KEHAMILAN
Data Terbaru PBB: Setiap 2 Menit, Seorang Ibu Meninggal saat Hamil & Melahirkan
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Selasa, 08 Jul 2025 11:45 WIBKasus kematian ibu hamil dan melahirkan masih menjadi kasus global. Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan tentang data kematian ibu hamil dan melahirkan yang masih ditemukan di berbagai negara, Bunda.
Menurut laporan PBB yang rilis pada April 2025, rata-rata 712 perempuan meninggal setiap hari selama kehamilan atau persalinan. Itu artinya, setiap dua menit, seorang ibu meninggal saat berjuang hamil dan melahirkan.
Dilansir laman United Nations Population Fund (UNFPA), hampir semua kasus kematian ibu sebenarnya dapat dicegah. Kemajuan medis dalam memberikan perawatan bersalin dan makin banyaknya perempuan yang mengerti hak seksual serta reproduksi, telah membuat kehamilan dan persalinan lebih aman dari sebelumnya.
Namun, realitasnya perawatan bersalin belum bisa didapatkan semua orang dan sebarannya belum merata, Bunda. "Kematian ibu bukanlah misteri medis, itu adalah ketidakadilan global," kata Direktur Eksekutif UNFPA, Dr. Natalia Kanem.
Kematian ibu melonjak selama puncak pandemi COVID-19. Estimasi terbaru menunjukkan penurunan yang signifikan, yakni 40 persen, dari 443.000 kematian ibu yang terjadi selama COVID-19 atau di tahun 2020.
Meski ada penurunan, angka kematian ibu tetap masih terjadi. Apalagi bila melihat target PBB untuk mengurangi angka kematian ibu menjadi 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Tingkat pengurangan angka kematian ibu saat ini hanya sekitar 2 persen per tahun, Bunda. Untuk memenuhi tujuan PBB di tahun 2030, penurunan setidaknya harus mendekati 15 persen setiap tahun.
Kemajuan negara yang tidak merata
Salah satu masalah penyebab tingginya angka kematian ibu hamil dan melahirkan adalah kemajuan yang sangat tidak merata di beberapa negara. Pada tahun 2023, negara-negara termiskin menyumbang setidaknya lebih dari 43 persen kasus kematian ibu.
Selain itu, ibu hamil dan anak perempuan menjadi paling rentan bila tinggal di lingkungan yang tidak memadai dan terkena dampak konflik. Menurut data, 37 negara dilanda kekerasan dan ketahanan rendah menyumbang 61 persen dari seluruh kematian ibu pada tahun 2023.
Hal lain yang perlu disoroti adalah diskriminasi dan akses yang tidak setara karena lokasi, pendapatan, ras atau etnis juga merampas pilihan seksual dan reproduksi serta perawatan yang memadai bagi perempuan. Hal itu bahkan berlaku di negara-negara terkaya dengan standar perawatan kesehatan yang sebagian besar tinggi. Setidaknya, di sana, angka kematian ibu terkonsentrasi pada kelompok yang terpinggirkan.
Seorang Bunda bernama Amina, pernah terpaksa melahirkan melalui operasi di lantai rumah orang asing, tempat seorang dokter membantunya bersalin. Amina mesti melahirkan anaknya di tengah konflik dan mendengarkan suara tembakan di luar rumah.
"Saya harus mulai berjalan lagi hanya enam jam kemudian (setelah melahirkan), menggendong bayi saya saat luka saya masih segar dan rasanya menyakitkan," kata Amina.
Bidan bernama Awatef juga pernah mengalami peristiwa yant tidak bisa dilupakan saat membantu persalinan di negara bagian Al Jazirah, Sudan. Saat itu, ia mesti membantu persalinan dengan peralatan seadanya.
"Saya melahirkan mereka di hutan, hanya dengan sterilisasi dasar, saya tidak punya apa-apa selain air dan sabun," ungkapnya.
Penyebab medis ibu meninggal saat hamil dan melahirkan
Dikutip dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyebab kematian ibu paling banyak adalah komplikasi selama dan setelah kehamilan atau persalinan. Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan, di mana sebagian dapat dicegah atau diobati.
Berikut beberapa komplikasi utama yang menyebabkan sekitar 75 persen dari semua kematian ibu:
- Perdarahan hebat setelah melahirkan
- Infeksi, biasanya terjadi setelah melahirkan
- Tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia)
- Komplikasi dari persalinan
- Aborsi yang tidak aman.
Pencegahan kematian ibu hamil dan melahirkan
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah. Berikut beberapa cara mencegah kematian ibu hamil dan melahirkan menurut WHO:
- Perdarahan hebat setelah melahirkan dapat membunuh perempuan sehat dalam hitungan jam bila tidak ditangani. Menyuntikkan oksitosin segera setelah melahirkan secara efektif dapat mengurangi risiko pendarahan.
- Infeksi setelah melahirkan dapat dihilangkan bila ibu menjaga kebersihan dengan dan bila tanda-tanda awal infeksi dapat dikenali dan ditangani tepat waktu.
- Preeklamsia harus dideteksi dan ditangani dengan tepat sebelum timbulnya kejang (eklamsia) dan komplikasi yang mengancam jiwa lainnya. Pemberian obat-obatan seperti magnesium sulfat untuk preeklamsia dapat menurunkan risiko terkena eklamsia.
Demikian penjelasan terkait data terbaru yang menjabarkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)