KEHAMILAN
Diabetes Gestasional Bisa Sebabkan Penurunan Fungsi Otak Ibu hingga ADHD pada Anak, Ini Kata Studi
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Kamis, 25 Sep 2025 14:45 WIBDiabetes gestasional adalah bentuk diabetes yang berkembang selama kehamilan. Diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang berujung pada komplikasi kehamilan, Bunda.
Studi meta-analisis terbaru dari hampir 50 penelitian ilmiah menunjukkan bahwa diabetes gestasional dapat memiliki konsekuensi jangka panjang tidak hanya bagi kesehatan ibu, tetapi juga bagi perkembangan otak anak-anak.
Studi tersebut belum lama ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan European Association for the Study of Diabetes (EASD) di Wina. Studi menggabungkan data dari sembilan juta kehamilan di 20 negara.
Menurut hasil studi, perempuan yang mengalami diabetes gestasional mengalami penurunan yang terukur dalam fungsi intelektual. Tak hanya itu, anak-anak yang lahir dari ibu mengidap kondisi medis tersebut juga lebih mungkin menghadapi tantangan perkembangan, termasuk attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) dan autism spectrum disorder (ASD) atau autisme.
Perlu diketahui, diabetes gestasional memengaruhi sekitar 14 persen kehamilan di seluruh dunia. Perempuan lebih berisiko bila hamil di usia tua, hidup dengan obesitas, memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, atau berasal dari kelompok etnis non kulit putih.
Meskipun diabetes gestasional biasanya pulih setelah melahirkan, kondisi medis ini diketahui dapat meningkatkan risiko komplikasi, seperti tekanan darah tinggi, kemungkinan melahirkan dengan operasi caesar, dan diabetes tipe 2 di masa mendatang. Pada bayi, risikonya dapat meningkatkan kemungkinan kelahiran prematur, berat badan lahir tinggi, hingga gula darah rendah setelah lahir.
Detail hasil studi terbaru
Diabetes gestasional perlu diwaspadai selama kehamilan. Nah, studi terbaru ini menemukan bahwa dampak diabetes gestasional dapat meluas jauh melampaui kehamilan itu sendiri, Bunda.
"Temuan kami menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan ini, yang dapat menimbulkan risiko disfungsi kognitif yang substansial bagi ibu dan anak," kata penulis makalah penelitian dari National University of Singapore's School of Medicine, Profesor Ling-Jun Li, dilansir laman Newsweek.
Lebih detail, studi meta-analisis ini meneliti 48 studi observasional yang diterbitkan hingga April 2024. Untuk subjek perempuan, tim menganalisis data dari lima studi yang menilai fungsi kognitif selama kehamilan.
Hasilnya, perempuan dengan diabetes gestasional mendapat skor rata-rata 2,47 poin lebih rendah pada penilaian kognitif yang disebut Montreal Cognitive Assessment. Dalam penilaian ini, skala 30 poin digunakan untuk menyaring gangguan kognitif ringan. Hasil tersebut juga dibandingkan dengan ibu hamil tanpa diabetes gestasional.
Sementara pada anak-anak, kesenjangan dari hasilnya sangat mencolok. Dalam 43 studi, para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang terpapar diabetes gestasional sejak dalam kandungan memiliki skor IQ yang lebih rendah, yakni rata-rata hampir empat poin, bila dibandingkan dengan teman sebaya yang ibunya tidak memiliki kondisi tersebut.
Tak hanya itu, hasil dari kecerdasan verbal terkristalisasi juga berkurang lebih dari tiga poin. Kecerdasan ini mencerminkan pemahaman bahasa dan keterampilan komunikasi anak.
Studi secara detail mengaitkan diabetes gestasional dengan gangguan perkembangan anak. Analisis menemukan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional memiliki:
- Risiko keterlambatan perkembangan 45 persen lebih tinggi.
- Kemungkinan ADHD meningkat sebesar 36 persen .
- Risiko gangguan spektrum autisme meningkat 56 persen.
Menurut peneliti, mekanisme pasti kaitan diabetes gestasional dan gangguan perkembangan anak masih belum diketahui dengan jelas. Namun, para peneliti menduga bahwa faktor-faktor seperti peradangan kronis, stres oksidatif (kerusakan sel), berkurangnya suplai oksigen, dan tingginya kadar insulin selama kehamilan dapat mengganggu perkembangan otak di dalam rahim.
Li mengatakan bahwa studi ini membawa pesan utama bagi Bunda yang didiagnosis dengan diabetes gestasional untuk menjaga kesehatan mereka sendiri selama kehamilan dan perkembangan anak mereka setelah lahir. Bagi Bunda yang berisiko tetapi belum terdiagnosis, Li menyarankan untuk melakukan pemantauan gula darah secara ketat di bawah bimbingan medis, seperti skrining dini, serta menjaga pola makan dan gaya hidup hamil yang sehat.
Meski studi ini mengaitkan risiko diabetes gestasional pada kehamilan dan bayi, para peneliti belum memiliki bukti terkait dampak jangka panjangnya.
"Bukti mengenai kondisi perkembangan saraf jangka panjang seperti ADHD dan autisme masih terbatas. Kita perlu menunggu hasil uji coba terkontrol acak dengan tindak lanjut yang lebih lama untuk memastikan apakah pendekatan ini memberikan manfaat dalam domain tersebut," ungkap Li.
Demikian penjelasan terkait studi tentang diabetes gestasional dengan risiko pada ibu hamil serta anaknya. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)