HaiBunda

KEHAMILAN

Kisah Bunda yang Berkali-kali 'Dipaksa' Melahirkan Operasi Caesar hingga Akhirnya Bisa Pervaginam

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Jumat, 15 Aug 2025 14:20 WIB
Kisah Bunda yang Berkali-kali 'Dipaksa' Melahirkan Operasi Caesar hingga Akhirnya Bisa Pervaginam/Foto: Getty Images/AnnaStills
Jakarta -

Bunda, pernah dengar ungkapan 'sekali caesar, selamanya caesar'? Bagi sebagian ibu, operasi caesar mungkin menjadi pilihan atau bahkan satu-satunya jalan saat persalinan. Di Brasil, kalimat ini sudah jadi seperti hukum tak tertulis.

Bahkan banyak dokter yang langsung memutuskan operasi caesar tanpa mempertimbangkan persalinan normal. Budaya medis ini yang membuat ibu seperti 'dipaksa' untuk selalu menjalani caesar jika pernah mengalaminya sekali. 

Dilansir dari BBC, delapan puluh lima persen dari seluruh kelahiran di rumah sakit swasta adalah operasi caesar, sementara di rumah sakit umum angkanya mencapai 45 persen. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa operasi caesar hanya boleh dilakukan jika diperlukan secara medis. WHO tidak menyarankan batasan, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, antara 10 persen dan 15 persen kelahiran dianggap sebagai 'angka ideal'.


Alasan di balik tingginya angka operasi caesar di Brasil beragam, mulai dari kurangnya informasi di antara banyak ibu hamil hingga preferensi beberapa dokter untuk melakukan prosedur bedah tersebut.

Tapi kisah seorang ibu bernama Monica Chiodi Toscano de Campos membuktikan bahwa keajaiban itu. Monica Chiodi Toscano de Campos, yang telah tiga kali melahirkan melalui operasi caesar, namun akhirnya berhasil melahirkan anak keempat secara normal (pervaginam). Perjalanannya penuh perjuangan dan menjadi inspirasi bagi para Bunda di seluruh dunia.

Perjalanan persalinan Monica

Monica pertama kali hamil di usia 15 tahun. Dokter mengatakan bayinya sudah siap lahir, padahal usia kandungan baru 36 minggu. Akhirnya, bayi lahir prematur melalui operasi caesar dan harus dirawat di inkubator. 

"Saya berumur 15 tahun ketika hamil pertama kali. Ketika ketuban saya pecah, dokter mengatakan saya harus menjalani operasi caesar darurat. Sejujurnya, saya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Saat itu saya tidak punya pilihan selain mempercayainya. Dia memberi tahu saya bahwa bayi saya berusia 38 minggu, tetapi ternyata tidak, dia baru berusia 36 minggu,” " katanya.

"Danilo lahir dengan gangguan pernapasan, mengalami pneumonia, dan langsung dibawa ke unit perawatan intensif. Kondisinya akhirnya membaik, tetapi saya tahu bahwa dia belum siap untuk dilahirkan,” sambungnya.

Pada kehamilan kedua dan ketiga, Monica kembali melahirkan melalui caesar. Bukan karena alasan medis mendesak, melainkan karena stigma medis di Brasil: “sekali caesar, selamanya caesar.” Banyak dokter menolak risiko persalinan normal setelah caesar, sehingga pilihan Monica sangat terbatas.

"Selama kehamilan kedua saya, saya berharap untuk melahirkan secara alami. Saat itu saya seorang perawat dan saya telah melihat banyak kekerasan obstetrik di rumah sakit. Saya melihat perempuan melahirkan dengan diikat di tempat tidur mereka, untuk mencegah mereka bangun dan berjalan. Banyak juga yang tidak didampingi suami mereka. Saya menyaksikan perawat atau intern lain menghina perempuan saat mereka sedang kontraksi. 'Saat melahirkan, jangan mengeluh,' begitulah mereka akan menegur jika mereka menjerit. Saya juga melihat banyak episiotomi [sayatan di perineum] yang tidak perlu dibuat, dan saya pikir itu adalah hal yang biasa untuk persalinan alami,” jelasnya.

“Jadi, ketika dokter memberi tahu saya bahwa saya memiliki masalah plasenta dan tanpa operasi caesar darurat, bayi saya akan mengalami gawat janin, saya tidak mempertanyakan nasihatnya. Jadi Pedro lahir pada usia kehamilan 38 minggu melalui operasi caesar. Sekali lagi, menurut saya, operasi caesar itu tidak perlu,” tuturnya.

Keinginan untuk melahirkan normal

Monika pun hamil anak ketiga. saat hamil anak ketiga, Monika mulai banyak melakukan riset seputar melahirkan. Pengalamannya pada dua anak sebelumnya yang lahir cesar membuatnya yakin bahwa anak ketiganya tidak perlu lahir sesar.

Sayangnya, Monika tidak dapat menemukan dokter yang bersedia membantunya. Alhasil ia harus melahirkan sesar untuk ketiga kalinya.

“Saya mulai melahirkan pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari. Di rumah sakit, dokter yang bertugas memberi tahu saya bahwa setelah menjalani dua operasi caesar, ia akan melakukan satu operasi lagi. Ia mengatakan bahwa saya seharusnya tidak perlu melahirkan, karena terlalu berisiko. Alice lahir melalui operasi caesar dan saya kembali kehilangan impian saya untuk melahirkan secara alami,” ucapnya.

Akhir yang membahagiakan

Saat hamil anak keempat, Monica memutuskan untuk berjuang. Ia ingin merasakan pengalaman melahirkan alami. Namun, mencari dokter yang bersedia mendampinginya melakukan VBAC (vaginal birth after caesarean) bukanlah hal mudah.

Setelah berjuang, ia menemukan satu dokter yang mendukung. Monica pun mempersiapkan diri dengan mempelajari berbagai penelitian internasional tentang VBAC, karena informasi ini masih jarang di Brasil.

"Saya menemukan dokter yang lebih muda yang siap menghadapi tantangan ini, meskipun ia belum pernah membantu persalinan normal setelah tiga operasi caesar. Saya pergi ke rumah sakit tepat di tahap akhir persalinan dan berusaha setenang mungkin. Saya tidak mau mengambil risiko seseorang mengganggu atau menanyai dokter saya. Saya pernah diberi tahu bahwa beberapa orang menganggap saya gila karena menginginkan persalinan alami dan menuduh saya membahayakan nyawa putra saya yang belum lahir,” ujarnya.

Dengan satu dorongan besar, lahirlah bayi mungil bernama José. José langsung didekap dan menyusu momen yang selama ini Monica impikan. Monica menggambarkan perasaan itu sebagai, awal kehidupan.

“Namun, setelah beberapa saat dan dorongan yang sangat kuat, Jose lahir. Ia langsung diserahkan kepada saya dan langsung mulai menyusu. Dan ia tetap di sana untuk waktu yang lama, dekat dengan saya. Saya merasa seolah-olah melalui kelahirannya, saya juga telah dilahirkan kembali," pungkasnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

7 Tanda Gawat Janin yang Perlu Bunda Waspadai, Kram hingga Perdarahan Vagina

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Mengenal Penyakit Kanker, Penyebab Mpok Alpa Meninggal Dunia

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Mpok Alpa Meninggal Dunia, Banjir Ucapan Duka Cita dari Rekan Artis

Mom's Life Annisa Karnesyia

Harapan Almarhumah Mpok Alpa untuk Masa Depan Anak Kembarnya Semasa Hidup

Mom's Life Amira Salsabila

Ternyata Sushi Bukan Asli Jepang, Ini Negara Asalnya

Mom's Life ZAHARA ARRAHMA

Mpok Alpa Meninggal Dunia, Tinggalkan 4 Anak Termasuk Sepasang Kembar

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Momen Dominique Sanda Dampingi Sang Putra Dilantik Jadi Dokter, Intip 5 Potretnya

Gangguan Otot Dasar Panggul Sering Terjadi Usai Melahirkan, Simak Cara Mencegahnya

7 Tempat Wisata Beri Promo Seru HUT ke-80 RI, ada Dufan hingga TMII!

Mpok Alpa Meninggal Dunia, Banjir Ucapan Duka Cita dari Rekan Artis

Kebiasaan Ngopi & Jajan Kantin Bikin Gaji Pegawai di Jakarta Hanya Numpang Lewat

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK