HaiBunda

KEHAMILAN

Trikomoniasis: Penyebab, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatannya

Kinan   |   HaiBunda

Rabu, 30 Oct 2024 17:15 WIB
Trikomoniasis: Penyebab, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatannya /Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Trikomoniasis adalah salah satu infeksi menular seksual yang perlu diwaspadai. Penyakit ini tidak memiliki gejala khas, sehingga kadang tak terdeteksi dan terlambat ditangani.

Perlu diketahui bahwa parasit menjadi penyebab penyakit trikomoniasis. Untuk lebih memastikan apakah seseorang mengalami trikomoniasis atau tidak, diperlukan pemeriksaan oleh dokter secara menyeluruh. 

Kebanyakan orang yang terkena trikomoniasis tidak memiliki gejala apa pun dan merasa baik-baik saja, sehingga mereka mungkin tidak tahu bahwa sedang mengalaminya. 


Jika memang kondisinya sudah berlanjut dan menimbulkan gejala, yang paling umum adalah vaginitis. Ini terjadi ketika vulva atau vagina teriritasi. Yuk pahami lebih lanjut tentang trikomoniasis dalam artikel berikut ini, Bunda!

Apa itu trikomoniasis?

Dikutip dari Cleveland Clinic, penyakit trikomoniasis atau trich adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang umum dan dapat disembuhkan. Penyakit ini menyebar selama hubungan seksual, tepatnya melalui air mani, sperma dan cairan vagina. 

Trikomoniasis berasal dari parasit Trichomonas vaginalis, yang merupakan penyebab terjadinya infeksi tersebut.

Yang perlu diwaspadai, seseorang mungkin mengalami trikomoniasis dan tidak menyadarinya, karena kebanyakan tidak memiliki gejala khas.

Trikomoniasis bersifat sangat menular, yang berarti seseorang mungkin tanpa sadar menginfeksi orang lain melalui hubungan seksual.

Penyebab trikomoniasis

Dikutip dari Mayo Clinic, penyebab trikomoniasis yakni protozoa bersel tunggal, sejenis parasit kecil yang disebut Trichomonas vaginalis. 

Parasit tersebut berpindah selama kontak genital, termasuk seks vaginal atau oral. 

Infeksi ini dapat ditularkan antara baik pada pria maupun wanita, tepatnya pada saluran genital bagian bawah. 

Pada wanita, ini termasuk bagian luar genital (vulva), vagina, leher rahim (serviks), dan lubang kencing (uretra). Sementara pada pria, parasit ini umumnya menginfeksi bagian dalam penis (uretra).

Waktu antara paparan parasit dan infeksi (masa inkubasi) masih belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan berkisar antara 4-28 hari. Bahkan meski tanpa gejala, seseorang dengan trikomoniasis masih dapat menyebarkan infeksi ke orang lain.

Faktor risiko trikomoniasis

Trikomoniasis dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin. Kendati demikian, wanita lebih mungkin terkena penyakit ini. 

Faktor risiko terkena trikomoniasis meliputi:

  • Berganti-ganti pasangan seksual.
  • Riwayat infeksi menular seksual (IMS) lainnya.
  • Pernah mengalami trikomoniasis sebelumnya.
  • Hubungan seks tanpa kondom.

Gejala trikomoniasis

Kebanyakan orang dengan trikomoniasis tidak memiliki tanda atau gejala. Namun, gejala dapat berkembang seiring waktu. 

Perlu diketahui bahwa tanda dan gejala trikomoniasis pada pria dan wanita. Pada wanita, tanda dan gejala trikomoniasis meliputi:

  • Keluarnya cairan keputihan trikomoniasis yang encer dalam jumlah banyak dan sering kali berbau busuk dari vagina, yang mungkin bening, putih, abu-abu, kuning atau kehijauan.
  • Kemerahan pada alat kelamin, rasa terbakar dan gatal.
  • Nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seks.
  • Rasa tidak nyaman di area perut bagian bawah.

Pada pria, trikomoniasis jarang menimbulkan gejala. Namun, jika sampai berlanjut maka gejala yang mungkin muncul di antaranya:

  • Gatal atau iritasi di dalam penis.
  • Rasa terbakar saat buang air kecil atau setelah ejakulasi.
  • Keluarnya cairan dari penis.

Diagnosis trikomoniasis

Dokter dapat melakukan beberapa tes berikut untuk mendiagnosis trikomoniasis:

1. Pemeriksaan fisik

Dokter akan memeriksa alat kelamin dan mendiskusikan gejala yang dialami. Bagi wanita, pemeriksaan tersebut mungkin meliputi pemeriksaan panggul. 

Pemeriksaan seperti pengambilan sampel cairan menggunakan kapas pembersih juga dapat dilakukan. 

2. Tes laboratorium

Sampel cairan vagina atau penis dapat diperiksa di laboratorium untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda infeksi. 

Jika mengalami trikomoniasis, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan untuk IMS lainnya.

Pengobatan trikomoniasis

Dikutip dari Planned Parenthood, trikomoniasis dapat disembuhkan dengan pengobatan yang konsisten. Dokter akan meresepkan antibiotik untuk obat trikomoniasis.

Penting untuk selalu mematuhi anjuran minum antibiotik dari dokter, salah satunya menghabiskan obat trikomoniasis meski sudah ada ciri-ciri sembuh dari trikomoniasis.

Ingat, jika benar mengalami trikomoniasis, sangat penting bagi pasangan untuk juga mendapatkan pengobatan.

Pemberian antibiotik dilakukan dengan tujuan untuk membunuh parasit yang menyebabkan infeksi. 

Apakah trikomoniasis bisa sembuh sendiri? Tidak, trikomoniasis tidak dapat hilang dengan sendirinya. Tanpa pengobatan, trikomoniasis dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. 

Hal-Hal yang perlu diperhatikan selama Pengobatan trikomoniasis

Penting untuk mengingat hal-hal berikut saat menjalani pengobatan trikomoniasis:

  • Pengobatan harus dilakukan bersama pasangan. Jika tidak, infeksi berulang atau infeksi bolak-balik sangat mungkin terjadi.
  • Hindari berhubungan seks selama satu minggu setelah menghabiskan obat untuk memberi waktu obat membunuh infeksi dan agar gejalanya hilang. Berhubungan seks terlalu cepat dapat menyebabkan infeksi ulang.
  • Temui dokter dalam 3 bulan selanjutnya untuk memastikan tidak lagi mengalami infeksi.
  • Hindari minum minuman yang mengandung alkohol saat mengonsumsi metronidazole atau tinidazole. Kombinasi tersebut dapat menyebabkan mual dan muntah yang parah, serta detak jantung yang cepat.
  • Obat-obatan untuk pengobatan trikomoniasis juga dapat menyebabkan efek samping seperti mual atau rasa logam di mulut. 

Apa yang terjadi jika trikomoniasis tidak diobati?

Jika trikomoniasis tidak diobati, infeksi ini dapat ditularkan terus ke pasangan. Bahkan jika kondisi sebelumnya tidak memiliki gejala.

Mengidap trikomoniasis juga meningkatkan kemungkinan seseorang tertular atau menyebarkan penyakit menular seksual lainnya termasuk HIV (Human Immunodeficiency Virus). Ini merupakan virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). 

Mengidap trikomoniasis selama kehamilan jika tidak segera diobati dengan tepat juga memicu risiko bayi lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah.

Komplikasi trikomoniasis

Ibu hamil yang menderita trikomoniasis dapat memicu risiko komplikasi seperti:

  • Melahirkan terlalu dini (prematur).
  • Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
  • Menularkan infeksi ke bayi saat bayi melewati jalan lahir.

Selain itu, trikomoniasis juga menyebabkan iritasi di area genital yang dapat memudahkan masuknya infeksi menular seksual lain ke dalam tubuh atau menularkannya ke orang lain.

Komplikasitrikomoniasis lainnya yaitu peningkatan risiko kanker serviks atau prostat.

Jika tidak diobati, infeksi trikomoniasis dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Pencegahan trikomoniasis

Seperti disebutkan sebelumnya, trikomoniasis menyebar melalui kontak dengan cairan seksual seperti air mani, sperma, dan cairan vagina. 

Jadi, cara terbaik untuk mencegah trikomoniasis dan penyakit menular seksual lainnya adalah dengan menghindari hal-hal yang dapat menyebarkan cairan tersebut ke orang lain. Termasuk hubungan seks vaginal, berbagi mainan seks, dan menyentuh alat kelamin jika ada cairan yang terinfeksi di tangan.

Maka dari itu, penting untuk mengetahui cara melakukan hubungan seks yang aman. Salah satu cara menurunkan risiko terkena penyakit menular seksual selama hubungan seks vaginal yaitu dengan menggunakan kondom.

Hindari juga berbagi mainan seks karena dapat berisiko menularkan infeksi.

Trikomoniasis dapat terjadi beberapa kali. Sekitar 1 dari 5 orang yang menjalani pengobatan trikomoniasis terinfeksi lagi dalam waktu tiga bulan tanpa menerapkan langkah aman berhubungan seks. 

Untuk mencegah infeksi ulang, pasien dan pasangan seksualnya harus menerima pengobatan pada saat yang sama. Setelah menyelesaikan pengobatan, tunggu setidaknya seminggu sebelum kembali berhubungan seks agar obat dapat bekerja dan gejalanya hilang.

Demikian ulasan tentang apa itutrikomoniasis, termasuk gejala, penyebab danpengobatannya. Ingat, jangan tunda untuk segera konsultasi ke dokter jika curiga mengalami infeksi ini maupun infeksi menular lainnya, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Tanda yang Bunda Rasakan Jika Janin Tidak Berkembang

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Siti KDI Ungkap Alasan Cerai dari Pria Turki, Sebut Ada Perbedaan Budaya

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Hindari Ucapkan 5 Kalimat Toxic Ini pada Anak agar Tak Melukai Hatinya

Parenting Nadhifa Fitrina

Kisah Bunda Ajukan Gugatan Usai Melahirkan Bayi Orang Lain, Pihak Klinik IVF Buka Suara

Kehamilan Annisa Karnesyia

5 Potret Artis Indonesia Blasteran Pulang Kampung ke Negara Ayah, Yuki Kato ke Jepang

Mom's Life Amira Salsabila

300 Nama Jerman Aesthetic untuk Anak Perempuan dan Artinya, Anggun & Elegan

Nama Bayi Annisya Asri Diarta

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Keluarga Ini Pilih Tinggal di Hotel Selamanya daripada Beli Rumah Meski Berkecukupan, Alasannya...

Hindari Ucapkan 5 Kalimat Toxic Ini pada Anak agar Tak Melukai Hatinya

Kisah Bunda Ajukan Gugatan Usai Melahirkan Bayi Orang Lain, Pihak Klinik IVF Buka Suara

300 Nama Jerman Aesthetic untuk Anak Perempuan dan Artinya, Anggun & Elegan

5 Potret Artis Indonesia Blasteran Pulang Kampung ke Negara Ayah, Yuki Kato ke Jepang

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK