KEHAMILAN
Kisah Bunda Mati Suri selama 45 Menit Setelah Melahirkan Bayi Kembar 3
Annisa Aulia Rahim | HaiBunda
Rabu, 23 Jul 2025 11:10 WIBMelahirkan bayi adalah momen penuh haru, harapan, dan cinta. Tapi siapa sangka, bagi Marisa Christie, seorang ibu asal Texas, momen tersebut justru nyaris merenggut nyawanya. Ia mengalami mati suri selama 45 menit setelah melahirkan bayi kembar tiga karena kondisi medis langka yang disebut AMN (Amnionitis).
Kisah ini bukan sekadar keajaiban medis, tapi juga pengingat pentingnya kesadaran akan komplikasi serius saat persalinan. Yuk, simak cerita lengkapnya yang diangkat oleh Nypost Bunda.
Detik-detik krisis di ruang bersalin
Marisa Christie, 30 tahun, dan suaminya, Dylan, merasa gembira sekaligus gugup ketika dokter memberi tahu mereka saat USG pertama untuk kehamilan keduanya bahwa ia tampaknya mengandung bayi kembar tiga.
Namun, pada 21 Agustus 2024, Marisa menjalani operasi caesar yang telah dijadwalkan untuk menyambut kehadiran ketiga anaknya: Charlotte, Kendall, dan Collins. Operasi berjalan lancar. Para dokter bahkan sempat meletakkan ketiga bayi mungil di atas perutnya untuk proses bonding awal.
Namun hanya beberapa detik kemudian, tubuh Marisa mulai kejang. Ia berhenti bernapas dan jantungnya tak lagi berdetak. Dalam sekejap, suasana ruang bersalin berubah menjadi darurat. Tim medis melakukan resusitasi jantung paru (CPR) dan berjuang selama 45 menit untuk menghidupkannya kembali. Ia pun dinyatakan dalam kondisi mati secara klinis.
"Tangan saya terangkat, dan saat itulah jantung saya berhenti berdetak," ujar Christie.
Ahli anestesi untuk operasi caesar, Dr. Ricardo Mora, menyadari bahwa Christie pada saat persalinan mengalami hal yang sama dengan seorang ibu yang pada 15 tahun lalu mengalami gejala serupa yaitu ,emboli cairan ketuban (AMN) atau komplikasi persalinan yang jarang namun seringkali fatal.
"Ini cukup fatal. Ketika terjadi, tingkat kematiannya sekitar 80 persen, 85 persen," kata Mora.
"Saya bertanya kepada Dr. Samuel apa yang telah ia lakukan. Ia bercerita bahwa ia baru saja mulai menarik plasenta dan biasanya saat itulah hal ini terjadi, pemisahan plasenta dan rahim," sambungnya.
Mora mengatakan ia langsung menghubungi kode biru, kode darurat rumah sakit yang menunjukkan seorang pasien dalam kondisi kritis karena tahu bahwa mereka akan membutuhkan semua bantuan yang bisa mereka dapatkan selama situasi genting tersebut.
“Dia tidak bernapas, kami memulai CPR karena dia tidak memiliki denyut nadi,” jelas Mora.
Beruntung, tim dokter yang menangani Marisa langsung memberikan transfusi darah besar-besaran dan menghubungkannya ke mesin ECMO, alat bantu pernapasan dan sirkulasi jantung. Namun setelah jantungnya kembali berdetak, tubuh Christie mengalami perdarahan hebat karena gangguan pembekuan darah. Akhirnya, dokter tidak punya pilihan lain selain mengangkat rahim Christie.
“Dia pada dasarnya kehilangan apa yang kami anggap sebagai volume darah lengkapnya. Kami mengganti volume darahnya. Jadi, selama 45 menit, dia meninggal secara klinis,” kata Mora.
Apa itu AMN dan AFE?
AMN (Amnionitis) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada selaput ketuban (amnion dan korion), cairan ketuban, dan plasenta selama kehamilan atau saat persalinan. Dalam dunia medis, kondisi ini lebih dikenal dengan sebutan Chorioamnionitis atau Intraamniotic Infection (IAI).
Infeksi ini biasanya terjadi akibat bakteri dari vagina atau serviks yang naik ke dalam rahim, terutama jika ketuban sudah pecah terlalu lama atau pemeriksaan dalam terlalu sering dilakukan setelah ketuban pecah.
Sementara itu, AFE adalah kondisi langka namun sangat berbahaya, terjadi ketika cairan ketuban atau sel-sel janin masuk ke aliran darah ibu, lalu memicu reaksi imun yang ekstrem, menyerang sistem pernapasan dan kardiovaskular ibu.
Studi yang dipublikasikan dalam StatPearls, BMC Pregnancy dan LWW Journal menyebutkan bahwa AFE terjadi pada sekitar 1,7–6,6 ibu dari 100.000 kelahiran, dan bertanggung jawab atas 7–10 persen kematian ibu saat melahirkan di negara maju. Angka kematiannya sangat tinggi — bisa mencapai 85 persen jika tidak segera ditangani.
Faktor risikonya antara lain:
- Persalinan kembar atau lebih
- Operasi caesar
- Usia ibu di atas 35 tahun
- Induksi persalinan
- Tekanan darah tinggi (preeklamsia)
Bangun tanpa mengingat bayinya
Kemudian, kondisi Christie cukup membaik sehingga ia tidak lagi menggunakan mesin pernapasan dan ECMO. Christie sadar sepenuhnya tetapi merasa bingung dan mengira ia mengalami mimpi-mimpi nyata yang dialaminya selama kehamilan. Ia bahkan tidak mengingat bahwa ia telah melahirkan. Ketiga bayinya pun terlihat asing di matanya.
“Aku merasa seperti bukan ibu mereka. Rasanya seperti aku baru saja bangun dan bertemu bayi orang lain,” ungkap Christie.
Namun perasaan 'aneh' itu segera memudar setelah Christie menyadari bahwa bayi-bayi yang baru lahir itu "bisa tahu bahwa saya adalah ibu mereka. Ia mulai membangun koneksi emosional. Christie percaya bahwa suara dan aroma tubuh ibunya dikenali Si Kecil itulah awal mula cinta mereka tumbuh kembali.
"Mereka merespons saya ketika saya berbicara kepada mereka, berbeda dengan orang lain," katanya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!