Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Angka Mioma dan Kista Meningkat, Seberapa Besar Pengaruhi Kesuburan?

dr. Purnomo Hyaswicaksono, Sp.OG & Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 18 Jul 2024 10:05 WIB

Dokter Sisipan
dr. Purnomo Hyaswicaksono, Sp.OG
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di RS Hermina Bekasi. Jadwal Praktik Senin dan Rabu 08.00-11.00 Selasa 10.00-14.00 Kamis dan Jumat 11.00-14.00 Sabtu 14.00-17.00 Minggu 10.00-13.00
Ilustrasi Rahim
Ilustrasi Miom dan Kista/ Foto: Getty Images/iStockphoto/peakSTOCK
Daftar Isi
Jakarta -

Laporan kasus miom dan kista pada perempuan di Indonesia makin banyak dijumpai. Kasus miom dan kista ini dapat memengaruhi kesuburan atau pelung Bunda memiliki momongan.

Miom dan kista berpotensi muncul ketika hormon perempuan sudah mulai aktif, yang dapat terjadi pada fase usia mulai menstruasi. Kasus mion umumnya muncul di usia reproduktif perempuan, sementara kista sudah dapat terjadi dari usia anak hingga menjelang menopause.

Beda mioma dan kista

Berikut beda mioma dan kista dan pengaruhnya pada kesuburan perempuan:

Mioma

Mioma adalah pertumbuhan otot dari dinding rahim yang tidak normal, yang dapat menyebabkan pembesaran di ototnya dan mengakibatkan gangguan pembuluh darah di sekitar otot rahim.

Ada dua jenis mioma yang umum dijumpai pada perempuan, yaitu:

1. Adenomiosis

Adenomiosis merupakan kondisi pertumbuhan abnormal lapisan endometrium di dalam otot dinding rahim

2. Leiomyoma

Leiomyoma adalah kondisi pembesaran otot polos dinding rahim yang bersifat jinak

Pengaruh miom pada kesuburan

Adenomiosis dan leiomyoma dapat mempengaruhi kesuburan perempuan. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah di area sekitar rongga rahim.

Perlu diketahui, pembuluh darah berperan untuk mengoptimalkan lapisan endometrium sebagai tempat janin nantinya bertumbuh. Namun pada kondisi adenomiosis dan leiomyoma, pembuluh darah ini terganggu, sehingga sering kali mengakibatkan komplikasi seperti keguguran berulang, komplikasi kehamilan dan ketidaksuburan pada perempuan.

Secara statistik, adenomiosis banyak menjadi penyebab utama masalah kesuburan pada perempuan. Tetapi pada dasarnya, baik adenomiosis dan leiomyoma sama-sama berpotensi mengganggu kesuburan, Bunda.

Gejala mioma

Ada beberapa gejala khas dari mioma yang mudah dikenali, seperti:

  • Gangguan menstruasi, seperti perdarahan hebat saat haid
  • Adanya sensasi benjolan di area sekitar panggul
  • Lama waktu haid lebih dari lima hari atau sampai berbulan-bulan (normalnya 3-5 hari)
  • Muncul nyeri saat haid dan di luar siklus haid akibat peradangan
  • Pada kasus tertentu, perdarahan di luar siklus haid dapat terjadi

Penyebab dan faktor risiko mioma

Sampai saat ini, teori masih mengaitkan penyebab mioma dengan gangguan hormonal. Nah, gangguan keseimbangan hormonal ini dapat disebabkan karena makanan yang Bunda konsumsi hingga paparan endrocrine disrupting chemical substance.

Selain itu, faktor-faktor lain juga bisa meningkatkan peluang Bunda terkena mioma, seperti:

  • Faktor keturunan (riwayat keluarga)
  • Perokok aktif
  • Hipertensi
  • Obesitas
  • Usia perempuan (usia produktif)

Penanganan mioma

Sampai saat ini, belum ada obat-obatan yang dapat mengecilkan ukuran mioma. Satu-satunya tatalaksana umum adalah dengan menjalani operasi pengangkatan mioma.

Indikasi harus dilakukan operasi apabila gejala sudah sangat mengganggu, seperti merasakan dismenore atau nyeri hebat, perdarahan berlebihan selama menstruasi, atau haid berlangsung lama.

Indikasi lainnya adalah melihat letak mioma, apakah sampai mengganggu lapisan rongga rahim endometrium atau sebatas terjadi di otot rahim saja saja, atau di luar otot rahim yang disebut miom bertangkai.

Kalau tidak memengaruhi lapisan pembuluh darah, miom biasanya tidak akan mengganggu siklus haid dan kemungkinan tidak perlu dioperasi. Dokter hanya akan melakukan evaluasi untuk menilai kondisi Bunda.

Program hamil setelah operasi pengangkatan mioma

Pasca operasi, potensi mioma kembali atau kambuh tetap ada. Untuk itu diharapkan setelah operasi, Bunda bisa segera memulai program hamil. Idealnya kehamilan bisa didapatkan kembali setelah enam bulan operasi.

Selama enam bulan itu, Bunda bisa melakukan evaluasi setiap bulannya untuk melihat bagaimana kondisi rahim, dan apakah siklus haid sudah kembali. Dokter juga dapat mengetahui kemungkinan miom kambuh pasca tindakan.

Menjalani kehamilan dengan mioma

Bunda yang memiliki mioma bisa tetap hamil dan menjalani kehamilan tanpa kendala apa pun. Tetapi, kehamilan sendiri bisa memengaruhi ukuran mioma.

Selama hamil, mioma akan dipengaruhi oleh hormon kehamilan dan mungkin ukurannya dapat membesar dibandingkan sebelum hamil. Perlu dilakukan evaluasi ulang kondisi mioma pasca melahirkan.

Kehamilan dengan mioma juga perlu diwaspadai jika disertai komplikasi. Misalnya, miom dapat mengganggu fungsi pembuluh darah yang menghantarkan nutrisi ke janin.
Kondisi tersebut ditakutkan dapat memengaruhi perkembangan janin, sehingga berisiko menyebabkan janin kecil dan keguguran.

Ilustrasi dokter dan USGIlustrasi dokter dan USG/ Foto: iStockphoto/Getty Images/PonyWang

Kista endometriosis

Kista adalah kumpulan cairan yang berada di sebuah kantong, yang umumnya berasal dari dalam indung telur. Kista ada beberapa jenis, namun yang paling sering memengaruhi kesuburan adalah kista endometriosis atau kista cokelat.

Kista endometriosis merupakan pertumbuhan abnormal endometrium yang menempel di lapisan indung telur. Kondisi tersebut dapat menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan. Dalam pemeriksaan USG, penumpukan cairan yang abnormal ini umumnya diidentifikasi sebagai kista endometriosis.

Kista endometriosis dapat memengaruhi kesuburan

Sifat kista endometriosis yang meradang dapat memengaruhi kesuburan perempuan. Berikut beberapa pengaruh kista endometriosis pada kesuburan:

  • Merusak jaringan indung telur
  • Mengganggu proses transfer sel telur ke saluran telur untuk terjadinya proses pembuahan
  • Menyebabkan peradangan di sekitar rahim, seperti saluran telur dan rongga rahim, sehingga kemampuan rahim menjalankan proses pembuahan dan penempelan dari embrio jadi menurun.

Penyebab kista endometriosis

Sejauh ini, banyak teori memaparkan penyebab kista endometriosis. Tetapi, teori yang paling populer menjelaskan bahwa penyebabnya karena lapisan dinding rahim atau endometrium terbawa sampai ke rongga perut, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang abnormal di indung telur.

Perpindahan endometrium ini bisa disebabkan karena menstruasi atau faktor lingkungan, termasuk gaya hidup tidak sehat.

Lantas, apakah kista juga dapat diturunkan dari orang tua atau disebabkan faktor genetik?

Menurut teori epigenetik, kista dapat berpotensi diturunkan secara genetik. Tetapi, kondisi ini tidak selalu muncul tanpa faktor-faktor tertentu.

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap terjadinya kista. Misalnya, konsumsi makanan tidak sehat atau menjalani pola hidup tidak sehat, dapat memicu munculnya kista. Sebaliknya, menjalani pola hidup sehat dapat menurunkan risiko terkena kista.

Penanganan kista endometriosis

Target utama penanganan endometriosis ada dua, yakni perbaikan nyeri dan meningkatkan kualitas hidup seperti untuk memulai program hamil. Berikut penanganannya:

1. Pemberian obat untuk mengurangi nyeri

Penanganan untuk perbaikan nyeri dapat dilakukan dengan pemberian obat hormone progestin. Obat ini dapat mengurangi nyeri dengan menurunkan kadar hormon estrogen, yang diduga dapat memancing pertumbuhan kista dan menyebabkan peradangan.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa obat hormon ini dapat menghilangkan kista endometriosis pada kasus dengan derajat ringan. Namun, belum cukup bukti untuk dinyatakan bahwa obat hormon dapat mengubah ukuran kista.

Pemberian obat hormon ini sayangnya tidak dapat digunakan untuk perempuan yang berencana hamil. Cara kerja obat yang menurunkan estrogen dapat menekan perkembangan sel telur.

Jadi, jika ingin memulai program hamil, obat hormon ini pasti tidak akan diberikan dan nyeri panggul seringkali tidak terhindarkan Bunda. Sebaliknya, obat dapat diberikan untuk mengurangi nyeri tetapi peluang hamil mengalami penurunan.

2. Tindakan operasi pengangkatan kista

Operasi pengangkatan kista juga dapat dilakukan. Tetapi, tindakan ini sebaiknya dilakukan secara cermat dan perlu konsultasi dengan dokter, terutama bila Bunda berencana untuk hamil.

Dokter biasanya akan melakukan evaluasi dan melihat perkembangan kista. Tindakan selanjutnya akan bergantung dari hasil evaluasi yang mencakup pertimbangan umur, kondisi sel telur, dan kondisi sperma suami.

Program hamil dengan kista

Bila Bunda dengan kista ingin menjalani program hamil, maka tindakan operasi biasanya tidak direkomendasikan untuk dilakukan dengan segera. Alih-alih operasi, kista justru akan di-maintenance hingga kondisi tubuh Bunda siap untuk hamil.

Setelah itu, dokter baru mengusahakan terjadinya proses kehamilan. Perencanaan kehamilan dengan kista jauh lebih kompleks hingga membutuhkan penanganan dari dokter kandungan sub spesialis fertilitas.
Beberapa pilihan teknologi terbantu, seperti bayi tabung, mungkin direkomendasikan untuk perempuan dengan kista yang ingin hamil.

Hamil dengan kista

Jika terjadi kehamilan saat Bunda mengidap kista, maka tidak ada penanganan medis yang dapat dilakukan. Ukuran kista relatif berubah. Pada kasus tertentu, ukuran kista terkadang dapat bertambah besar saat kehamilan atau kista justru pecah karena rahim yang bertumbuh. Selama tidak menimbulkan nyeri, tindakan medis tidak diperlukan pada kasus tersebut.

Perlu diketahui juga, kista yang terdeteksi dengan ukuran kurang dari lima centimeter (cm) umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Tetapi bila ukuran kista besar, dokter akan memberikan edukasi untuk meminimalkan risiko.

Sementara untuk metode persalinan, Bunda masih dapat melahirkan normal atau pervaginam meski hamil dengan kista. Pilihan persalinan ini tentunya dapat dipilih bila kondisi Bunda dan janin baik, serta tidak memiliki indikasi medis.

Makanan yang perlu dihindari Bunda dengan kista

Menjaga pola makan sangat penting untuk mencegah kista bertumbuh besar. Berikut beberapa makanan yang disarankan untuk dihindari:

1. Makanan mengandung kedelai

Pengidap kista sebaiknya menghindari dulu makanan yang mengandung kedelai. Sebab, makanan ini dapat meningkatkan kadar hormon estrogen, sehingga dikhawatirkan bisa membuat kista semakin besar.

2. Makanan mengandung gluten

Bila memungkinkan pasien dengan kista endometriosis juga sebaiknya menghindari makanan yang mengandung gluten. Makanan jenis ini dapat memperburuk kondisi, termasuk meningkatkan peradangan.

3. Makanan olahan atau frozen food

Makanan olahan (processed food) dan frozen food juga perlu dihindari karena dapat memicu munculnya kista endometriosis.

Pola hidup sehat untuk cegah kista

Menjaga imunitas tubuh adalah cara terbaik untuk menghindari peradangan akibat kista. Imunitas tubuh dapat dijaga dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti:

  1. Konsumsi makanan bergizi yang mengandung antioksidan dan vitamin D3
  2. Rutin berolahraga
  3. Menghindari stres
  4. Berhenti merokok

Demikian informasi mengenai mioma dan kista dan pengaruhnya terhadap kesuburan. Termasuk bagaimana menjalani kehamilan dengan kista, dan mempersiapkan persalinan yang aman untuk Bunda dan Si Kecil. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda