Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Batas Suara Keras yang Dianggap Aman untuk Ibu Hamil, Bunda Perlu Tahu

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Sabtu, 16 Aug 2025 19:00 WIB

Ilustrasi Ibu Hamil Mendengarkan Musik
Ilustrasi Ibu Hamil Mendengarkan Musik/ Foto: Getty Images/iStockphoto/
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda sudah bisa merangsang indra pendengaran bayi sejak dalam masa kandungan. Salah satu caranya dengan mendengarkan musik selama hamil.

Meski aman, mendengarkan musik sebaiknya tidak perlu dalam volume tinggi atau suara yang keras ya. Suara keras yang didengarkan ke janin secara terus-menerus dapat menimbulkan bahaya.

Lantas, sampai mana batas suara keras yang dianggap aman untuk ibu hamil?

Batas suara keras yang aman untuk ibu hamil

Menurut bidan profesional dari Motif Medical, Rebekah Mustaleski, CPM, suara keras adalah segala sesuatu yang mengharuskan seseorang meninggikan suara agar dapat didengar oleh orang yang berdiri tepat di samping Bunda.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tingkat kebisingan suara ini berada pada 85 desibel (satuan ukuran untuk suara) atau lebih. Sebagai referensi, percakapan normal biasanya hanya terukur 60 desibel.

Sementara melansir dari laman Parenting Firstcry, manusia umumnya dapat menahan suara hingga 80 desibel. Suara yang didengar di atas batas tersebut bisa menimbulkan masalah pada pendengaran.

Bunda mungkin perlu hati-hati bila mendengar suara keras yang sudah melebihi 100 desibel. Menurut standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), mendengarkan musik yang aman di ruangan atau acara adalah maksimal 100 desibel.

Dampak suara keras pada bayi dalam kandungan

CDC mengatakan bahwa paparan suara keras (85 desibel atau lebih) selama kehamilan dapat menyebabkan stres pada tubuh. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat berdampak negatif pada perkembangan bayi, Bunda.

Hal yang sama juga dijelaskan dalam studi di Environmental Health Perspectives tahun 2016. Hasil studi mengungkap bahwa paparan suara keras yang terlalu lama selama hamil dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada janin dalam kandungan.

"Suara-suara tersebut akan masuk melalui tubuh ibu dan mencapai bayi. Jika suara keras tersebut didengar terus-menerus atau berulang, maka dapat merusak pendengaran bayi," kata Mustaleski, dikutip dari The Bump.

Perlu diketahui, sistem pendengaran bayi mulai berkembang sejak usia kehamilan 5 minggu. Namun di tahap tersebut, bayi belum bisa mendengar apa pun karena organ telinga sedang terbentuk, Bunda.

Memasuki usia kehamilan 18 hingga 20 minggu, bayi mulai bisa menangkap suara di luar rahim. Sekitar usia kehamilan 24 minggu, mereka baru mulai menyadari adanya perbedaan suara-suara yang didengar.

Sekitar usia kehamilan 18 minggu, bayi memang belum bisa mendengar dengan jelas suara yang akan merusak pendengarannya. Namun, untuk mencegah risiko yang tak diinginkan, Bunda sebaiknya tidak mendengar suara keras selama kehamilan.

Cara mencegah paparan suara keras yang tak aman selama hamil

Suara keras bisa muncul tiba-tiba di tempat umum. Sebelum terkena paparan, Bunda sebaiknya mencari cara untuk melindungi diri.

Berikut beberapa cara mencegah suara keras yang tak aman selama hamil:

  • Hindari suara berfrekuensi rendah (suara yang terasa seperti getaran di tubuh).
  • Jangan bersandar pada speaker atau terlalu dekat dengan sumber kebisingan atau getaran lainnya
  • Hindari situasi dengan suara keras yang mengejutkan dan tiba-tiba.
  • Gunakan pelindung pendengaran yang setidaknya dapat membantu mengurangi respons stres tubuh terhadap suara keras.
  • Diskusikan potensi risiko pekerjaan yang berhubungan dengan suara keras dengan dokter kandungan.

Demikian batas suara keras yang dapat didengarkan ibu hamil dan tidak membahayakan janin. Semoga informasi ini bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda