
kehamilan
Mengenal Perbedaan USG Kista dan Janin, Bunda Perlu Tahu
HaiBunda
Minggu, 30 Jun 2024 20:50 WIB

Daftar Isi
Ultrasonografi (USG) menjadi salah satu jenis pemeriksaan yang umum dilakukan saat hamil. Pemeriksaan USG bertujuan untuk melihat kondisi janin di dalam kandungan dan memantau perkembangannya.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menjelaskan, USGÂ merupakan metode pemeriksaan menggunakan energi dalam bentuk gelombang suara. Selama pemeriksaan, transduser (probe) akan mengirimkan gelombang suara ke seluruh tubuh.
Gelombang suara tersebut lalu akan bersentuhan dengan jaringan, cairan tubuh, dan tulang. Kemudian, gelombang akan memantul kembali seperti gema dan menghasilkan gambar.
"Transduser menerima gema ini, lalu diubah menjadi gambar. Gambar dapat dilihat pada layar," tulis ACOG dalam laman resminya.
Selain untuk kehamilan, USG juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit di organ reproduksi, seperti kista. Mengingat perbedaan tujuan di antara keduanya, USG hamil dan USG kista tentunya memiliki perbedaan.
Simak penjelasan lengkapnya berikut ini, Bunda!
Perbedaan USG kista dan USG hamil
Berikut ini telah HaiBunda rangkum dari beberapa sumber, perbedaan antara USG kista dan USGÂ hamil untuk melihat kondisi janin:Â
USG kehamilan
USG kehamilan adalah prosedur non-invasif yang dilakukan untuk memantau perkembangan janin dalam rahim. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan beberapa kali selama masa kehamilan untuk memastikan bahwa janin berkembang dengan baik dan tidak ada komplikasi yang membahayakan ibu atau bayi.Â
USG kehamilan bertujuan untuk mengonfirmasi adanya kantong kehamilan di dalam rahim sekitar 6-8 minggu setelah pembuahan. Selain itu, USG ini juga digunakan untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan janin pada trimester pertama, kedua, dan ketiga, mengevaluasi posisi janin, serta memeriksa anatomi janin.Â
Pada usia kehamilan 18-20 minggu, USG anatomi dilakukan untuk mendeteksi kelainan struktural pada janin. USG juga membantu menentukan usia kehamilan berdasarkan ukuran dan perkembangan janin, Bunda.
Gambar yang dihasilkan dari USG kehamilan menunjukkan kantung kehamilan dan embrio kecil pada awal kehamilan. Detak jantung janin juga dapat dideteksi pada USG mulai usia kehamilan 6-7 minggu. USG kehamilan juga digunakan untuk memeriksa jumlah cairan ketuban yang mengelilingi janin.
USG kista
Melansir dari Baby Center, USG kista adalah prosedur yang dilakukan untuk mendeteksi dan mengevaluasi kista ovarium, yaitu kantong berisi cairan yang terbentuk di atau pada ovarium. Kista ovarium sering ditemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan rutin atau ketika ada gejala tertentu.
USG kista bertujuan untuk mendeteksi keberadaan kista pada ovarium, termasuk ukuran, bentuk, dan lokasi kista. Selain itu, USG ini juga membantu menentukan apakah kista bersifat sederhana (berisi cairan) atau kompleks (berisi bahan padat atau campuran).Â
Kista yang ditemukan dapat dipantau dengan USG secara berkala untuk melihat apakah ukurannya bertambah besar, berkurang, atau tetap sama. Gambar yang dihasilkan dari USG kista menunjukkan kista sederhana sebagai struktur berisi cairan yang berbentuk bulat atau oval dengan dinding tipis dan halus. USG juga dapat menunjukkan apakah kista menyebabkan distorsi pada ovarium atau struktur sekitar, seperti tuba falopi atau rahim.
Dokter biasanya dapat membedakan kista dan janin hanya dengan melihat hasil USG. Pada kehamilan, dokter akan menemukan kantong janin dan lingkaran putih di tengah. Sementara pada kista, bentuknya tampak seperti lubang hitam saja.Â
"Isi dalam kista mungkin akan tetap berada di bawah kulit atau pecah. Kista paling sering terasa lunak dan dapat digerakkan, tidak seperti kutil yang keras. Kebanyakan kista tidak bersifat kanker," kata Dr. Cynthia Cobb, seorang praktisi perawat spesialis di bidang kesehatan wanita dan perawatan kulit, dikutip dari Healthline.
![]() |
Gejala kista saat hamil
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang berkembang di atau pada ovarium. Keberadaan kista ini bisa menimbulkan berbagai gejala, terutama ketika terjadi selama kehamilan.
Berikut adalah beberapa gejala kista yang mungkin dirasakan oleh ibu hamil, dijelaskan dalam bentuk poin dengan penjelasan dalam paragraf.
1. Nyeri perut atau panggul
Melansir dari lama resmi Mayo Clinic, nyeri pada perut atau panggul adalah salah satu gejala paling umum yang dirasakan oleh ibu hamil dengan kista ovarium. Nyeri ini bisa bervariasi dari ringan hingga parah dan bisa bersifat terus-menerus atau datang dan pergi.
Nyeri biasanya terjadi di salah satu sisi panggul dan dapat memburuk selama aktivitas fisik atau hubungan seksual. Kondisi ini terjadi karena kista dapat menekan organ-organ di sekitarnya dan menyebabkan ketidaknyamanan.
2. Kembung atau pembengkakan perut
Kembung atau pembengkakan perut juga menjadi gejala lain yang sering terjadi pada ibu hamil dengan kista. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan perut terlihat membesar dan menimbulkan rasa kembung. Hal ini terjadi karena kista menempati ruang di dalam perut dan menyebabkan sensasi penuh atau tekanan.
3. Sering buang air kecil
Kista yang berkembang selama kehamilan bisa menekan kandung kemih, menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil. Meskipun sering buang air kecil juga merupakan gejala umum kehamilan, kista ovarium dapat memperburuk kondisi ini.Â
4. Kesulitan buang air besar
Selain sering buang air kecil, kista ovarium yang besar juga dapat menyebabkan kesulitan buang air besar. Tekanan dari kista pada usus bisa menyebabkan sembelit atau perasaan tidak nyaman saat buang air besar. Wanita mungkin merasa kembung dan tidak nyaman, terutama jika kista menyebabkan obstruksi parsial pada saluran pencernaan.
5. Perasaan tidak nyaman atau berat di perut
Ibu hamil dengan kista ovarium mungkin mengalami perasaan tidak nyaman atau berat di perut. Sensasi ini biasanya disebabkan oleh ukuran kista dan tekanannya pada organ-organ sekitarnya. Perasaan berat atau tidak nyaman ini bisa terus berlanjut sepanjang kehamilan.
Penyebab kista saat hamil
Penyebab utama kista belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor dapat memicunya saat hamil, seperti faktor hormonal dan fisiologis.
Salah satu penyebabnya bisa karena kista korpus luteum yang terbentuk setelah ovulasi. Biasanya, korpus luteum akan hilang bila kehamilan tidak terjadi. Namun pada kehamilan, korpus luteum bisa tetap ada dan berkembang menjadi kista, Bunda.
Selain itu, perubahan hormonal yang signifikan selama kehamilan dapat memicu pertumbuhan kista baru atau memperbesar kista yang sudah ada. Kondisi medis tertentu, seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), juga dapat meningkatkan risiko kista ovarium selama kehamilan.
Pengaruh kista ovarium pada kehamilan
Kista ovarium dapat memiliki berbagai pengaruh pada kehamilan, tergantung pada ukuran, jenis, dan lokasi kista. Sebagian besar kista ovarium selama kehamilan bersifat jinak dan tidak menyebabkan komplikasi serius.
Namun, kista yang besar atau kompleks dapat menimbulkan risiko tertentu. Kista yang besar dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan dan menyebabkan masalah seperti sering buang air kecil atau kesulitan buang air besar.Â
Dalam beberapa kasus, kista dapat menyebabkan torsi ovarium yang menyebabkan nyeri hebat serta memerlukan penanganan medis segera. Pecahnya kista juga dapat menyebabkan nyeri mendadak dan pendarahan internal yang bisa menjadi kondisi berbahaya bagi ibu dan janin. Meskipun jarang, kista ovarium yang besar juga dapat mempengaruhi posisi janin dan menyebabkan komplikasi saat persalinan.
Cara mengobati kista pada kehamilan
Pengobatan kista ovarium selama kehamilan bergantung pada ukuran, jenis, dan gejala yang ditimbulkan oleh kista tersebut. Sebagian besar kista ovarium yang kecil dan tidak menimbulkan gejala dapat dibiarkan dan hanya dipantau secara berkala melalui USG untuk memastikan tidak bertambah besar atau menyebabkan komplikasi.
Jika kista menimbulkan nyeri atau gejala lain yang signifikan, maka dokter mungkin meresepkan obat penghilang nyeri yang aman untuk ibu hamil. Untuk kista yang sangat besar atau menimbulkan komplikasi serius, intervensi bedah mungkin diperlukan.
"Jika kista tidak sembuh dalam jangka waktu tersebut, kemungkinan besar bersifat patologis dan harus segera dirujuk untuk evaluasi bedah," kata Seehusen dilansir laman American Academy of Family Physicians (AAFP).
Operasi untuk mengangkat kista selama kehamilan biasanya dihindari selama trimester pertama karena risiko terhadap perkembangan janin. Tetapi, tindakan mungkin dapat dilakukan pada trimester kedua atau ketiga bila diperlukan. Dalam beberapa kasus, kista dapat diangkat melalui laparoskopi, yaitu prosedur bedah minimal invasif yang lebih aman dan memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat.Â
Penting bagi wanita hamil dengan kista ovarium untuk menjalani pemeriksaan rutin dan berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memantau kondisi mereka dan mendapatkan pengobatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Kista saat Hamil, Seberapa Berbahaya bagi Janin?

Kehamilan
7 Cara Mengatasi Kekecewaan Saat Jenis Kelamin Calon Bayi Tak Sesuai Harapan

Kehamilan
Cara Hitung Usia Kandungan dengan Kalkulator Kehamilan, Ternyata Mudah Bun!

Kehamilan
5 Cara Membaca Hasil USG, Perhatikan Perbedaan Warna Bun

Kehamilan
Posisi Seks yang Memuaskan Saat Kehamilan Trimester 2


7 Foto
Kehamilan
Intip 7 Potret Baby Moon Siti Badriah di Bali, Seru Bareng Suami Bun
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda