Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Clomid untuk Menyuburkan Kandungan, Ketahui Cara Kerja dan Dosis Konsumsi

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 14 May 2024 09:35 WIB

Ilustrasi Minum Obat
Ilustrasi Minum Obat Clomid/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur
Daftar Isi
Jakarta -

Teknologi medis untuk menyuburkan kandungan sudah berkembang pesat. Melalui pengobatan kesuburan, peluang untuk hamil bisa meningkat, Bunda.

Salah satu obat yang digunakan untuk menyuburkan kandungan adalah Clomid. Obat ini termasuk jenis obat kesuburan non-steroid.

Apa itu Clomid?

Clomid adalah nama merek untuk clomiphene citrate, yakni bubuk non-steroid yang penggunaannya telah disetujui pada tahun 1967 oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk obat kesuburan. Bubuk Clomid biasanya dibuat menjadi tablet kecil dengan dosis 50 miligram (mg) per tablet.

Obat ini digunakan untuk membantu ovulasi pada perempuan yang ingin memiliki momongan. Clomid termasuk kelas obat oral yang dikenal sebagai stimulan ovulasi, Bunda.

"Clomid adalah salah satu perawatan kesuburan yang paling murah dan paling tidak invasif, dan sebagian besar perempuan hanya mengalami efek samping yang minimal," kata dokter kandungan bersertifikat Dr. John Whitfield, dilansir Forbes.

Beberapa perempuan menggunakan Clomid sebagai bagian dari perawatan kesuburan, seperti inseminasi intrauterin (IUI) atau program bayi tabung. Tetapi, banyak pula yang mengonsumsi obat ini untuk mendapatkan kehamilan alami.

Sementara itu, tingkat keberhasilan Clomid untuk kesuburan masih sulit untuk diprediksi dan sering kali menurun seiring bertambahnya usia. Dalam studi yang didanai NIH tahun 2014 di New England Journal of Medicine, ditemukan 19,1 persen pasien yang memakai clomiphene citrate berhasil hamil dan menghasilkan kelahiran hidup.

Dalam tinjauan lain di tahun 2019 terhadap 42 uji coba di American Family Physician (AFP), menemukan 21,4 persen pasien mendapatkan kehamilan yang sukses dan menghasilkan kelahiran hidup usai mengonsumsi Clomid.

Cara kerja Clomid untuk menyuburkan kandungan

Clomid bekerja dengan mengikat reseptor di otak yang biasanya berikatan dengan hormon estrogen. Akibatnya, otak mengira kadar estrogen rendah dan mengimbanginya dengan memproduksi lebih banyak follicle-stimulating hormone (FSH) atau hormon perangsang folikel yang dapat meningkatkan estrogen.

"Fungsi utama FSH berkaitan dengan kesuburan, hormon dapat menstimulasi folikel ovarium, lalu mendorongnya untuk tumbuh. Folikel ovarium adalah kantung cairan kecil di ovarium yang menampung sel telur yang belum matang, yang disebut oosit," ujar Whitfield.

"Kebanyakan perempuan dilahirkan dengan cadangan jutaan oosit yang secara bertahap habis sepanjang hidupnya."

Nah, dengan memicu pertumbuhan folikel tersebut, FSH akan membantu oosit tumbuh menjadi sel telur matang. Idealnya, saat mengonsumsi Clomid, setidaknya salah satu sel telur akan cukup matang untuk dilepaskan dari folikel dan dibawa ke saluran tuba. Di sana, sel telur akan bertemu dengan sperma dan dibuahi menjadi embrio.

Selain untuk merangsang sekresi FSH, Clomid juga bekerja untuk memicu lonjalan hormon luteinizing (LH). Kadar LH yang tinggi dapat merangsang ovulasi atau pelepasan telur, Bunda.

Minum obatIlustrasi Minum Obat Clomid/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Amorn Suriyan

Siapa yang disarankan konsumsi Clomid?

Clomid sering kali diresepkan oleh dokter pada kondisi berikut ini:

1. Tidak kunjung hamil selama setahun

Jika Bunda tidak kunjung hamil meski rutin berhubungan seks setidaknya selama satu tahun, maka dokter mungkin akan meresepkan Clomid. Perempuan berusia di atas 34 ahun yang tidak kunjung hamil selama enam bulan melalui hubungan seksual juga menjadi kandidat untuk mendapatkan obat ini.

2. Unexplained infertility

Hingga 30 persen pasangan yang mencari perawatan kesuburan didiagnosis unexplained infertility. Namun, karena tidak ada masalah yang teridentifikasi, kemungkinan besar dokter akan meresepkan obat oral seperti Clomid karena tidak invasif dan relatif murah dibandingkan perawatan kesuburan lainnya.

3. Siklus haid tidak teratur

Dokter juga bisa meresepkan Clomid pada Bunda yang tidak ovulasi sesuai jadwal bulanan atau tidak mendapatkannya sama sekali. Clomid digunakan untuk menginduksi ovulasi.

4. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)

Clomid sering diresepkan untuk perempuan dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS), yakni sindrom yang dapat menyebabkan ovulasi tidak teratur atau tidak terjadi sama sekali.

Tetapi, tidak semua perempuan dapat merespons kerja obat ini dengan baik, Bunda. Melansir dari Healthline, perempuan dengan insufisiensi ovarium primer atau menopause dini, serta mereka yang memiliki berat badan rendah atau amenore hipotalamus kemungkinan besar tidak akan mengalami ovulasi saat mengonsumsi Clomid.

Kondisi yang tidak disarankan minum Clomid

Dikutip dari Drugs, ada beberapa kondisi perempuan tidak disarankan minum Clomid karena bisa memberikan efek samping yang buruk. Berikut kondisi yang dimaksud:

  • Perdarahan vagina yang tidak normal
  • Alergi terhadap clomiphene
  • Kista ovarium yang tida berhubungan dengan PCOS
  • Riwayat penyakih liver
  • Tumor di kelenjar hipofisis
  • Masalah yang tidak dapat teratasi pada kelenjar tiroid atau adrenal
  • Endometriosis atau fibroid rahim
  • Ibu yang sedang hamil.

Dosis konsumsi Clomid

Clomid hadir dalam bentuk tablet 50 mg. Dosis awal dapat diminum 1 tablet per hari selama lima hari berturut-turut, dimulai pada hari ketiga, keempat atau kelima dari siklus haid.

"Dokter biasanya akan meresepkan 1, 2, 3, atau 4 pil untuk diminum pada waktu yang sama setiap hari, tergantung bagaimana pasien akan merespons obat tersebut. Merupakan hal yang umum untuk memulai dengan dosis terendah dan meningkat setiap bulan sesuai kebutuhan," ujar ahli endokrinologi reproduksi, Amanda Kallen, MD.

Beberapa dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah lanjutan atau USG transvaginal. Pemeriksaan darah untuk melihat kadar hormon, sementara USG untuk melihat folikel ovarium.

"Informasi tersebut dapat membantu dokter menentukan kapan perempuan harus melakukan hubungan intim atau melakukan inseminasi intrauterin. Ini juga dapat membantu mereka menentukan dosis yang tepat untuk siklus berikutnya," ujar Kallen.

Perlu diketahui ya, Bunda. Dokter tidak menyarankan penggunaan Clomid lebih dari tiga hingga enam siklus. Sedangkan FDA merekomendasikan penggunaan Clomid tidak lebih dari enam siklus. Peluang untuk hamil justru akan terjadi akibat penggunaan jangka panjang.

Efek samping

Penggunaan Clomid dapat menimbulkan efek samping yang perlu diwaspadai, yakni;

  • Pembesaran ovarium
  • Mual dan muntah
  • Perut kembung
  • Nyeri payudara
  • Penglihatan kabur
  • Perubahan suasana hati
  • Sakit kepala
  • Hot flashes
  • Muncul bercak atau flek

"Rasa panas, perubahan suasana hati, dan nyeri panggul adalah efek samping paling umum pada pasien yang memakai Clomid," kata ahli endokrinologi reproduksi di University of Iowa Health Care di Des Moines, Abigail Mancuso, M.D.

Sebelum mengonsumsi Clomid untuk menyuburkan kandungan, Bunda perlu konsultasikan dulu ke dokter ya. Pastikan dosis yang digunakan tepat dan sesuai dengan indikasi.

Demikian penjelasan tentang Clomid untuk menyuburkan kandungan. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda