
kehamilan
Paparan Hormon Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Perilaku Anak di Masa Depan, Ini Fakta Medisnya
HaiBunda
Selasa, 22 Jul 2025 12:30 WIB

Daftar Isi
Tahukah Bunda bahwa apa yang terjadi di tubuh selama masa kehamilan bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik janin, tapi juga bisa membentuk kepribadian dan perilaku Si Kecil di masa depan!Â
Ternyata, hal ini bukan sekadar anggapan tanpa dasar. Sejumlah penelitian medis menunjukkan bahwa paparan hormon selama kehamilan memainkan peran penting dalam pembentukan otak dan sistem saraf janin.
Mengenal hormon kehamilan
Selama kehamilan, tubuh Bunda mengalami banyak perubahan, dan salah satu faktor utama yang memengaruhi perubahan ini adalah hormon. Hormon-hormon kehamilan bekerja sejak awal pembuahan dan berperan besar dalam menjaga kehamilan, mendukung pertumbuhan janin, serta mempersiapkan tubuh Bunda untuk persalinan dan menyusui.
Dua hormon utama yang meningkat drastis selama kehamilan adalah estrogen dan progesteron. Estrogen membantu meningkatkan aliran darah ke rahim dan plasenta, merangsang pertumbuhan jaringan payudara, dan menjaga kesehatan lapisan rahim.
Sementara itu, progesteron berperan penting dalam menjaga otot rahim tetap rileks dan mencegah kontraksi dini, serta membantu sistem kekebalan tubuh ibu agar tidak menolak kehadiran janin sebagai benda asing. Kedua hormon ini juga berpengaruh pada suasana hati dan emosi ibu hamil.
Selain estrogen dan progesteron, hormon hCG atau human chorionic gonadotropin juga memiliki peran penting. Hormon ini diproduksi oleh plasenta di awal kehamilan dan sering kali menyebabkan mual atau muntah di trimester pertama. Hormon lainnya, seperti oksitosin dan prolaktin, mulai aktif menjelang akhir kehamilan dan setelah melahirkan.
Oksitosin memicu kontraksi saat persalinan dan membantu pembentukan ikatan antara ibu dan bayi, sedangkan prolaktin mempersiapkan kelenjar payudara untuk produksi ASI. Relaxin juga menjadi hormon penting yang membantu melonggarkan ligamen panggul dan serviks agar tubuh lebih siap saat proses persalinan.
Namun, jika terjadi ketidakseimbangan hormon, terutama karena stres atau faktor luar lainnya, hal ini bisa memengaruhi perkembangan mental dan perilaku anak di kemudian hari.
Salah satu hormon yang paling banyak diteliti adalah kortisol, atau yang dikenal sebagai hormon stres. Jika kadar kortisol terlalu tinggi dan terjadi terus-menerus, hormon ini dapat menembus plasenta dan mengubah cara sistem saraf janin berkembang. Akibatnya, anak bisa tumbuh dengan sensitivitas emosi yang lebih tinggi atau kecenderungan mengalami gangguan kecemasan.
Sebuah studi dari Harvard University menemukan bahwa paparan hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan bisa memengaruhi perkembangan otak janin. Kadar hormon ini dapat berdampak pada kecenderungan perilaku anak di masa depan, seperti regulasi emosi, kemampuan bersosialisasi, hingga risiko mengalami gangguan perkembangan tertentu.
Penelitian lain dari University of Cambridge juga menunjukkan bahwa perubahan kadar hormon ibu bisa memengaruhi perbedaan perilaku antar anak kandung, bahkan sejak dalam kandungan. Faktor hormonal ini bekerja bersama faktor genetik dan lingkungan, membentuk keunikan setiap anak.
Selain itu, salah satu studi pada Journal of Child Psychology and Psychiatry menemukan bahwa variasi kadar hormon ini di dalam rahim bisa berdampak pada tingkat kecemasan, regulasi emosi, hingga risiko gangguan perilaku saat anak tumbuh.
Apa saja hormon yang berpengaruh?
Apa yang Bunda alami selama kehamilan ternyata bisa memengaruhi si kecil bahkan sebelum ia lahir. Paparan hormon baik karena faktor alami maupun kondisi emosi Bunda—bisa meninggalkan 'jejak' pada sistem saraf anak dan membentuk perilakunya kelak. Beberapa hormon yang paling banyak diteliti dalam kaitannya dengan perilaku anak antara lain:
1. Kortisol (hormon stres)
Kortisol adalah hormon yang dikeluarkan tubuh saat Bunda mengalami stres. Jika kadarnya terlalu tinggi dan berlangsung lama, kortisol bisa menembus plasenta dan memengaruhi bagian otak janin yang mengatur emosi dan respons terhadap stres.
Efeknya, anak cenderung lebih cemas, mudah panik, atau mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, anak-anak dari ibu yang mengalami kecemasan tinggi selama kehamilan menunjukkan lebih banyak masalah perilaku di usia 4 tahun.
2. Testosteron
Meski dikenal sebagai hormon laki-laki, testosteron juga diproduksi oleh tubuh perempuan, terutama jika janin berjenis kelamin laki-laki. Hormon ini membantu perkembangan organ kelamin dan otak janin.
Efeknya, kadar testosteron yang tinggi dalam kandungan dikaitkan dengan perilaku yang lebih dominan, kompetitif, atau bahkan munculnya ciri-ciri spektrum autisme. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam British Journal of Psychology, menemukan bahwa kadar testosteron yang tinggi dalam cairan ketuban berkaitan dengan kemampuan empati yang lebih rendah dan perilaku sosial yang berbeda saat anak tumbuh.
3. Estrogen dan progesteron
Selama kehamilan, tubuh ibu menghasilkan estrogen dan progesteron dalam jumlah tinggi. Kedua hormon ini memainkan peran penting dalam memelihara kehamilan, membentuk plasenta, serta mendukung pertumbuhan organ janin.Â
Estrogen mendukung perkembangan otak dan sistem saraf janin, sedangkan progesteron membantu menenangkan rahim dan sistem imun ibu. Namun, selain fungsi biologis, keduanya juga memiliki pengaruh neurologis terhadap perkembangan otak janin. Efeknya ketidakseimbangan hormon-hormon ini bisa memengaruhi perkembangan struktur otak yang mengatur kemampuan kognitif dan emosi anak.
Cara menyeimbangkan hormon selama kehamilan
Walau terdengar menegangkan, Bunda tidak perlu khawatir berlebihan. Tubuh memiliki mekanisme perlindungan alami, dan janin pun cukup adaptif. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu menjaga keseimbangan hormon dan kondisi emosional selama kehamilan:
- Mengelola stres dengan relaksasi, meditasi, atau aktivitas ringan yang menyenangkan.
- Tidur cukup dan berkualitas agar tubuh tetap bugar dan hormon stabil.
- Mengonsumsi makanan bergizi untuk mendukung tumbuh kembang janin.
- Membangun lingkungan yang positif, termasuk dukungan dari pasangan dan keluarga.
- Rutin berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kehamilan berjalan sehat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
7 Jenis Hormon Kehamilan dan Fungsinya bagi Janin dan Ibu Hamil

Kehamilan
Mengenal Relaksin, Hormon yang akan Bantu Lancarkan Proses Persalinan Bunda

Kehamilan
Penyebab Perut Kembung saat Hamil Muda dan Cara Mengatasinya

Kehamilan
3 Cara Mengatasi Rasa Nyeri pada Tulang Ekor saat Hamil

Kehamilan
Benarkah Pemberian Progesteron Bisa Kurangi Risiko Keguguran?


9 Foto
Kehamilan
9 Potret Gaya Busana Keluarga Kerajaan Inggris Usai Melahirkan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda