Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kisah Sedih Bunda Alami Kanker Serviks di Usia Muda, Terpaksa Titip Anak ke Panti Asuhan

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Jumat, 27 Jun 2025 14:27 WIB

Ilustrasi dokter
Ilustrasi pasien kanker serviks/Foto: Getty Images/pondsaksit
Jakarta -

Bunda, salah satu penyakit mematikan yang mengintai perempuan adalah kanker serviks. Jika sudah mencapai stadium akhir, kanker ini bisa menyebar dan merusak berbagai organ penting dalam tubuh.

Yang membuatnya semakin berbahaya, kanker serviks sering kali menunjukkan gejala yang samar, hingga tak jarang telat mendapatkan perawatan yang maksimal. Inilah yang dialami oleh seorang Bunda di sudut Kota London, yang harus membuat keputusan paling berat dalam hidupnya demi bertahan untuk anak-anaknya.

Mari simak cerita selengkapnya di bawah ini! Dengan begitu, Bunda bisa semakin mengenali gejala kanker serviks dan tahu langkah pencegahan yang bisa dilakukan sejak dini.

Terpaksa titipkan anak ke panti asuhan karena derita kanker serviks stadium akhir

Tak ada yang lebih menyayat hati daripada melihat anak-anak menangis mencari ibunya. Sementara sang ibu hanya bisa terbaring lemah, berjuang mempertahankan hidup.

Itulah kenyataan pahit yang kini dialami oleh Charley Jayne Law, seorang ibu tunggal berusia 31 tahun asal London yang tengah berjuang melawan kanker serviks stadium akhir.

Dilansir oleh Daily Mail, Charley awalnya mengeluhkan pendarahan hebat dan kelelahan yang tidak biasa. Ia bahkan sempat menggambarkan betapa besar gumpalan darah yang keluar dari tubuhnya. Sayangnya, keluhan tersebut berulang kali dianggap oleh beberapa dokter laki-laki yang menanganinya sebagai bagian dari siklus menstruasi.

Nyatanya, tubuh Charley terus menunjukkan tanda-tanda melemah. Berat badannya turun drastis hingga lebih dari 25 kilogram. Setelah berkali-kali meminta rujukan, ia akhirnya mendapat pemeriksaan lanjutan dari tim ginekologi di Rumah Sakit King's College, London.

Dari situlah titik balik hidup Charley dimulai. Ia didiagnosis mengidap kanker serviks stadium lanjut yang telah menyebar ke organ-organ di sekitarnya.

Sebagai ibu tunggal tanpa pasangan maupun keluarga dekat yang bisa membantu, kondisi ini menjadi beban yang begitu berat. Di tengah tubuhnya yang kian melemah, Charley masih harus mengurus ketiga anaknya seorang diri. Dua anak laki-laki dengan kebutuhan khusus, serta seorang bayi perempuan yang masih sangat membutuhkan pelukan ibunya.

“Anak-anak saya belum pernah berpisah dari saya, bahkan semalam pun tidak. Tapi saya tahu, kalau saya tidak masuk rumah sakit saat itu, mungkin saya tidak akan bangun keesokan harinya,” ungkap Charley.

Akhirnya, keputusan sulit itu pun diambil. Charley harus menitipkan anak-anaknya ke layanan pengasuhan darurat. Meski tubuhnya terbaring lemah di ranjang rumah sakit, pikirannya tak pernah lepas dari buah hatinya.

Yang membuat hati makin perih, anak-anaknya, terutama kedua putranya, kesulitan memahami apa yang sedang terjadi.

“Kenapa Mama enggak bisa pulang?” tanya mereka, berkali-kali. Charley hanya bisa menyeka air mata, berusaha menjelaskan sesuatu yang bahkan sulit ia pahami sendiri.

Kini, Charley tengah mempersiapkan diri untuk menjalani kemoterapi, sambil perlahan memulihkan kondisi tubuhnya. Meski sakit yang ia rasakan begitu hebat, semangatnya tetap menyala karena ia tahu anak-anaknya masih sangat membutuhkannya, Bunda.

"Charley ingin bertahan. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi demi anak-anaknya, agar mereka masih bisa menciptakan lebih banyak kenangan bersama sebelum waktunya benar-benar habis," ujar Julie Mullan, kerabat jauh yang turut membantu penggalangan dana untuk ibu tiga anak tersebut.

Gejala dan pencegahan kanker serviks

Kisah Charley menjadi fakta betapa pentingnya mengenali dan tidak mengabaikan gejala kanker serviks, Bunda. Kanker serviks bahkan sering disebut sebagai silent killer karena berkembang secara perlahan dan tanpa gejala mencolok pada tahap awal.

Tak jarang, tanda-tandanya disalahartikan sebagai keluhan biasa seperti haid tidak teratur atau kelelahan berkepanjangan, persis seperti yang dialami Charley.

Dilansir Daily Mail, dua perempuan di Inggris meninggal setiap hari akibat kanker ini. Padahal, deteksi dini sangat berpengaruh terhadap peluang kesembuhan

Jika ditemukan lebih awal, peluang bertahan hidup dalam lima tahun mencapai 95 persen. Sayangnya, angka itu turun drastis hingga 15 persen bila kanker baru diketahui saat sudah menyebar ke organ lain.

Beberapa gejala kanker serviks yang patut Bunda waspadai antara lain:

  • Perdarahan di luar siklus menstruasi, seperti setelah berhubungan intim, di antara periode haid, atau setelah menopause.
  • Nyeri saat berhubungan intim.
  • Rasa sakit di punggung bagian bawah, panggul, atau perut bagian bawah.

Lebih lanjut, dalam 99 persen kasus kanker serviks, penyakit ini disebabkan oleh infeksi Human papillomavirus (HPV) tipe risiko tinggi, yang menular lewat kontak seksual. Meski sebagian besar infeksi HPV bisa hilang tanpa pengobatan, sebagian kecil dapat menyebabkan perubahan sel yang akhirnya berkembang menjadi kanker, terutama bila tidak terdeteksi dalam waktu lama.

Kabar baiknya, HPV bisa dicegah lewat vaksinasi. Vaksin ini terbukti lebih dari 80 persen efektif dan sudah diberikan kepada anak perempuan di Inggris sejak 2008, serta anak laki-laki sejak 2019. Pemerintah setempat juga rutin mengundang perempuan berusia 25–64 tahun untuk melakukan pemeriksaan leher rahim (papsmear) secara berkala sebagai langkah deteksi dini kanker serviks.

Itulah cerita dan informasi seputar kanker serviks, mulai dari gejala hingga langkah pencegahannya agar tidak sampai ke stadium akhir. Semoga bermanfaat dan bisa jadi pengingat untuk kita semua, ya Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda