
kehamilan
Pahami Penyebab Keracunan Kehamilan dan Dampaknya untuk Bunda Serta Janin
HaiBunda
Minggu, 31 Mar 2024 14:10 WIB

Daftar Isi
Bunda pernah dengar istilah keracunan kehamilan? Istilah ini sebenarnya merujuk pada kondisi medis yang disebut toxemia atau preeklamsia.
Menurut ulasan di laman University Hospital Zürich, keracunan kehamilan atau preeklamsia merupakan komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa ibu dan mempengaruhi sekitar satu hingga lima persen dari seluruh kehamilan. Gejala keracunan kehamilan biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 sampai 24 minggu, dan sering kali menjelang akhir kehamilan.
Di Indonesia, preeklamsia menjadi salah satu penyebab terbanyak kematian ibu, di samping perdarahan dan infeksi. Mengetahui penyebabnya sangat penting untuk mencegah dampak pada ibu dan janin.
Apa itu keracunan kehamilan?
Keracunan kehamilan atau preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam urine, dan tanda-tanda kerusakan organ lainnya, seperti muncul nyeri di perut, pembengkakan tiba-tiba pada wajah, tangan dan kaki, serta penglihatan kabur.
"Preeklamsia disebut juga 'peniru yang hebat'. Ini karena ia bisa muncul dengan tanda tekanan darah tinggi atau nyeri di perut atau banyak gejala non-spesifik lainnya yang sering dialami sepanjang waktu. Sulit untuk mengatakan kalau 'tanda ini' harus diwaspadai pada preeklamsia," kata Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di Minnesota Perinatal Physicians dari Allina Health di Minneapolis, Donald Wothe, MD, dilansir The Bump.
Meski gejalanya sulit dikenali, bukan berarti tidak bisa terdeteksi ya, Bunda. Pemeriksaan rutin ke dokter diperlukan untuk mengetahui tekanan darah selama kehamilan dan apakah gangguan hipertensi berkembang atau tidak. Pemeriksaan medis lain juga dapat dilakukan, seperti identifikasi protein tertentu dalam urine yang merupakan indikator preeklamsia.
Penyebab keracunan kehamilan
Penyebab pasti keracunan kehamilan atau preeklamsia belum diketahui pasti, Bunda. Tetapi, banya ahli berteori bahwa preeklamsia bermula dari plasenta dan pembuluh darah plasenta.
"Ada kesepakatan yang cukup umum bahwa hal ini berhubungan dengan kelainan perkembangan plasenta pada awal kehamilan," ujar asisten profesor ilmu kebidanan, ginekologi, dan reproduksi klinis di Lewis Katz School of Medicine di Temple University, Laura Hart, MD, dikutip dari Parents.
Bila penyebabnya belum diketahui pasti, ada beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan preeklamsia. Berikut fektor-faktor risikonya:
- Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Berat badan berlebih atau obesitas.
- Memiliki kondisi medis tertentu sebelum hamil, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau kelainan autoimun.
- Menjalani kehamilan yang pertama.
- Riwayat keluarga mengalami preeklamsia.
- Kehamilan lebih dari satu janin (kembar).
- Menjalani perawatan kesuburan, seperti program bayi tabung.
Dari segi ras, perempuan Afrika-Amerika memiliki peluang lebih tinggi terkena preeklamsia dibandingkan perempuan dari ras lainnya.
![]() |
Dampak keracunan kehamilan pada ibu hamil
Keracunan kehamilan yang tidak diobati dapat menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa, Bunda. Salah satu dampaknya adalah sindrom HELLP, yakni suatu kondisi yang memengaruhi pemecahan sel darah merah, pembekuan darah, dan fungsi hati.
Preeklamsia yang tak diobati juga dapat menimbulkan kejang atau eklamsia. Pada akhirnya, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan organ pada ibu hamil.
Dampak keracunan kehamilan pada janin
Selain pada ibu hamil, keracunan kehamilan juga bisa berdampak buruk pada janin. Preeklamsia berpotensi memengaruhi pertumbuhan bayi di dalam kandungan, sehingga dapat menyebabkan berat badan lahir rendah.
"Karena ada masalah pada aliran darah dan tekanan darah, plasenta tida berfungsi sebagaimana mestinya. Ini (berat badan lahir) mungkin lebih kecil dari yang diperkirakan," kata Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi, Isabelle Cohen, MD.
Preeklamsia yang berat juga dapat menyebabkan kelahiran prematur, Bunda. Meski sangat jarang terjadi, preeklamsia dikhawatirkan bisa menyebabkan masalah lain, seperti solusio plasenta, yakni ketika plasenta lepas dari dinding rahim sebelum bayi lahir. Solusio plasenta bisa berakibat fatal bagi bayi.
Gejala keracunan kehamilan
Seperti dijelaskan sebelumnya, gejala keracunan kehamilan mungkin sulit dibedakan dengan gejala sakit pada umumnya. Gejala juga biasanya jarang muncul setelah usia 20 minggu kehamilan.
Tanda-tanda awal keracunan kehamilan yang paling umum adalah tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) dan ditemukannya protein dalam urine. Sementara pada kasus keracunan kehamilan yang berat, gejala yang timbul mungkin lebih berat lagi. Berikut beberapa gejalanya:
- Tekanan darah tinggi lebih dari 160/100 mmHg
- Sakit kepala yang parah dan terus-menerus
- Penglihatan berubah, termasuk kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur, atau sensitif terhadap cahaya
- Mual dan muntah di pertengahan dan akhir kehamilan
- Sakit perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk kanan
- Urine yang keluar sedikit saat buang air kecil
- Kelainan darah, seperti trombosit yang rendah
- Kenaikan berat badan secara tiba-tiba
- Bengkak, terutama di wajah dan tangan
- Gangguan ginjal hingga sesak napas
Penanganan keracunan kehamilan
Tida ada obat untuk kasus keracunan kehamilan atau preeklamsia, Bunda. Jika kasusnya ringan, Bunda mungkin akan diminta istirahat total di rumah dan perlu sering memeriksakan diri ke dokter untuk melakukan tes, seperti tes urine, USG, dan pemantauan detak jantung janin. Dokter juga biasanya akan meresepkan obat untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.
Pada kasus preeklamsia yang parah, dokter biasanya akan memberikan dosis magnesium sulfat untuk mencegah timbulnya kejang. Jenis obat-obatan lain juga mungkin diberikan untuk mematangkan organ paru-paru bayi untuk mengatisipasi persalinan dini.
Jika Bunda didiagnosis preeklamsia sebelum tanggal perkiraan lahir, kemungkinan besar dokter akan menangani gejala, lalu memantau kondisi Bunda dan bayi dengan cermat. Dokter akan berusaha menjaga kehamilan agar sedekat mungkin dengan usia 34 minggu atau sampai siap untuk melahirkan.
"Tidak ada cara untuk membalikkan preeklampsia. Satu-satunya obat yang benar adalah dengan melahirkan bayi dan plasenta," ujar Wothe.
Demikian penjelasan tentang keracunan kehamilan dan dampaknya pada ibu serta janin. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Kehamilan Disebut Dapat Meningkatkan Risiko Stroke? Ini Kata Pakar

Kehamilan
7 Artis yang Pernah Alami Preklamsia, yang Terbaru Istri Aji Yusman

Kehamilan
Serba-serbi Keracunan Kehamilan yang Perlu Diwaspadai Bumil, Gejala hingga Pengobatan

Kehamilan
Faktor Risiko & Deteksi Dini Preeklamsia pada Ibu Hamil, Jangan Disepelekan

Kehamilan
Hamil dengan Preeklamsia, Haruskah Melahirkan Caesar?


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Felicya Angelista Hamil 7 Bulan, Ungkap Naik 12 Kg
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda