KEHAMILAN
Mengenal Hormon yang Memicu Berkembangnya Folikel dan Penebalan Dinding Rahim
Dwi Indah Nurcahyani | HaiBunda
Minggu, 05 Oct 2025 14:40 WIBHormon yang ada di dalam tubuh memang ada beragam ya, Bunda. Yuk, salah satunya mengenal hormon yang memicu berkembangnya folikel dan penebalan dinding rahim.
Sistem reproduksi perempuan merupakan sistem yang sangat kompleks di mana melibatkan komunikasi antara pusat otak dan ovarium. Dalam hal ini, hormon yang disekresikan oleh hipotalamus, kelenjar pituitari, dan ovarium merupakan pembawa pesan yang mengatur siklus bulanan.
Apa itu hormon?
Hormon diartikan sebagai zat kimia yang mengoordinasikan berbagai fungsi dalam tubuh dengan membawa pesan melalui darah ke organ, kulit, otot, dan jaringan lainnya. Sinyal-sinyal ini memberi tahu tubuh apa yang harus dilakukan dan kapan harus melakukannya. Dalam kehidupan, keberadaan hormon sangatlah penting termasuk untuk menunjang kesehatan seseorang.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 50 hormon dalam tubuh manusia sejauh ini. Hormon dan sebagian besar jaringan (terutama kelenjar) yang memproduksi dan melepaskannya membentuk sistem endokrin seseorang. Selain itu, hormon juga mengendalikan berbagai proses tubuh termasuk metabolisme, homeostasis, pertumbuhan dan perkembangan, fungsi seksual, reproduksi, siklus tidur-bangun, dan suasana hati.
Fungsi hormon sendiri sebenarnya sebagai pembawa pesan kimiawi yang memengaruhi dan mengatur ratusan proses tubuh. Seringkali, suatu proses tubuh melibatkan reaksi berantai dari beberapa hormon yang berbeda. Dalam kerjanya, suatu hormon hanya akan bekerja pada bagian tubuh jika cocok atau jika sel-sel di jaringan target memiliki reseptor yang menerima pesan hormon tersebut.
Bayangkan hormon sebagai kunci dan sel-sel jaringan targetnya, seperti organ atau jaringan lemak, sebagai gembok yang dibentuk khusus. Jika hormon cocok dengan gembok (reseptor) di dinding sel, maka hormon tersebut akan berfungsi. Selain itu, hormon akan menyampaikan pesan yang menyebabkan area target mengambil tindakan tertentu.
Ada dua jenis komunikasi yang dilakukan tubuh dalam menggunakan hormon. Pertama ialah komunikasi antara dua kelenjar endokrin. Dalam komunikasi ini, satu kelenjar melepaskan hormon yang merangsang kelenjar lain untuk mengubah kadar hormon yang dilepaskannya.
Kedua, yakni antara kelenjar endokrin dan organ target. Contohnya ialah ketika pankreas Bunda melepaskan insulin, yang kemudian bekerja pada otot dan hati untuk membantu memproses glukosa.
Kelenjar khusus yang membentuk sistem endokrin akan menghasilkan dan melepaskan sebagian besar hormon dalam tubuh. Kelenjar merupakan organ yang menghasilkan satu atau lebih zat, seperti hormon, cairan pencernaan, keringat, atau air mata. Kelenjar endokrin akan melepaskan hormon langsung ke aliran darah.
Namun, tidak semua organ dan jaringan melepaskan hormon atau zat mirip hormon yang dianggap sebagai bagian dari sistem endokrin. Jaringan tubuh lain yang melepaskan hormon meliputi jaringan lemak, ginjal, hati, usus, plasenta, hipotalamus.
Apa nama hormon yang memicu berkembangnya folikel dan penebalan dinding rahim?
Hormon yang memicu berkembangnya folikel dan penebalan dindin rahim ialah FSH dan estrogen. Dalam kerjanya, kelenjar pituitari akan melepaskan follicle-stimulating hormone (FSH). Dan, bagian otak yang disebut hipotalamus akan mengendalikan kelenjar pituitari.
Kelenjar pituitari membantu tubuh memproduksi hormon yang dibutuhkan untuk mengatur proses-proses penting. FSH dari kelenjar pituitari mengaktifkan ovarium untuk mulai memproduksi folikel, kantong berisi cairan tempat sel telur matang.
Sebuah folikel dominan terbentuk dan sebuah folikel tunggal, yang disebut folikel dominan, mulai berkembang lebih cepat daripada folikel lain di ovarium. Seiring folikel dominan matang, sel telur di dalamnya juga matang, yang pada akhirnya akan dilepaskan saat perempuan berovulasi.
Folikel dominan melepaskan lebih banyak estrogen ke dalam tubuh. Dan, peningkatan estrogen menebalkan lapisan rahim sehingga sel telur yang telah dibuahi (embrio) dapat tertanam di sana. Tahap ini terkadang disebut fase proliferatif seperti dikutip dari laman Cleveland Clinic.
Adanya peningkatan estrogen ternyata memicu penurunan FSH. Kelenjar pituitari merespons peningkatan estrogen dengan mengurangi jumlah FSH yang diproduksinya. Penurunan ini menyebabkan folikel-folikel lain mulai layu dan diserap kembali ke dalam tubuh.
Mengenal 4 hormon menstruasi
Beberapa hormon memang terlibat dalam siklus menstruasi perempuan. Berikut ini beberapa di antaranya ya, Bunda:
1. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon FSH diketahui dapat menyebabkan pematangan sel telur di ovarium. Hormon ini merupakan salah satu hormon yang menjadi bagian penting dari sistem reproduksi. Pada perempuan, hormon ini berperan penting dalam mempersiapkan folikel, yang berisi sel telur, dan menjadi tempat sel telur tersebut matang dan dilepaskan ke tuba falopi.
2. Luteinizing Hormone (LH)
Hormon LH terdapat dalam tubuh perempuan dan laki-laki. Pada perempuan, hormon ini berperan dalam perkembangan dan fungsi seksual. LH juga membantu mengendalikan siklus menstruasi dan memicu pelepasan sel telur atau yang terjadi pada fase ovulasi.
3. Estrogen
Hormon estrogen terdapat pada tubuh laki-laki dan perempuan. Namun, pada perempuan, kadarnya jauh lebih banyak. Estrogen diproduksi oleh ovarium, kelenjar adrenal, dan jaringan lemak. Perannya dalam tubuh perempuan sangat banyak, di antaranya estrogen pada ovarium berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel sel telur.
Di dalam vagina, hormon estrogen menjaga ketebalan dinding vagina dan meningkatkan pelumasan. Di dalam rahim, estrogen meningkat dan menjaga lapisan selaput lendir rahim. Pada payudara, hormon ini berperan dalam pembentukan jaringan payudara. Hormon ini juga membantu menghentikan aliran ASI setelah penyapihan.
4. Progesteron
Hormon progesteron berfungsi mengatur menstruasi dan mendukung kehamilan pada perempuan. Selain itu, hormon progesteron juga berperan sebagai pembawa pesan kimiawi dalam tubuh yang memengaruhi siklus tidur dan pencernaan.
Fase-fase pada siklus menstruasi
Siklus menstruasi merupakan istilah untuk menggambarkan urutan peristiwa yang terjadi dalam tubuh Bunda saat mempersiapkan kemungkinan kehamilan setiap bulan. Siklus ini terhitung waktunya dari hari pertama menstruasi hingga hari pertama menstruasi berikutnya. Pada setiap perempuan, siklusnya akan sedikit berbeda tetapi prosesnya sama.
Rata-rata panjang siklus menstruasi adalah 28 hari. Namun, satu siklus dapat berkisar antara 21 hari hingga sekitar 35 hari dan tetap dianggap normal. Sementara, lama menstruasi berlangsung pada kebanyakan perempuan yakni antara tiga dan tujuh hari.
Secara umum, menstruasi dikatakan normal jika berlangsung antara tiga dan tujuh hari. Meskipun durasinya lebih pendek, beberapa orang mengalami menstruasi selama tiga hari dan hal ini tidaklah dianggap masalah ya, Bunda.
Dalam menstruasi sendiri, ada beberapa fase siklus yang ada di dalamnya. Berikut ini fase-fasenya ya, Bunda:
1. Fase menstruasi
Fase ini dimulai pada hari pertama menstruasi. Fase ini terjadi ketika lapisan rahim meluruh melalui vagina jika kehamilan belum terjadi. Kebanyakan orang mengalami perdarahan selama tiga hingga lima hari, tetapi menstruasi yang hanya berlangsung selama tiga hingga tujuh hari biasanya tidak perlu dikhawatirkan.
2. Fase proliferasi
Tahap awal siklus menstruasi meliputi fase folikular dan proliferatif, yang masing-masing berkaitan dengan pematangan folikel ovarium dan proliferasi endometrium. Pada fase folikular, yang durasinya bervariasi, selalu dimulai pada hari ke-1 siklus menstruasi ditandai dengan hari pertama menstruasi dan berakhir dengan ovulasi. Dalam siklus 28 hari yang umum, fase ini berlangsung dari hari ke-1 hingga ke-14. Bersamaan dengan itu, fase proliferatif di dalam rahim dimulai setelah menstruasi berakhir dan berlanjut hingga ovulasi.
3. Fase sekretori
Fase terakhir dari siklus menstruasi disebut fase luteal atau fase sekretori. Fase ini terjadi pada hari ke-14 hingga ke-28. Progesteron, yang dirangsang oleh lonjakan LH, merupakan hormon dominan selama fase ini. Progesteron mempersiapkan korpus luteum dan endometrium untuk kemungkinan sel telur yang telah dibuahi. Korpus luteum terbentuk di ovarium di lokasi pecahnya folikel matang. Korpus luteum menghasilkan estrogen, tetapi terutama progesteron.
Dalam tahap ini, lapisan endometrium bersiap dengan meningkatkan suplai darah dan merangsang lebih banyak sekresi lendir. Adanya peningkatan kadar estrogen dan progesteron juga menyebabkan saluran susu di payudara melebar. Akibatnya, payudara dapat membengkak dan menjadi lunak.
Mengingat masa pembuahan telah berlalu dan masuknya sperma tidak lagi menjadi prioritas, progesteron mengurangi dan mengentalkan lendir serviks, sehingga menjadi tidak elastis seperti dikutip dari laman Nebraskamed.
Jika terjadi kehamilan, sel telur yang telah dibuahi akan tertanam di dalam endometrium. Dan, hormon Hcg diproduksi dari embiro yang sedang berkembang. Sementara, korpus luteum akan tetap ada guna membantu mempertahankan kehamilan hingga plasenta mengambil alih para trimester kedua.
Ketika tidak ada sel telur yang dibuahi yang tertanam, korpus luteum akan mengalami regresi dan kadar estrogen serta progesteron akan menurun dengan cepat. Inilah saat siklus menstruasi berikutnya dimulai.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)