Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Keluhan Hipermesis Gravidarum Terjadi di Usia Kehamilan Berapa Minggu? Simak Cara Mengatasinya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 20 Sep 2024 10:51 WIB

Young Pregnant Woman Suffering With Morning Sickness In Bathroom
Ilustrasi Hiperemesis Gravidarum/ Foto: iStock
Jakarta -

Keluhan kehamilan yang berat dapat terjadi di tiap trimester kehamilan. Salah satu keluhan yang perlu diwaspadai adalah hiperemesis gravidarum, Bunda.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), hiperemesis gravidarum adalah istilah untuk kondisi mual dan muntah yang parah selama kehamilan. Hiperemesis gravidarum terjadi hingga tiga persen dari kehamilan.

"Perempuan dengan hiperemesis gravidarum memerlukan perawatan, terkadang di rumah sakit, untuk menghentikan muntah dan mengembalikan cairan tubuh," tulis ACOG dalam laman resminya.

Hiperemesis gravidarum dapat didiagnosis saat seorang perempuan kehilangan lima persen dari berat badannya sebelum hamil, dan memiliki masalah lain yang terkait dehidrasi, atau kehilangan cairan tubuh. Risiko ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum dapat meningkat pada beberapa kondisi, seperti kehamilan lebih dari satu janin, riwayat mengalami morning sickness di kehamilan sebelumnya, dan hamil anak perempuan.

American Pregnancy Association (APA) menjelaskan bahwa penyebab hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan jelas. Penyebabnya kemungkinan karena peningkatan kadar hormon kehamilan.

Kapan keluhan hiperemesis gravidarum muncul?

Gejala hiperemesis gravidarum umumnya muncul di usia kehamilan antara minggu ke-4 hingga ke-6, dan mencapai puncaknya antara minggu ke-9 sampai ke-20. Sementara menurut ulasan di National Library of Medicine, rata-rata keluhan ini terjadi sekitar minggu ke-5 hingga ke-6 kehamilan.

Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Sub Endokrinologi & Menopouse, Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFer, hiperemesis gravidarum yang terjadi di trimester pertama. Sedangkan kapan terjadinya? Umumnya, hanya berlangsung sampai usia kehamilan 12 minggu.

Bila tak kunjung hilang, dokter perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena kondisi ini dapat memengaruhi perkembangan janin.

"Kondisi ibu hamil atau bumil dengan hiperemesis gravidarum harus segera ditangani secara medis agar tidak memengaruhi kondisi ibu dan janinnya," kata Andon kepada HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Perlu diketahui ya, hiperemesis gravidarum berbeda dengan morning sickness. Pada morning sickness, gejala mual umumnya tidak menyebabkan dehidrasi hebat. Sebaliknya, pada hiperemesis gravidarum, dehidrasi hebat dapat terjadi, disertai muntah hebat hingga Bunda mengalami kesulitan untuk makan.

Gejala hiperemesis gravidarum

Berikut beberapa gejala hiperemesis gravidarum menurut APA:

  • Mual dan muntah hebat
  • Merasa enggan untuk makan
  • Penurunan berat badan lima persen atau lebih dari berat badan sebelum hamil
  • Penurunan frekuensi buang air kecil
  • Dehidrasi
  • Sakit kepala
  • Sering merasa kebingungan
  • Pingsan
  • Ikterus (penyakit kuning)
  • Kelelahan ekstrem
  • Tekanan darah rendah
  • Detak jantung cepat
  • Hilangnya elastisitas kulit
  • Mengalami gangguan kecemasan atau depresi sekunder
Morning SicknessIlustrasi hiperemesis gravidarum/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Nitcharee Sukhontapirom

Dampak hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum yang tidak segera ditangani dapat mengganggu keberlangsungan kehamilan, Bunda. Tak cuma mengganggu perkembangan janin karena tidak mendapatkan nutrisi, ibu hamil juga bisa terkena dampaknya.

"Pada kondisi hiperemesis gravidarum, ibu hamil dapat mengalami dehidrasi karena kekurangan cairan. Dampak buruk lainnya adalah kehilangan berat badan, gangguan fungsi ginjal, gangguan elektrolit, syok hipoglikemia, hingga hilang kesadaran," ujar Andon.

Penanganan hiperemesis gravidarum

Menurut APA, ada beberapa pengobatan hiperemesis gravidarum. Dalam beberapa kasus yang sangat parah, ibu hamil memerlukan rawat inap.

Berikut tata laksana perawatan pasien dengan hiperemesis gravidarum:

  1. Pemberian cairan intravena (IV) untuk mengembalikan hidrasi, memberikan cairan elektrolit, vitamin, dan nutrisi ke ibu hamil.
  2. Pemberian makanan lewat selang melalui nasogastrik (selang dari hidung masuk ke lambung), dan/atau gastrostomi endoskopi perkutan (selang yang melewati perut dan masuk ke lambung).
  3. Pemberian obat-obatan tertentu sesuai dengan rekomendasi dokter.

Selain ketiga cara di atas, ada beberapa cara lain untuk mengatasi hiperemesis gravidarum, yakni:

  1. Bed rest atau istirahat total di tempat tidur.
  2. Akupresur atau menekan titik mual di beberapa bagian tubuh yang dilakukan oleh pakarnya.
  3. Minum herbal seperti air jahe hangat atau obat anti mual.

Ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum tidak boleh mengobati dirinya sendiri tanpa bantuan dokter. Ini termasuk mengonsumsi obat secara sembarangan.

Demikian penjelasan mengenai hiperemesis gravidarum selama kehamilan. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda