KEHAMILAN
Ramai Minum Tylenol saat Hamil Picu Autisme hingga Presiden Trump Angkat Bicara, Simak Faktanya
Melly Febrida | HaiBunda
Selasa, 30 Sep 2025 14:30 WIBSekitar setengah dari ibu hamil di seluruh dunia mengonsumsi obat pereda nyeri asetaminofen atau parasetamol. Namun, publik dibuat heboh dengan klaim dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahwa penggunaan Tylenol (atau asetaminofen / parasetamol) oleh ibu hamil dapat meningkatkan risiko anaknya menderita autisme. Seperti apa faktanya?
Trump menyebut tylenol sebagai 'faktor yang sangat besar' dalam autisme, tetapi para ilmuwan mengatakan bahwa bukti kuat masih kurang.
Melansir Nature, Washington Post dan Politico melaporkan bahwa pengumuman dari pemerintahan Trump bakal menimbulkan kekhawatiran tentang hubungan antara autisme dan penggunaan Tylenol oleh ibu hamil.
Pernyataan ini memicu kontroversi karena Tylenol sering dipakai selama kehamilan dan kebutuhan untuk mengatasi rasa sakit atau demam. Mengenai detail pengumuman tersebut belum jelas.
Apa itu Tylenol?
Tylenol adalah nama merek dari asetaminofen, obat bebas yang digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang, dan menurunkan demam. Beberapa negara mengenalnya dengan parasetamol.
Melansir TimesofIndia, Tylenol merupakan salah satu pereda nyeri paling umum yang tersedia tanpa resep di Amerika Serikat.
Asetaminofen adalah bahan aktif dalam obat Tylenol. Obat ini membantu meredakan sakit kepala dan nyeri badan serta menurunkan demam. Asetaminofen adalah salah satu dari sedikit pilihan yang tersedia bagi ibu hamil untuk mengatasi nyeri dan demam, yang dapat berbahaya bagi ibu hamil jika tidak ditangani.
Melansir laman American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), dijelaskan bahwa demam ibu, sakit kepala sebagai tanda awal preeklamsia, dan nyeri, semuanya dapat diatasi dengan penggunaan asetaminofen secara terapeutik, sehingga asetaminofen penting untuk orang yang membutuhkannya.
Kondisi yang diobati dengan asetaminofen selama kehamilan jauh lebih berbahaya daripada risiko teoritis apa pun dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang parah bagi ibu hamil dan janin.
Penelitian penggunaan Tylenol berkaitan dengan autisme
Sebuah studi Mount Sinai yang diterbitkan pada Agustus 2025 di BMC Environmental Health menyatakan bahwa penggunaan asetaminofen prenatal dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan saraf, termasuk gangguan spektrum autisme (ASD) dan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD) pada anak-anak.
Meskipun asetaminofen dianggap sebagai pilihan teraman untuk mengatasi sakit kepala, demam, dan nyeri lainnya, para peneliti menganalisis 46 studi yang melibatkan data dari lebih dari 100.000 partisipan di berbagai negara, yang mempertanyakan persepsi ini. Hasilnya menekankan perlunya kehati-hatian dan studi lebih lanjut.
Pada penelitian, tim menerapkan metodologi Navigation Guide yang ketat, sebuah kerangka kerja standar emas untuk mensintesis dan mengevaluasi data kesehatan lingkungan.
"Temuan kami menunjukkan bahwa studi berkualitas tinggi lebih mungkin menunjukkan hubungan antara paparan asetaminofen prenatal dan peningkatan risiko autisme dan ADHD. Mengingat meluasnya penggunaan obat ini, peningkatan risiko sekecil apa pun dapat memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang besar," ujar Diddier Prada, MD, PhD, Asisten Profesor Ilmu dan Kebijakan Kesehatan Populasi, serta Kedokteran Lingkungan dan Ilmu Iklim, di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai, dalam sebuah pernyataan.
Prada menegaskan pentingnya penggunaan asetaminofen secara hati-hati dan terbatas waktu selama kehamilan di bawah pengawasan medis.
“Ibu hamil tidak boleh berhenti minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter. Nyeri atau demam yang tidak diobati juga dapat membahayakan bayi. Studi kami menyoroti pentingnya mendiskusikan pendekatan teraman dengan penyedia layanan kesehatan dan mempertimbangkan pilihan non-obat bila memungkinkan,” tegas Prada.
Peningkatan autisme di sejumlah negara
Penyandang autisme menunjukkan perbedaan dalam komunikasi dan interaksi sosial, dan prevalensi kondisi ini dilaporkan telah meningkat di beberapa negara dalam beberapa dekade terakhir. Namun, banyak peneliti yang mempelajari autisme memperingatkan bahwa belum cukup data untuk menghubungkan autisme dan asetaminofen.
"Tidak ada bukti pasti yang menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol pada ibu merupakan penyebab autisme, dan jika pun ada hubungannya, itu sangat, sangat kecil," kata James Cusack, kepala eksekutif Autistica, sebuah lembaga amal penelitian dan kampanye autisme Inggris di London, yang juga seorang autis.
"Intinya adalah orang-orang yang mencoba mencari jawaban sederhana untuk masalah yang kompleks," kata Cusack.
Apa ada hubungan minum Tylenol dengan meningkatnya autisme?
Steven J. Fleischman, MD, MBA, FACOG, presiden ACOG dalam laman resminya menjelaskan bahwa pesan mengonsumsi tylenol dapat berisiko autisme dapat membuat ibu hamil bingung.
"Saran bahwa penggunaan asetaminofen selama kehamilan menyebabkan autisme tidak hanya sangat mengkhawatirkan bagi dokter tetapi juga tidak bertanggung jawab mengingat pesan yang berbahaya dan membingungkan yang mereka kirimkan kepada pasien hamil, termasuk mereka yang mungkin perlu bergantung pada obat bermanfaat ini selama kehamilan," jelas Fleischman.
Menurut Fleischman, pengumuman tersebut juga tidak didukung bukti ilmiah yang lengkap dan justru menyederhanakan berbagai penyebab kompleks dari tantangan neurologis pada anak-anak.
"Sangat meresahkan bahwa badan kesehatan federal kita bersedia membuat pengumuman yang akan memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan jutaan orang tanpa didukung oleh data yang andal," ujarnya.
Selama lebih dari dua dekade penelitian tentang penggunaan asetaminofen selama kehamilan, tidak ada satu pun studi bereputasi yang berhasil menyimpulkan bahwa penggunaan asetaminofen pada trimester kehamilan mana pun menyebabkan gangguan perkembangan saraf pada anak.
Faktanya, dua studi berkualitas tinggi tentang subjek ini, salah satunya diterbitkan di JAMA tahun lalu, tidak menemukan hubungan yang signifikan antara penggunaan asetaminofen selama kehamilan dan risiko autisme, ADHD, atau disabilitas intelektual pada anak.
Studi-studi yang sering disebut sebagai bukti hubungan sebab akibat, termasuk tinjauan sistematis terbaru yang dirilis pada Agustus, memiliki keterbatasan metodologis yang sama. Misalnya, kurangnya kontrol untuk faktor perancu atau penggunaan data laporan mandiri yang tidak dapat diandalkan, yang lazim di sebagian besar studi tentang topik ini.
Faktor seperti genetika, kondisi ibu (demam, infeksi, nyeri kronis), lingkungan, durasi serta dosis penggunaan acetaminophen, trimester kehamilan saat penggunaan, semua berpotensi memengaruhi hasil dan sulit dikendalikan sepenuhnya di banyak studi.
Saat mempertimbangkan penggunaan obat selama kehamilan, penting untuk mempertimbangkan semua potensi risiko beserta manfaatnya. Data dari berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa asetaminofen berperan penting—dan aman—untuk kesejahteraan ibu hamil.
"Tidak ada bukti kuat atau penelitian yang meyakinkan yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dan kesimpulan yang ditarik sebaliknya seringkali dimotivasi, kurang bukti, dan tidak didukung oleh metode yang paling kuat," ujar Monique Botha, profesor madya psikologi sosial dan perkembangan di Universitas Durham, Inggris, dalam komentarnya kepada Science Media Centre, sebuah kantor pers di Inggris.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)