KEHAMILAN
Kematian setelah Operasi Caesar Lebih Tinggi di Negara Berkembang, Ketahui Penyebabnya
Melly Febrida | HaiBunda
Kamis, 18 Jul 2024 12:30 WIBPersalinan caesar atau operasi caesar sering dianggap aman. Namun, bukan berarti tanpa risiko. Kematian setelah operasi caesar terbilang tinggi di negara berkembang. Apa saja penyebabnya?
Metode persalinan secara caesar lebih banyak dipilih di perkotaan besar karena dianggap tidak sakit dan tidak merusak bentuk organ intim. Padahal, risiko persalinan caesar lebih besar ketimbang dengan persalinan normal melalui jalan lahir vagina.
Pada zaman dahulu lebih banyak perempuan yang bersalin secara normal pervaginam karena dianggap alami. Namun, zaman telah berubah. Tak sedikit ibu hamil yang ingin tetap dioperasi caesar meskipun risiko mortalitas (kematian) pada caesar lebih tinggi.
Mengapa kasus kematian ibu di Indonesia sangat tinggi?
Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi. Menurut situs Kementerian Kesehatan, angka kematian ibu dan bayi menjadi perhatian pemerintah. Apalagi angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masuk peringkat tiga besar di ASEAN.
Berdasarkan data Sensus Penduduk 2020, angka kematian ibu melahirkan mencapai 189 per 100 ribu kelahiran hidup. Sementara itu, angka kematian bayi tercatat mencapai 16,85 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut Data dari Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005 dan di tahun 2023 meningkat menjadi 4.129. Sementara itu, untuk kematian bayi pada 2022 sebanyak 20.882 dan pada tahun 2023 tercatat 29.945.
Mengapa kasus kematian ibu di Indonesia sangat tinggi? Umumnya penyebab kematian ibu hamil adalah pendarahan dan eklamsia. Padahal, ini sebenarnya bisa dicegah.
Studi temukan kematian akibat operasi caesar lebih tinggi di negara berkembang
Melansir laman Badan Kesehatan Dunia (WHO), kematian ibu setelah operasi caesar di negara berpendapatan rendah dan menengah 100 kali lebih tinggi dibandingkan di negara-negara berpendapatan tinggi. Menurut data dari 12 juta kehamilan, sepertiga bayi meninggal.
Sebuah tinjauan yang diterbitkan di The Lancet pada 2019 telah mempertimbangkan 196 penelitian dari 67 negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Data dari tahun 1990 hingga 2017 menunjukkan bahwa seperempat dari seluruh perempuan yang meninggal saat melahirkan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah telah menjalani operasi caesar.
"Hasil yang dialami perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah jauh lebih buruk dari yang kami perkirakan,” kata penulis pertama, Dr Soha Sobhy, dari Queen Mary University of London.
Risiko lahir mati dan kematian perinatal juga lebih tinggi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Angka lahir mati secara keseluruhan pada bayi yang lahir melalui operasi caesar adalah 56,6 per 1.000 operasi caesar, dengan angka tertinggi di Afrika Sub-Sahara (82,5 per 1000).
Angka kematian perinatal adalah 84,7 per 1000 operasi caesar, dengan angka tertinggi di Timur Tengah dan Afrika Utara (354,6 per 1000) diikuti Afrika Sub-Sahara (100,4 per 1000).
Terlebih lagi, perempuan yang menjalani operasi caesar darurat di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan perempuan yang melahirkan melalui operasi caesar elektif, dan ketika operasi caesar dilakukan pada persalinan lanjut dengan pembukaan penuh serviks (tahap kedua).
Peluang itu meningkat 12 kali lipat dibandingkan operasi caesar pada tahap pertama. Kematian perinatal meningkat 5 kali lipat pada operasi caesar darurat vs elektif, dan 10 kali lipat bila dilakukan pada kala dua vs satu persalinan.
Berdasarkan studi tersebut, sepertiga dari seluruh kematian setelah operasi caesar disebabkan perdarahan postpartum (32 persen), 19 persen disebabkan oleh pre-eklamsia, 22 persen disebabkan sepsis, dan 14 persen disebabkan penyebab terkait anestesi.
Hal ini sejalan dengan semakin banyaknya bukti yang memperingatkan bahwa operasi caesar sebagai penyebab utama perdarahan postpartum.
Penyebab ibu meninggal saat dan setelah melahirkan
Kebanyakan komplikasi operasi caesar bukan disebabkan operasi itu sendiri. Sebaliknya, komplikasi biasanya datang dari alasan persalinan caesar atau dari anestesi umum.
WHO mencatat bahwa penyebab ibu meninggal itu akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sebagian besar komplikasi ini terjadi selama kehamilan dan sebagian besar dapat dicegah atau diobati.
Komplikasi lain mungkin sudah ada sebelum kehamilan namun memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak ditangani sebagai bagian dari perawatan. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75 persen dari seluruh kematian ibu adalah:
- Pendarahan hebat (kebanyakan pendarahan setelah melahirkan).
- Infeksi (biasanya setelah melahirkan).
- Tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia).
- Komplikasi persalinan.
- Aborsi yang tidak aman.
Melansir laman Healthline, komplikasi serius akibat persalinan sesar jarang terjadi. Di negara-negara maju, kematian ibu sangat jarang terjadi.
"Kematian ibu lebih mungkin terjadi pada perempuan yang menjalani persalinan caesar dibandingkan perempuan yang melahirkan secara normal, namun hal ini mungkin terkait dengan komplikasi kehamilan yang menjadikan persalinan caesar sangat penting," kata Praktisi kesehatan holistik, Debra Rose Wilson, Ph.D.
Cara mencegah Bunda meninggal karena melahirkan
Untuk menghindari kematian ibu karena melahirkan, sangat penting untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Semua perempuan, termasuk remaja, memerlukan akses terhadap kontrasepsi.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah, karena solusi layanan kesehatan untuk mencegah atau menangani komplikasi sudah diketahui dengan baik. Semua perempuan memerlukan akses terhadap layanan berkualitas tinggi selama kehamilan, selama dan setelah melahirkan.
Kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir saling berhubungan erat. Karena itu sangatlah penting untuk memastikan bahwa semua kelahiran ditangani oleh tenaga kesehatan yang ahli, karena penatalaksanaan dan pengobatan yang tepat waktu dapat menentukan hidup dan matinya ibu serta bayi yang baru lahir.
- Pendarahan hebat setelah melahirkan: Kondisi ini dapat membunuh seorang ibu yang sehat dalam hitungan jam jika tidak diawasi. Menyuntikkan oxytocics segera setelah melahirkan secara efektif mengurangi risiko pendarahan.
Infeksi setelah melahirkan dapat dihilangkan jika mempraktikkan kebersihan dengan baik dan jika ada tanda-tanda awal infeksi dapat mengenalinya dan mengobati dengan tepat waktu.
Preeklamsia harus dideteksi dan ditangani dengan tepat sebelum timbulnya kejang (eklamsia) dan komplikasi lain yang mengancam jiwa. Pemberian obat-obatan seperti magnesium sulfat untuk preeklamsia dapat menurunkan risiko perempuan terkena eklamsia.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!