Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Mengenal Plasenta Anterior pada Kehamilan dan Risiko Komplikasinya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 05 Jan 2024 11:05 WIB

Ilustrasi Janin
Ilustrasi Janin dan Plasenta/ Foto: Getty Images/iStockphoto/yucelyilmaz
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda pernah mendengar istilah plasenta anterior pada kehamilan? Istilah ini jarang diketahui ibu hamil dan baru bisa terdeteksi melalui ultrasonografi (USG).

Dilansir Healthline, plasenta merupakan organ yang unik dan hanya ada selama kehamilan. Organ ini bertugas untuk mengambil nutrisi dan oksigen dari tubuh Bunda untuk selanjutnya ditransfer ke janin.

Plasenta dapat menempel di mana saja di dalam rahim, Bunda. Umumnya, plasenta berada di bagian atas atau samping rahim.

Namun, plasenta juga bisa menempel di bagian depan perut atau di bagian belakang rahim di dekat tulang belakang. Dokter biasanya akan memeriksa posisi plasenta ini selama USG di usia kehamilan sekitar 18 sampai 21 minggu.

Posisi plasenta yang menempel di lokasi yang tak lazim, seperti plasenta anterior, bukanlah kondisi umum yang sering terjadi pada ibu hamil. Setidaknya, ini terjadi pada sekitar setengah dari seluruh ibu hamil.

Apa itu plasenta anterior?

Plasenta anterior terletak di depan rahim atau di dekat perut. Plasenta jenis ini akan tampak seperti bantalan antara janin dan perut Bunda, tapi tidak akan mengubah bentuk perut selama hamil.

"Plasenta anterior biasanya tidak menyebabkan masalah pada kehamilan atau komplikasi kesehatan," kata ahli kesehatan perempuan Monte Swarup, M.D., FACOG, dikutip dari Parents.

Plasenta anterior juga tak akan memengaruhi fungsinya dalam memberikan nutrisi ke janin. Namun, Bunda bisa mengalami kehamilan yang berbeda dari umumnya.

Plasenta biasanya akan berkembang di lokasi sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, dan sekitar setengah dari semua plasenta berada di posisi anterior. Artinya, plasenta anterior sebenarnya merupakan kondisi yang paling umum terjadi pada ibu hamil.

Apa plasenta anterior berbahaya bagi janin?

Plasenta anterior sebenarnya bukan kondisi yang perlu dikhawatirkan, Bunda. Namun, ada kemungkinan plasenta anterior dapat tumbuh ke bawah, bukannya ke atas. Ini berarti plasenta tumbuh menuju leher rahim.

"Kondisi tersebut dapat menghalangi jalan lahir bayi pada saat persalinan dan menyebabkan perdarahan. Kondisi ini dikenal dengan istilah plasenta previa," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Valinda Riggins Nwadike, MD, MPH.

"Jika plasenta menghalangi seluruh atau sebagian leher rahim (serviks) selama persalinan, maka diperlukan tindakan operasi caesar," sambungnya.

Secara umum, plasenta anterior tidak akan membuat perbedaan yang signifikan pada kehamilan, proses persalinan, hingga kelahiran janin.

Ilustrasi JaninIlustrasi Janin/ Foto: Getty Images/iStockphoto/janulla

Hal yang terjadi bila alami plasenta anterior

Bunda yang mengalami plasenta anterior bisa menjalani kehamilan yang berbeda dengan kehamilan lainnya. Berikut hal yang terjadi bila mengalami plasenta anterior:

1. Sulit merasakan gerakan janin

Gerakan pertama janin biasanya terdeteksi antara sekitar minggu ke-18 hingga ke-24. Gerakan janin mungkin lebih sulit dirasakan pada usia kehamilan tersebut bila mengalami plasenta anterior.

Gerakan menjadi sulit dirasakan karena plasenta membentuk bantalan di antara bayi dan perut Bunda. Bantalan ini dapat meredam kekuatan tendangan atau gerakan yang dilakukan janin dalam kandungan.

2. Detak jantung janin sulit terdeteksi

Detak jantung janin dapat diperiksa melalui USG Doppler. Nah, pada kondisi plasenta anterior, petugas media mungkin lebih sulit mendeteksi detak jantung janin dengan Doppler karena plasenta menghalangi gelombang suara.

3. Sulit untuk menjalani tes amniosentesis

Amniosentesis merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dengan mengambil sedikit sampel cairan ketuban dari dalam rahim. Sampel diambil dengan jarum dan hasilnya dapat memberikan informasi tentang kondisi janin.

Bagi Bunda yang memiliki kondisi plasenta anterior, tes amniosentesis mungkin akan sulit dilakukan. Dokter mungkin akan menggunakan USG untuk melakukan tes ini untuk memastikan plasenta tidak rusak.

Kemungkinan risiko komplikasi plasenta anterior

Memiliki plasenta anterior memang bukan suatu hal yang mengkhawatirkan karena sebagian besar kehamilan dapat berlangsung tanpa komplikasi. Meski begitu, beberapa penelitian mengaitkan kondisi ini dengan peningkatan risiko komplikasi kehamilan, seperti:

  • Operasi caesar
  • Menjalani persalinan yang diinduksi
  • Diabetes gestasional
  • Solusio plasenta
  • Plasenta previa
  • Intrauterine growth restriction (IUGR)
  • Hipertensi karena kehamilan
  • Komplikasi pasca melahirkan

Proses persalinan pada kondisi plasenta anterior

Dalam kebanyakan kasus, plasenta anterior tidak akan berdampak besar pada persalinan, baik itu operasi caesar atau pervaginam. Kontraksi yang Bunda rasakan juga tidak akan berbeda.

"Jika menjalani operasi caesar, dokter akan menggunakan USG untuk menemukan lokasi sayatan yang tepat. Masalah persalinan mungkin hanya muncul bila plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher rahim pada posisi rendah (low-lying)," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Andrea Chisholm, MD, melansir dari Very Well Family.

Studi yang diterbitkan dalam Placenta Volume 36, Issue 4, tahun 2015 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan plasenta anterior berisiko lebih besar mengalami nyeri punggung yang hebat setelah melahirkan.

Tips menjaga kehamilan tetap sehat bila memiliki plasenta anterior

Dengan atau tanpa plasenta anterior, Bunda disarankan untuk tetap sehat selama kehamilan. Berikut beberapa tips menjaga kehamilan tetap sehat untuk meminimalkan komplikasi akibat plasenta anterior:

  1. Selalu kenakan sabuk pengaman saat Bunda berada di dalam mobil.
  2. Hindari melakukan aktivitas fisik yang berisiko menyebabkan cedera pada perut.
  3. Hindari merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang
  4. Kelola segala kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan dan masalah pada plasenta, seperti tekanan darah tinggi, obesitas, dan diabetes.
  5. Periksa ke dokter untuk mengetahui kondisi Bunda dan janin.

Kapan harus ke dokter?

Meski plasenta anterior bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan, Bunda tetap perlu memerhatikan perubahan yang dialami selama kehamilan. Segera ke dokter atau mencari pertolongan medis bila mengalami kondisi berikut:

  • Gerakan janin berkurang atau sama sekali tidak terasa
  • Perut terasa sakit
  • Perdarahan vagina
  • Kontraksi yang konstan atau cepat
  • Sakit punggung yang parang
  • Merasakan kekakuan di perut

Demikian informasi terkait plasenta anterior dan bagaimana menjaga kehamilan tetap sehat untuk meminimalkan komplikasinya. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda