KEHAMILAN
Studi Terbaru Tak Temukan Kaitan Penyakit saat Hamil dengan Penyebab Autisme pada Anak
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Selasa, 04 Feb 2025 08:30 WIBSudah banyak studi meneliti penyebab autisme yang dikaitkan dengan kehamilan. Salah satunya adalah hubungan antara penyakit saat hamil dan risiko autisme pada anak, Bunda.
Studi terbaru yang diterbitkan di Nature Medicine pada 31 Januari 2025 mengungkap temuan yang berbeda dari kebanyakan hasil penelitian. Studi yang dipimpin oleh para peneliti di NYU Langone Health ini mengungkap bahwa beberapa kondisi terkait dengan autisme sebenarnya merupakan komplikasi pada janin. Hal tersebut membuat para penulis percaya bahwa gejala-gejala tersebut merupakan tanda-tanda awal autisme pada anak, bukan sebagai penyebabnya.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa diagnosis lain pada ibu dapat menyebabkan autisme," kata penulis senior penelitian Magdalena Janecka, PhD, dilansir laman NYU Langone Hospitals.
Lebih detail, studi ini mencakup analisis riwayat medis lebih dari 1,1 juta kehamilan (di antara 600.000 ibu) dari registri nasional di Denmark. Di negara ini, semua catatan kesehatan seseorang dikonsolidasikan di bawah satu nomor yang dikeluarkan oleh pemerintah, Bunda.
Hal tersebut memungkinkan para peneliti untuk memeriksa setiap perempuan dengan lebih dari 3.000 diagnosis berbeda sebagaimana ditetapkan oleh standar internasional atau dikenal sebagai kode ICD-10. Dari situ, para peneliti lalu memfokuskan analisis kepada mereka yang didiagnosis penyakit setidaknya dalam 0,1 persen kehamilan (236 diagnosis).
Perlu diketahui juga ya, Denmark memiliki perlindungan yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan data registrasi karena data tersebut berisi informasi pribadi. Namun, karena informasi bersifat spesifik untuk setiap individu, para peneliti dapat memeriksa silang setiap diagnosis yang dialami seorang perempuan dengan risiko autisme pada anak-anaknya.
Nah, untuk penelitian ini, para peneliti mengoreksi faktor-faktor yang dapat mengacaukan, atau menawarkan penjelasan alternatif untuk hubungan antara diagnosis yang diterima seorang perempuan dan diagnosis autisme pada anak.
Faktor-faktor tersebut meliputi status sosiodemografi dan usia ibu selama kehamilan. Kedua faktor diteliti lantaran anak-anak yang lahir dari ibu lebih tua lebih mungkin didiagnosis dengan autisme, dan mendapatkan diagnosis tertentu, seperti hipertensi.
"Kami yakin penelitian ini adalah yang pertama meneliti secara menyeluruh riwayat medis ibu dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan hubungan, dengan mengendalikan berbagai kondisi yang terjadi bersamaan dan faktor-faktor pengganggu," kata penulis utama penelitian Vahe Khachadourian, MD, PhD, MPH.
Faktor-faktor penyebab autisme dilibatkan dalam penelitian
Untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut terjadi bersamaan dan bukan menyebabkan autisme, para peneliti kemudian menyertakan saudara kandung dari anak-anak autis dalam analisis. Jika seorang ibu didiagnosis dengan penyakit yang sama selama kehamilan anak-anak dengan dan tanpa autisme, maka itu akan menunjukkan bahwa faktor-faktor selain diagnosis dapat memengaruhi hubungannya dengan autisme.
Langkah tersebut juga akan memisahkan kondisi-kondisi yang dapat dikaitkan dengan faktor-faktor keluarga, seperti genetika dan paparan lingkungan terhadap polusi.
Menurut para peneliti, genetika merupakan pengganggu keluarga yang kuat untuk autisme. Gen-gen tertentu yang meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi yang juga lebih erat kaitannya dengan autisme.
Jika seorang Bunda mengidap depresi selama kehamilan dan anaknya autis, maka kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor genetik, bukan efek kimiawi yang entah bagaimana memengaruhi janin hingga menyebabkan autisme selama perkembangan.
Para peneliti juga menganalisis riwayat medis dari ayah. Hubungan apa pun antara diagnosis dari pihak ayah dan autisme kemungkinan besar disebabkan oleh faktor keluarga, karena dampak langsung ayah terhadap janin pasca konsepsi kemungkinan sangat terbatas.
Setelah memperhitungkan faktor keluarga, satu-satunya diagnosis dari pihak ibu yang masih sangat terkait secara statistik dengan autisme adalah komplikasi kehamilan yang terkait dengan janin.
"Interpretasi kami adalah bahwa diagnosis janin ini kemungkinan tidak menyebabkan autisme, tetapi merupakan tanda-tanda awal autisme. Hipotesis yang dominan adalah bahwa autisme benar-benar dimulai sebelum lahir. Bahkan sebelum seorang anak menerima diagnosis autisme, perubahan perkembangan telah terjadi sepanjang waktu," kata Janecka.
"Banyak ibu dari anak-anak autis merasa bersalah karenanya, berpikir bahwa mereka melakukan sesuatu yang salah selama kehamilan, dan itu sangat memilukan. Saya pikir menunjukkan bahwa kondisi medis ibu saat hamil tidak akan menyebabkan autisme adalah penting dan dapat mengarah pada cara yang lebih efektif untuk mendukung anak-anak autis dan keluarga mereka."
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), autisme atau disebut gangguan spektrum autisme, merupakan kondisi yang berkaitan dengan perkembangan otak. Karakteristik autis dapat dideteksi pada anak usia dini, tetapi sering tidak terdiagnosis sampai di kemudian hari.
Anak yang lahir dengan autisme memiliki perilaku yang tidak biasa dan sulit fokus pada hal detail. Sejauh ini, bukti ilmiah menunjukkan bahwa kemungkinan ada banyak faktor yang membuat seorang anak mengidap autisme. Beberapa di antaranya adalah faktor lingkungan dan genetik.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)Simak video di bawah ini, Bun:
Amati Bun, Ini 13 Tanda Proses Pembuahan Kehamilan Berhasil
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
8 Penyakit Ibu Hamil yang Membahayakan Janin, Cacar Air hingga Herpes
Cegah Autisme Sejak Kehamilan, Simak Sebab dan Tandanya Yuk Bunda
10 Makanan yang Baik Dikonsumsi Ibu Hamil di Trimester 1
14 Makanan Penyebab Keguguran di Awal Kehamilan
TERPOPULER
Terpopuler: Potret Arsen Anak Rifky Rifky Balweel
Deretan Artis Liburan Akhir Tahun, Menikmati Wisata Lokal hingga Musim Dingin di Inggris
10 Tanda Ini di Kulit Bisa Jadi Gejala Diabetes
Tampek pada Anak: Penyebab, Gejala, Cara Mengobati & Bedanya dengan Campak
7 Resolusi Tahun Baru 2026 yang Realistis dan Mudah Dijalankan
REKOMENDASI PRODUK
PROTERAL Junior, Solusi Nutrisi untuk Si Kecil yang Suka Pilih-pilih Makan
Tim HaiBundaREKOMENDASI PRODUK
Rekomendasi Wipes untuk Membersihkan Mulut Bayi, Praktis dan Aman Sejak Dini
Tim HaiBundaREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Muted Blush On, Cocok untuk Tampilan Makeup Lembut
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Suplemen & Vitamin Kalsium untuk Ibu Hamil
Dwi Indah NurcahyaniREKOMENDASI PRODUK
Mothercare All We Know Hadir Menemani Sentuhan Lembut Orang Tua kepada Si Kecil
Tim HaiBundaTERBARU DARI HAIBUNDA
Dianggap Sehat, Diet Jus Justru Bisa Ganggu Usus
Kalender Konser 2026: Musisi Indonesia, Idol K-Pop, hingga Festival Internasional
Terpopuler: Potret Arsen Anak Rifky Rifky Balweel
Deretan Artis Liburan Akhir Tahun, Menikmati Wisata Lokal hingga Musim Dingin di Inggris
10 Tanda Ini di Kulit Bisa Jadi Gejala Diabetes
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Atalia Praratya Tak Tuntut Harta Gono-Gini, Jumlah Kekayaannya Disorot
-
Beautynesia
Agar Tidak Kusut, Ini 5 Tips Mengemas Pakaian Praktis untuk Liburan
-
Female Daily
L’Oréal Indonesia Hadirkan Career Reconnect, Program yang Buka Jalan Perempuan Kembali Bekerja setelah Career Break
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Penelitian Ungkap Minuman Kesehatan Trendi Ini Bisa 'Membalikkan' Penuaan
-
Mommies Daily
Akhir Tahun di Rumah? Beli di 8 Toko Daging Ini Saja untuk Keperluan Pesta BBQ