Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Penyebab Terjadinya Kehamilan Kimiawi Usai Program IVF, Kenali juga Gejalanya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Rabu, 15 Oct 2025 19:40 WIB

Close-up of asian chinese young doctor showing ultrasound scan on monitor to pregnant woman in doctor room at hospital
Penyebab Terjadinya Kehamilan Kimiawi Usai Program IVF, Kenali juga Gejalanya/Foto: Getty Images/Marcus Chung
Daftar Isi
Jakarta -

Kehamilan kimiawi atau yang dikenal dengan biochemical pregnancy bisa terjadi setelah program in vitro fertilization (IVF). Namun apa penyebabnya? Yuk kenali gejalanya, Bunda.

Program IVF adalah jenis teknologi reproduksi berbantuan (ART) yang melibatkan terapi hormon, yang mendorong perkembangan banyak sel telur di ovarium.

Dr. Karla S. Sanchez-Banos, MD, seorang Obstetrics Gynecology, menjelaskan bahwa pasangan suami istri yang khawatir tentang infertilitas dapat menjalani perawatan kesuburan seperti IVF dan inseminasi intrauterin (IUI). Kedua teknik ini disetujui secara medis untuk membantu konsepsi buatan. Namun, kehamilan kimiawi setelah IVF dan IUI cukup umum terjadi.

Kehamilan kimiawi setelah IVF

"Tes kehamilan yang positif dapat menjadi sumber kebahagiaan instan untuk sebagian besar keluarga. Sayangnya, banyak pasangan yang mengalami masalah infertilitas sehingga terpaksa mencari bantuan medis untuk mewujudkan impian mereka memiliki bayi," kata Sanchez-Banos melansir MomJunction.

Proses ini sering kali membosankan dan melibatkan serangkaian tes diagnostik, berbagai pengobatan hormonal, atau intervensi bedah. Namun, pada akhirnya, teknik-teknik medis ini mungkin bukan solusi yang sepenuhnya efektif untuk suksesnya kehamilan dan memiliki beberapa kesulitan tersendiri. Salah satu fenomena tersebut disebut sebagai 'kehamilan kimiawi' atau chemical pregnancy.

Apa itu kehamilan kimiawi?

Kehamilan kimiawi adalah istilah praktis untuk keguguran. Sanchez-Banos mengatakan, kehamilan kimia ini merupakan keguguran dini, keguguran yang cukup dini. Faktanya, lebih banyak perempuan mengalami kehamilan kimiawi tetapi tidak menyadarinya. 

"Biasanya terjadi sekitar waktu atau tak lama setelah menstruasi tiba. Atau secara teknis hamil empat hingga lima minggu," ujar Sanchez-Banos.

Pada perempuan yang mengalami kehamilan kimiawi biasanya sudah memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin), indikator pasti kehamilan.

Dan kebanyakan perempuan mengalami menstruasi dalam beberapa hari setelah tes kehamilan positif ketika mereka mengalami kehamilan kimiawi.

"Kehamilan kimiawi biasanya tidak memiliki gejala yang khas. Rasanya seperti menstruasi yang datang agak terlambat," jelasnya.

Menurut American Pregnancy Association (APA), sebagian besar kehamilan kimiawi tidak disadari, karena sering disalahartikan sebagai menstruasi yang teratur atau tertunda.

Sanchez-Banos bilang, perempuan yang mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti infertilitas, terutama yang menjalani IVF, lebih sering mengalami kehamilan kimiawi ketimbang yang lain.

Sedangkan perempuan yang hamil secara alami, dalam banyak kasus, menganggap kehamilan kimiawi sebagai menstruasi yang terlambat karena tidak menyadari bahwa ternyata hamil. 

Pada perempuan yang menggunakan teknik reproduksi buatan seperti IUI dan IVF biasanya menjalani tes (baik HPT maupun tes darah) maksimal 14 hari setelah transfer, yang memungkinkan menyadari kehamilan dini. 

"Tidak seperti kehamilan klinis, janin dapat terlihat melalui USG dan perempuan tersebut mulai menunjukkan gejala kehamilan, kehamilan kimiawi dapat dipastikan jika terdapat peningkatan kadar hCG dalam darah," ujar Sanchez-Banos.

Penyebab kehamilan kimiawi setelah program IVF

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar 2 persen dari semua bayi yang lahir di AS dikandung melalui Teknologi Reproduksi Berbantuan (ART) setiap tahunnya. Banyak perempuan yang mengalami kehamilan kimia saat menjalani IVF. 

Berikut adalah penyebab utama kehamilan kimia setelah IVF:

1. Kelainan embrio

Penyebab terbesar kehamilan kimia dan keguguran adalah kelainan embrio. Embrio normal terdiri dari banyak kromosom. Namun, embrio abnormal mengandung jumlah kromosom yang tidak proporsional. 

Faktor lain yang dapat menyebabkan pertumbuhan embrio abnormal meliputi faktor struktural, kromosom, epigenetik, dan metabolik. Perempuan yang lebih tua dan perempuan dengan PCOS (sindrom ovarium polikistik) lebih mungkin mengalami kelainan embrio selama IVF.

Sekitar 50% keguguran pada trimester pertama terjadi karena kelainan kromosom pada janin. Risiko kelainan ini terus meningkat pada kehamilan berikutnya.

2. Disfungsi implantasi

Dalam kehamilan kimiawi, embrio tertanam di dalam rahim, menandakan kemungkinan keberhasilan konsepsi di masa mendatang. Namun, karena berbagai alasan, embrio gagal berkembang dengan baik setelah implantasi. Beberapa kehamilan kimiawi terjadi karena kegagalan atau disfungsi implantasi. Beberapa penyebab disfungsi implantasi meliputi:

  • Polip endometrium
  • Fibroid
  • Jaringan parut bedah
  • Usia ibu lanjut
  • PCOS

3. Masalah autoimun

Terkadang, sel-sel kekebalan tubuh perempuan diatur sedemikian rupa sehingga menyerang embrio yang sedang tumbuh, alih-alih memeliharanya. Ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara sel-sel embrio dan sel-sel penyebab penyakit.

4. Masalah lain

Kehamilan kimiawi dapat disebabkan masalah tiroid. Kemungkinan penyebab lain kehamilan kimia meliputi:

  • Obesitas
  • Masalah tiroid
  • Kelainan rahim
  • Ketidakseimbangan hormon
  • Endometriosis
  • Translokasi kromosom embrio yang tidak seimbang

Selain penyebab di atas, faktor lingkungan seperti paparan bahan kimia, obat-obatan, sinar-X, perokok pasif, dan konsumsi alkohol atau kafein berlebihan dapat meningkatkan risiko keguguran.

Gejala kehamilan kimiawi setelah program IVF

Kehamilan kimiawi seringkali tidak menimbulkan gejala khas. Ini yang membuat banyak perempuan tidak menyadari sedang mengalami kehamilan kimiawi. Kecuali jika perempuan melakukan tes hCG sangat dini. 

Meski jarang menimbulkan gejala, beberapa perempuan mengalami gejala ini:

  • Positif tes kehamilan (urine atau darah) yang kemudian menjadi negatif atau turun kadar hCG-nya. 
  • Mengalami pendarahan yang mirip menstruasi namun datang lebih lambat atau sedikit lebih berat dari biasanya. Selain itu juga merasakan kram ringan.
  • Umumnya tidak ada rasa mual, muntah, atau gejala kehamilan klasik lain karena kehamilan berhenti sangat dini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda