
kehamilan
Ikut Program Bayi Tabung Berisiko Kanker Ovarium, Mitos atau Fakta?
HaiBunda
Rabu, 15 May 2024 12:50 WIB

Pasangan suami istri (pasutri) menjalani program bayi tabung untuk mendapatkan keturunan. Namun, beredar kabar mengikuti program bayi tabung berisiko kanker ovarium. Mitos atau fakta?
Program bayi tabung atau In vitro fertilization (IVF) merupakan proses penggabungan sel telur dengan sperma di luar tubuh di laboratorium. Setelah embrio terbentuk maka ditempatkan di dalam rahim.
Melansir laman TheHealthSite, pengobatan IVF merupakan salah satu teknologi reproduksi terbantu (assisted reproductive technology/ART) yang paling sukses. IVF memberikan harapan pada pasutri untuk memiliki anak meski memiliki masalah kesuburan.
Namun, terlepas dari popularitasnya, banyak mitos seputar IVF yang mengarah pada misinformasi. Salah satu mitos yang beredar adalah tentang risiko kanker ovarium. Mitos-mitos ini yang membuat orang enggan memilih IVF.
Mitos atau fakta, program bayi tabung berisiko kanker ovarium?
Sebuah penelitian besar pada perempuan yang mendapatkan bantuan kesuburan di Inggris menunjukkan memiliki risiko 60 persen lebih tinggi terkena kanker yang sulit diobati.
Alastair Sutcliffe dari University College London dan rekannya memeriksa catatan semua perempuan yang menjalani perawatan kesuburan antara tahun 1991 dan 2010.
“Dengan masa tindak lanjut selama 8,8 tahun, 386 kanker ovarium terjadi pada 255.786 perempuan,” tulis mereka dalam deskripsi penelitian yang dirilis pada pertemuan American Society for Reproductive Medicine di Baltimore dilansir dari NBC News.
Penelitian itu menunjukkan, pasien ART memiliki kemungkinan satu dan sepertiga kali lebih besar terkena kanker ovarium.
Perempuan dengan endometriosis – pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim – berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Perempuan yang belum pernah memiliki anak, baik sebelum atau sesudah perawatan, mempunyai risiko paling tinggi.
Namun perempuan yang suaminya memiliki masalah kesuburan tidak memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Dan lebih banyak siklus pengobatan tampaknya juga tidak mempengaruhi risiko pada perempuan tersebut.
"Hal ini menunjukkan bahwa bukan pengobatan itu sendiri yang meningkatkan risiko pada perempuan," kata Dr. Owen Davis, presiden terpilih ASRM.
Menurut Davis, penting bagi para ilmuwan mempelajari faktor infertilitas apa yang mungkin dikaitkan dengan risiko kanker ovarium.
Pada penelitian lain tidak ditemukan hubungan antara pengobatan kesuburan dan risiko kanker ovarium. Sebuah studi tahun 2011 yang melibatkan 1,4 juta perempuan Swedia yang menjalani IVF menunjukkan tidak memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Tim tersebut, yang menulis di jurnal Human Reproduction, juga mengatakan bahwa apa pun yang meningkatkan risiko infertilitas juga dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.
Mengetahui faktor risiko umum, seperti infertilitas, dapat membantu dokter menandai perempuan yang berisiko lebih tinggi.
Hal senada disampaikan Dr. Radhika Bajpai, Konsultan, Birla Fertility & IVF. Menurutnya, risiko kanker ovarium pada perempuan meningkat karena masalah infertilitasnya, bukan karena pengobatan IVF.
"Masalah infertilitas tertentu yang mendasarinya bertanggung jawab untuk meningkatkan risiko kanker ovarium meskipun telah menjalani perawatan kesuburan," ujarnya.
Sejauh ini, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan adanya risiko terkait kanker akibat IVF atau perawatan kesuburan apa pun.
Begitu juga yang disampaikan Supriya Puranik, Dokter Kandungan dan Spesialis IVF. Ia menegaskan belum adanya bukti konklusif yang menghubungkan program bayi tabung dengan peningkatan risiko kanker payudara atau ovarium.
Menurutnya, IVF secara umum itu aman. Namun, program bayi tabung ini juga memiliki beberapa risiko, seperti sindrom hiperstimulasi ovarium, kehamilan ektopik, dan kehamilan ganda.
Mengetahui risiko-risiko ini memungkinkan individu untuk membuat keputusan yang tepat dalam menjalani prosedur.
Dalam Journal of National Cancer Institute, studi OMEGA juga menyimpulkan bahwa perempuan tidak mengalami peningkatan risiko terkena kanker ovarium setelah IVF.
Sebelumnya, ada anggapan bahwa paparan pengobatan hormonal yang terkait dengan IVF dapat meningkatkan risiko terkena kanker ovarium. Namun, hal ini bukanlah kesimpulan yang diambil Dr. Mandy Spaan dan timnya dari Institut Kanker Belanda (NKI).
“Bahkan setelah tiga kali atau lebih perawatan IVF dan jangka waktu yang lebih lama, risiko terkena kanker ovarium tetap sama. Dibandingkan dengan populasi umum perempuan di Belanda, perempuan yang menerima pengobatan VIF dua kali lebih mungkin terkena kanker ovarium. Namun hal ini ternyata disebabkan oleh fakta bahwa perempuan yang menerima perawatan IVF memiliki kemungkinan lebih kecil untuk memiliki anak. Tidak memiliki anak diketahui merupakan faktor risiko kanker ovarium,” jelas Dr. Mandy Spaan.
Infertilitas ditemukan menjadi faktor risiko penting untuk kanker ovarium. Namun, hubungan antara obat infertilitas dan kanker ovarium perlu ditangani dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti usia, indeks massa tubuh, paritas, faktor genetik (yaitu riwayat keluarga untuk kanker ovarium), dan etiologi infertilitas.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Mengenal 4 Tahapan Frozen Embryo dalam Prosedur Bayi Tabung, Tunggu Rahim Siap

Kehamilan
Pedih! Kisah Wanita Melahirkan Bayi Orang Lain karena Embrio Tertukar

Kehamilan
Bunda, Begini lho Proses Transfer Embrio ke Rahim pada Program IVF

Kehamilan
Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memutuskan Program Bayi Tabung

Kehamilan
5 Seleb Cantik Sabar Menanti Momongan, Asmirandah Hamil Setelah 7 Tahun Nikah


10 Foto
Kehamilan
10 Bunda Seleb Pernah Gagal Program Bayi Tabung, Ada yang Mencoba Enam Kali
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda