Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Bun, Jangan Sampai Kita Nggak Sadar Kalau Sedang Hamil Ya

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Jumat, 22 Dec 2017 09:03 WIB

Sudah hamil 12 minggu tapi nggak menyadarinya? Duh, jangan sampai ya, Bun.
Ilustrasi cek kehamilan/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Entah karena saking sibuk atau apa, terkadang ada bunda yang nggak sadar kalau sedang hamil. Bahkan baru sadar dirinya hamil saat usia kehamilan sudah lebih dari 10 minggu.

Ini kejadian sama teman saya nih, Bun. Suatu kali dia ngabarin ke saya kalau sedang hamil 12 minggu. Dia sama sekali nggak sadar kalau sedang hamil.

"Jadi aku nggak ngeh kalau telat mens. Malah temen sekantor yang bilang kok kayaknya aku salat terus di musala, emang udah menopause atau gimana. Ha-ha-ha malah dia yang perhatian sama mens aku ya," tutur teman saya itu.

Nah, habis itu dia mengingat-ingat kapan terakhir kali menstruasi. Kata teman saya, dia nggak ingat tanggal berapa menstruasi terakhirnya. Akhirnya iseng dia beli test pack alias alat uji kehamilan mandiri, dan hasilnya ternyata positif.

"Pas cek ke dokter ternyata 12 minggu. Padahal minggu sebelumnya masih ke luar kota, jadi kayak nggak jaga (kehamilan) banget," tambahnya.



Dr dr Ali Sungkar, SpOG-KFM beberapa waktu yang lalu bilang nggak seharusnya ibu-ibu nggak sadar dirinya sedang hamil. Soalnya kehamilan itu penting banget direncanakan. Jadi nggak sekadar 'hajar bleh' tanpa persiapan. Karena mempersiapkan kehamilan adalah ikhtiar untuk mendapatkan kehamilan dan bayi yang sehat lahir batin.

"Kalau mau hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan dulu, buar tahu Hb-nya gimana, ads thalasemia nggak, ada hepatitis nggak, ada diabetes nggak. Apalagi 90 persen mengalami defisiensi besi," tutur dr Ali beberapa waktu lalu di forum diskusi kesehatan Philips Indonesia
'Jaga Kehamilan untuk Generasi yang Lebih Sehat'.

Soalnya nih, Bun, kalau ibu hamil mengalami hepatitis, maka anak yang lahir kemungkinan bisa terkena sirosis (kerusakan hati). Kalau ibu hamil dengan anemia, maka ibu dapat mengalami pendarahan dan berisiko kematian.

"Jadi perbaiki dahulu gizinya, baru hamil," lanjut dr Ali.

Mempersiapkan kehamilan dengan baik juga ikhtiar agar bayi nggak lahir prematur. Untuk diketahui, kata dr Ali, angka persalinan prematur kurang dari 37 ribu dan Indonesia berada di urutan kelima negara di dunia dengan jumlah bayi prematur terbanyak.

"Lebih dari 15,5 per 100 kelahiran, menurut survei dari UNICEF, di mana Swedia hanya 8 persen, Jepang 6 persen, dan AS 11 persen," imbuh dr Ali.

Kalau bayi lahir prematur atau tidak cukup bulan, maka otak dan organ tubuhnya belum sempurna. Karena itu bayi-bayi prematur butuh perawatan khusus setelah dilahirkan.



"Gizi diperbaiki sebelum hamil, lakukan pre-marital test untuk mengetahui kondisi mental dan fisik calon suami, juga termasuk pemeriksaan talasemi, hepatitis dan diabetes bagi para calon ibu. Father to child transmission tidak ada, tapi mother to child transmission ada, sehingga wanita diminta untuk melakukan banyak tes," tutur dr Ali. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda