KEHAMILAN
Mengenal Monoamniotik, Ketika Janin Kembar Berbagi Plasenta di Rahim
Nurul Jasmine Fathia | HaiBunda
Kamis, 22 Feb 2024 12:50 WIBSaat hamil dengan satu janin, pastinya di dalam rahim hanya terdapat satu plasenta. Fungsinya untuk mengalirkan darah dan nutrisi dari ibu ke janin.
Namun, jika Bunda hamil bayi kembar, plasenta tak selalu berjumlah dua. Terdapat salah satu kondisi yang membuat janin kembar hanya memiliki satu plasenta yang dalam istilah medis disebut monoamniotik.
Wah, kenapa ya itu bisa terjadi? Lantas, apakah monoamniotik berbahaya untuk kehamilan? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini ya!
Apa itu kembar monoamniotik?
Janin kembar monoamniotik atau sering kali disebut kembar momo merupakan kondisi ketika janin kembar berbagi plasenta di dalam kandungan. Tak hanya berbagi plasenta, kembar monoamniotik juga berkembang dalam kantong ketuban yang sama selama masa kehamilan.
Kembar monoamniotik bisa terjadi karena embrio terlambat membelah, Bunda. Pada kasus kembar monoamniotik, embrio baru membelah setelah kantong ketuban dan plasenta terbentuk.
Kondisi seperti ini masih terbilang cukup langka karena hingga saat ini hanya terdapat 1 persen kehamilan kembar yang merupakan kembar monoamniotik. Meski langka, bukan berarti monoamniotik menjadi kondisi yang aneh ya, Bunda.
Risiko yang harus dihadapi kembar monoamniotik
Kantong ketuban dan plasenta memiliki fungsi yang begitu besar selama proses kehamilan. Fungsi kantong ketuban dan plasenta tersebut tentunya akan bekerja maksimal hanya untuk satu bayi.
Maka dari itu, pada fenomena kehamilan kembar dengan monoamniotik, Bunda harus siap menghadapi risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan yang cukup besar.
"Ibu dengan bayi kembar memiliki dua kali lebih lipat kemungkinan untuk melahirkan secara prematur dan mengalami sejumlah risiko yang terkait dengan kelahiran prematur," kata perawat bersertifikat Karen Moise, dilansir dari The Bump.
Sementara melansir dari Web MD, salah satu risiko masalah kesehatan yang meningkat pada kasus kembar momo adalah twin to twin transfusion syndrome (TTTS). Kondisi ini terjadi ketika salah satu janin tidak mendapatkan aliran darah yang cukup karena harus berbagi plasenta dengan saudaranya.
TTTS merupakan komplikasi kehamilan yang cukup serius dan memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Angka kejadian TTS pada kasus kehamilan kembar monoamniotik mencapai 15 persen.
Biasanya, saat Bunda diketahui sedang hamil kembar dengan monoamniotik, dokter akan lebih teliti memantau perkembangan kehamilan. Ini karena TTTS sering kali tidak menimbulkan gejala dan membuatnya terlambat untuk disadari.
Selain TTTS, pada kehamilan kembar dengan monoamniotik, Bunda juga berisiko tinggi melahirkan melalui proses operasi caesar. Pasalnya, pada kembar monoamniotik, bayi sangat rentan terlilit talir pusarnya sendiri.
Jika lilitan tali pusar tersebut tak kunjung lepas jelang persalinan, pastinya dokter akan mengambil tindakan operasi caesar. Tali pusar yang melilit tubuh bayi bisa membahayakan bila dipaksakan melahirkan secara normal.
Hal-hal yang harus selalu diperhatikan
Kehamilan kembar monoamniotik tentu akan membuat dokter lebih teliti selama pemeriksaan kehamilan. Namun, sebagai orang tua, Bunda dan Ayah juga harus mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan selama hamil. Berikut hal penting yang perlu diperhatikan:
1. Memastikan perkembangan dan pertumbuhan janin
Hal ini tentu perlu dilakukan oleh semua calon orang tua, baik yang menjalani kehamilan tunggal atau kembar. Akan tetapi, pada kasus kembar monoamniotik, Bunda harus lebih teliti lagi dalam hal perkembangan dan pertumbuhan kedua janin.
Pasalnya, pada kembar monoamniotik, janin saling berbagi nutrisi dan alirah darah yang hanya didapatkan dari satu plasenta. Kondisi ini sering kali membuat perkembangan dan pertumbuhan janin kurang maksimal dan membuatnya lahir dengan barat bedan rendah atau prematur.
2. Memastikan air ketuban cukup
Saat melakukan pemeriksaan kehamilan, tanyakan juga kepada dokter terkait kondisi air ketuban. Pastikan air ketuban selalu cukup karena kekurangan air ketuban bisa berakibat fatal bagi janin.
Beberapa risiko yang bisa terjadi jika air ketuban terlalu sedikit adalah kelahiran prematur hingga gangguan pembentukan organ tubuh seperti ginjal. Jika pada kehamilan kembar monoamniotik ditemukan air ketuban terlalu sedikit, biasanya dokter akan segera menjadwalkan operasi caesar.
Bunda, demikian penjelasan terkait kembar monoamniotik yang membuat janin kembar harus berbagi plasenta di dalam rahim. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)