pada trimester pertama, virus dapat melewati plasenta dan menyebabkan keguguran atau cacat lahir yang serius. Herpes juga dapat ditularkan ke bayi setelah lahir, dan komplikasinya bisa parah," ungkap Alrahmani.

Apa yang terjadi jika bayi tertular herpes dari ibu hamil?

Herpes pada bayi baru lahir umumnya muncul melalui beberapa tanda, yakni:

1. Infeksi kulit, mata, dan mulut

Kebanyakan bayi yang lahir dengan herpes terkena infeksi jenis ini. Bayi dengan infeksi ini mungkin mendapatkan luka saat lahir atau luka berkembang hingga enam minggu kemudian. Namun luka tersebut biasanya muncul saat bayi berusia antara 1 dan 2 minggu.

"Luka herpes biasanya terlihat seperti lecet dan bisa muncul di bagian tubuh mana pun pada bayi. Seringkali luka muncul di tempat yang terdapat cedera atau iritasi kulit ringan, seperti di pergelangan tangan," ujar Alrahmani.

2. Penyakit sistem saraf pusat (SSP)

Sekitar sepertiga bayi baru lahir yang mengidap herpes dapat mengalami masalah di sistem saraf pusat pada. Hal ini biasanya terjadi sekitar usia 2 atau 3 minggu, namun dapat muncul kapan saja selama 6 minggu pertama setelah kelahiran.

Bayi dengan penyakit SSP mungkin memiliki gejala seperti mudah marah, demam, lesu, susah makan, atau kejang.

3. Penyakit yang menyebar

Sekitar seperempat bayi yang lahir dengan herpes mengalami kondisi yang disebut herpes yang menyebar atau disseminated herpes. Penyakit yang sangat serius ini melibatkan banyak organ, seringkali paru-paru dan hati.

Disseminated herpes biasanya muncul pada minggu pertama setelah bayi lahir, dan sulit untuk didiagnosis karena bayi mungkin tidak mengalami luka herpes yang khas. Sejumlah bayi yang mengidap penyakit menular tidak dapat bertahan hidup, dan seringkali berakhir dengan masalah kesehatan dan perkembangan serius dalam jangka panjang.

Cara mengatasi herpes pada ibu hamil

Sejaun ini, tidak ada obat untuk mengatasi herpes saat hamil. Setelah Bunda tertular, virus tetap berada di area saraf dekat tulang belakang dan dapat aktif kapan saja.

Pemberian obat antivirus dapat membantu mencegah atau memperpendek wabah. Terapi antivirus seringkali direkomendasikan bagi perempuan yang gejalanya kambuh selama kehamilan.

Penggunaan obat antivirus ini harus lah dengan konsultasi ke dokter. Dokter akan memutuskan jenis terapi pengobatan yang tepat dengan menimbang risiko dan manfaatnya.

"Untuk ibu hamil dengan riwayat herpes genital, dokter mungkin merekomendasikan obat antivirus dosis harian selama sebulan sebelum tanggal perkiraan lahir," kata Johnson.

Sementara menurut NHS Inggris, terapi antivirus mungkin akan diberikan dari minggu ke-36 kehamilan untuk mengurangi kemungkinan wabah saat melahirkan, atau
dari pertama kali didiagnosis hingga kelahiran jika Bunda pertama kali terkena herpes setelah minggu ke-28 kehamilan.

Perlu diketahui, banyak ibu hamil dengan herpes melahirkan bayinya secara pervaginam. Namun, ada pula yang diberikan rekomendasi untuk melahirkan melalui operas caesar, tergantung pada kondisi.

Cara mencegah penularan herpes saat hamil

Cara terbaik untuk mencegah herpes saat adalah dengan mempraktikkan seks yang aman. Untuk menurunkan risiko terkena herpes (dan penyakit menular seksual lainnya), jangan berhubungan seks dengan pasangan bila ia mengalami luka atau gejala herpes.

Bila suami tidak mengidap infeksi herpes, Bunda tetap disarankan untuk menghindari dulu berhubungan seks, terutama di trimester ketiga. Namun jika ingin berhubungan seks, maka sebaiknya menggunakan kondom lateks. Kondom memang tidak selalu dapat mencegah penularan, namun dapat mengurangi risiko.

Beberapa dokter juga berpendapat bahwa semua perempuan sebaiknya menjalani tes herpes ketika mereka hamil, terutama bila suaminya mengidap infeksi ini. Coba Bunda dan Ayah konsultasikan tentang tes ini untuk menurunkan risiko herpes.

Demikian penjelasan mengenai herpes saat hamil. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda