KEHAMILAN
Studi Terbaru Sebut Dampak Ibu Hamil Sulit Kelola Emosi, Bisa Sebabkan Gangguan Perilaku Anak
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Kamis, 03 Oct 2024 18:40 WIBBunda perlu mengelola emosi saat hamil untuk mencegah timbulnya gangguan kecemasan hingga stres. Emosi yang tidak terkontrol juga dapat memengaruhi perkembangan janin.
Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Pediatrics Research pada Agustus 2024 menemukan kaitan antara dampak pengelolaan emosi yang buruk saat hamil dengan gangguan perilaku yang berhubungan dengan sistem saraf (neurobehavior) pada anak. Disregulasi emosi atau masalah dalam mengelola emosi dan mengendalikan perilaku dikaitkan dengan kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat, dan yang paling ekstrem, borderline personality disorder (BPD).
Penelitian yang dilakukan oleh Sarah Maylott, Ph dan Elisabeth Conradt, PhD, ini mendokumentasikan kompleksitas disregulasi emosi pada ibu hamil dan menunjukkan bahwa hal itu terkait dengan neurobehavior bayi yang baru lahir.
Para peneliti mempelajari 192 ibu hamil yang berisiko mengalami disregulasi emosi. Sebanyak 30 di antaranya yang mengalami gangguan penggunaan opioid, diberikan resep obat. Perlu diketahui, opioid merupakan obat golongan analgesik narkotika yang sering digunakan untuk meredakan nyeri.
"Penggunaan opioid selama kehamilan dikaitkan dengan tantangan neurobehavioral pada bayi baru lahir. Tetapi yang pasti penggunaan narkoba dapat terkait dengan disregulasi emosi. Kami benar-benar ingin mengurai apa yang terjadi di sini," kata Maylott, melansir dari laman Duke University School of Medicine.
"Studi ini mencakup ukuran sampel yang cukup kecil, tetapi studi lebih lanjut untuk mengeksplorasi pola-pola yang rumit dan tak terduga ini dapat memberikan informasi untuk intervensi di masa mendatang yang dapat membantu ibu dan bayinya."
Maylott menambahkan, disregulasi emosi dapat dimodifikasi dan ada intervensi yang efektif untuk menguranginya. Inilah mengapa penting untuk memahami kaitan disregulasi emosi dengan perilaku anak, sehingga kita dapat memberikan dukungan terbaik bagi orang tua dan bayinya.
"Banyak orang berpikir bahwa apa yang terjadi pada bayi sebelum mereka mampu membentuk ingatan tidaklah penting," kata Conradt.
"Namun, kita tahu bahwa paparan dan pengalaman selama hamil dapat memengaruhi hasil yang dicapai anak-anak. Jadi, sangat penting bagi kita untuk mendukung ibu hamil serta bayi mereka," sambungnya.
Studi lain yang meneliti stres hamil dan perkembangan anak
Disregulasi emosi hingga menyebabkan depresi hingga stres saat hamil memang sering dikaitkan dengan gangguan yang didapatkan anak setelah lahir. Penelitian yang diterbitkan di jurnal Society for Research in Child Development tahun 2006 juga pernah mempelajari kaitan stres saat hamil dan perkembangan anak, Bunda.
Studi ini mempelajari ibu hamil yang sehat secara mental, berpendidikan tinggi, dan memiliki kehamilan berisiko rendah. Di pertengahan masa kehamilan, peneliti mengukur tingkat tekanan psikologis ibu hamil (stres, kecemasan, dan depresi). Setelah bayi lahir, peneliti lalu menguji perkembangannya saat bayi berusia 6 minggu dan 2 tahun.
Peneliti menemukan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami tekanan ringan hingga sedang memiliki perkembangan fisik dan mental yang lebih maju.
Disregulasi emosi hingga menyebabkan stres sebaiknya memang tidak dibiarkan selama hamil. Apalagi bila hal tersebut sampai memicu stres berat, Bunda. Dilansir laman Developmental Science, stres berat selama hamil telah dikaitkan dengan keguguran, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah pada bayi.
"Bayi yang ibunya mengalami tingkat stres 'beracun' saat hamil secara statistik lebih mungkin mengalami masalah pernapasan dan pencernaan, mudah tersinggung, atau masalah tidur dalam tiga tahun pertama perkembangannya," kata psikolog perkembangan dan penulis Diana Divecha, Ph.D.
"Mereka juga cenderung mengalami masalah perkembangan, seperti masalah kognitif, perilaku, sosial-emosional, dan kesehatan, yang menunjukkan perubahan perkembangan saraf yang terjadi pada masa remaja dan dewasa," sambungnya.
Sementara itu, bayi dari ibu hamil yang mengalami depresi berpeluang empat kali lebih besar mengalami berat badan lahir rendah dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami depresi. Bahkan, ketika ibu hamil mengalami depresi, kemungkinan besar bayi juga akan mengalami depresi kelak hingga memengaruhi perkembangannya.
"Penelitian juga menunjukkan bahwa depresi yang dialami pengasuh utama (ibu) adalah salah satu prediktor terkuat dari hasil buruk perkembangan anak. Anak-anak ini tidak mendapatkan umpan balik normal yang diperlukan untuk tumbuh dengan cara yang sehat secara emosional," ujar Divecha.
Cara mengelola emosi saat hamil
Bunda dapat menerapkan rumus 5R sebagai cara mengelola emosi saat hamil. Berikut rumus 5R seperti dikutip dari laman Mom Loves Best:
1. Rest (istirahat)
selama hamil, Bunda jangan memaksakan diri untuk bekerja, terutama yang dapat membebani tubuh. Lebih baik prioritaskan untuk istirahat, setidaknya di sela melakukan aktivitas. Jangan lupa untuk tidur siang sekitar 20 hingga 30 menit bila memungkinkan dan tidur cukup di malam hari selama 7 sampai 8 jam.
2. Recharge
Me-recharge atau mengisi energi tubuh selama hamil juga dapat membantu dalam mengelola emosi. Bunda dapat recharge dengan konsumsi makanan sehat, sehingga memiliki energi sepanjang hari. Selain itu, Bunda juga bisa berolahraga teratur karena dapat melepaskan endorfin atau hormon yang dihasilkan ketika merasa stres.
3. Reconnect
Selama hamil, Bunda juga perlu meluangkan waktu untuk terhubung secara emosional dengan suami. Melakukan quality time bersama suami dapat membantu menghadapi masa-masa yang penuh tekanan saat mempersiapkan transisi besar dalam hidup atau setelah Si Kecil lahir.
4. Remove conflict and stress
Cobalah sebisa mungkin untuk melepaskan diri dari situasi yang membuat stres. Caranya dengan mengidentifikasi hal-hal yang memicu stres atau konflik, lalu memilih pendekatan yang berbeda untuk menanganinya.
5. Release
Saat mengalami masalah, Bunda sebaiknya tidak memendam emosi alias meluapkannya untuk memberikan ketenangan. Suasana hati saat hamil tak selamanya mulus. Cobalah untuk bicara dengan suami, keluarga, atau teman dan minta dukungan dari mereka untuk membantu mengelola emosi.
Demikian penjelasan mengenai dampak ibu hamil sulit mengendalikan emosi dengan gangguan perilaku pada anaknya. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)