Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Ucapan Dokter saat USG Berdampak Besar pada Persepsi Orang Tua ke Anak, Simak Penjelasannya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Sabtu, 20 Dec 2025 21:30 WIB

Ilustrasi USG
Ilustrasi USG Kehamilan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/
Jakarta -

Sebagian besar pasangan suami istri menganggap pemeriksaan USG saat hamil sebagai momen tak terlupakan. Melalui USG, suami istri bisa melihat janin di dalam kandungan yang akan menjadi anggota baru di keluarga.

Pengalaman menjalani pemeriksaan USG ternyata bukan cuma menciptakan memori manis, tapi juga dapat membantuk persepsi orang tua ke anaknya kelak. Persepsi ini termasuk apakah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang aktif, sedikit nakal, atau pemalu.

Studi terbaru dari University of Notre Dame yang diterbitkan di salah satu jurnal Nature, Communications Psychology, menunjukkan bahwa persepsi awal tersebut mungkin saja terbentuk sebagai respons ketika dokter menggambarkan janin selama pemeriksaan USG. Ya, ucapan dokter saat USG ternyata berdampak besar pada persepsi Bunda ke Si Kecil di dalam kandungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Pengalaman USG merupakan bagian yang sangat penting dan emosional dari masa kehamilan, yang memberikan pembenaran pada kehamilan itu sendiri, dan menciptakan peluang untuk membuat kenangan baru bersama bayi," kata asisten profesor di Departemen Psikologi Notre Dame dan penulis utama studi, Kaylin Hill, dilansir laman Notre Dame News.

"Kata-kata yang digunakan dalam percakapan dengan teknisi USG atau sonografer obstetri (dokter) dapat diserap dan memengaruhi persepsi calon orang tua tentang anaknya, bahkan sebelum mereka lahir," sambungnya.

Hill mengatakan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa deskripsi yang diberikan oleh dokter dapat melekat pada orang tua. Ketika peneliti meminta calon orang tua untuk menggambarkan bayinya, 70 persen dari mereka menunjukkan bahwa persepsi itu dikaitkan dengan kunjungan prenatal.

"Pernyataan yang dibuat oleh dokter kepada calon orang tua tentang bayi mereka mungkin memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan dan dapat berperan dalam memengaruhi masa depan seorang anak," tulis para peneliti.

Ilustrasi USGIlustrasi USG/ Foto: Getty Images/iStockphoto/peakSTOCK

Detail hasil studi

Secara detail, studi ini dilakukan dengan membagi dua segmen. Pertama, peneliti mengamati 320 ibu hamil antara usia kehamilan 11 dan 38 minggu yang memberikan deskripsi tentang bayi mereka, diikuti dengan laporan tentang kesulitan perilaku dan emosional anak pada usia 18 bulan.

Orang tua yang menggambarkan anak belum lahir secara lebih positif diketahui melahirkan bayi yang memiliki lebih sedikit kesulitan. Sedangkan, deskripsi negatif yang ditemukan dalam penelitian ini dikaitkan dengan kesulitan yang lebih besar dalam perilaku anak dan masalah pengaturan emosi, seperti reaksi emosional yang berlebihan, mengalami kecemasan atau depresi, kesulitan berkonsentrasi, menarik diri, kesulitan tidur, bertindak agresif, dan bahkan mengeluh tentang berbagai gejala fisik.

Pada segmen kedua, peneliti menguji hipotesis, yakni komentar negatif yang disampaikan selama pemeriksaan USG dapat menyebabkan persepsi orang tua menjadi lebih negatif.

Di segmen ini, peneliti meminta 161 peserta untuk melaporkan kepribadian bayi mereka setelah kunjungan perawatan prenatal di mana mereka secara acak melakukan pemeriksaan imajiner yang berbeda. Dalam setiap kasus, dokter mengatakan bahwa ibu hamil tidak dapat melakukan USG, tetapi dengan tiga alasan berbeda.

Beberapa peserta diberi tahu bahwa penyebabnya adalah kesalahan bayi yang tidak kooperatif selama USG. Beberapa ibu hamil lain mengetahui bahwa penyebabnya masalah teknis, dan kelompok terakhir hanya diberi tahu bahwa mereka perlu melakukan kunjungan ulang untuk melakukan USG.

Hasilnya, peserta yang diberi tahu untuk melakukan kunjungan ulang USG cenderung menggunakan kata-kata positif untuk menggambarkan bayi bila dibandingkan peserta dalam dua kondisi lainnya. Sementara itu, ibu hamil yang diberi tahu bahwa kegagalan USG disebabkan karena bayi tidak kooperatif menggunakan lebih banyak kata-kata negatif untuk menggambarkan bayinya, dibandingkan peserta di dua kondisi lainnya.

Menurut temuan penelitian, mengevaluasi bahasa yang digunakan oleh para profesional perawatan kesehatan atau dokter selama kunjungan prenatal sangat penting dalam membentuk hubungan orang tua dan anak yang positif. Peneliti juga menekankan pentingnya mendidik para profesional medis dan kesehatan mental tentang pengalaman prenatal dan masa kanak-kanak awal.

"Salah satu periode risiko tertinggi untuk mengalami depresi adalah periode perinatal, di mana individu mengalami perubahan di berbagai tingkat, dari fungsi fisik, psikologis, dan sosial," kata Hill.

"Jika pengalaman USG memengaruhi cara seseorang memandang anaknya, maka hal itu berpotensi memengaruhi aspek pola pengasuhan, yang sangat penting untuk hubungan orang tua dan anak dari waktu ke waktu."

Demikian studi yang menjelaskan tentang dampak USG pada persepsi orang tua ke anaknya sebelum lahir. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda