Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kenali Oligohidramnion, Kondisi Cairan Ketuban Terlalu Sedikit

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 13 Feb 2018 18:03 WIB

Pernah dengar oligohidramnion, Bun? Ini merupakan kondisi cairan ketuban yang terlalu sedikit.
Kenali Oligohidramnion, Kondisi Cairan Ketuban Terlalu Sedikit/ Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Ketuban yang terlalu sedikit perlu banget diwaspadai ya, Bun. Soalnya ini bisa mempengaruhi kesejahteraan janin di kandungan. Kondisi kurangnya ketuban ini disebut oligohidramnion.

Dikutip dari Medical News Today, oligohidramnion dialami sekitar 1 dari 8 ibu hamil atau sekitar 4 persen dari semua kehamilan. Oligohidramnion terlihat saat indeks cairan amnion (AFI) kurang dari 5 cm, di mana indeks normal adalah 5-25 cm. Selain itu kantung vertikal maksimum (MVP) kurang dari 2 cm.

Pada awal kehamilan, kekurangan cairan amnion bisa menjadi tanda adanya cacat lahir pada bayi. Misalnya jika janin mengalami masalah pada ginjal dan saluran kemihnya. Bisa terjadi juga karena ibu hamil memiliki luka di kantung yang menahan cairan ketuban. Demikian dilansir Parent24.

Jika ada luka di membran amnion, meskipun kecil, bisa mengakibatkan kebocoran air ketuban. Akibatnya tentu janin tidak bisa bergerak sebanyak yang diharapkan.

Beberapa masalah kesehatan ibu hamil juga dikaitkan dengan oligohidramnion, Bun. Misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, lupus, prior growth-restricted pregnancies, masalah plasenta seperti abrupsio, juga preeklampsia, kehamilan kembar, dan kehamilan yang waktu persalinannya sudah lewat.



Oligohidramnion dapat terjadi selama trimester tapi masalah yang lebih memprihatinkan selama 6 bulan pertama kehamilan. Selama masa itu, ada risiko cacat lahir, keguguran, kelahiran prematur atau kelahiran mati yang lebih tinggi.

Ibu hamil yang mengalami oligohidramnion, pastikan untuk makan makanan yang sehat dan bergizi, minum banyak cairan, banyak istirahat, hindari merokok, dan laporkan tanda melahirkan ke dokter segera.

Apabila oligohidramnion terjadi pada trimester terakhir, risikonya meliputi pertumbuhan janin yang lamban, komplikasi persalinan, dan kebutuhan untuk melahirkan melalui bedah caesar (c-sectio).

Dengan adanya oligohidramnion, kehamilan akan dipantau secara ketat untuk memastikan bayi berkembang dengan baik. Dokter bisa menggunakan tes berikut ini, Bun:

1. Tes untuk mengecek detak jantung bayi saat istirahat dan saat sedang bergerak.
2. Profil biofisik untuk pemindaian ultrasound guna mengamati gerakan bayi, tonus otot, pernapasan, dan tingkat cairan ketuban.
3. Jumlah tendangan janin untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan janin untuk menendang beberapa kali.
4. Studi doppler menggunakan gelombang suara untuk memeriksa aliran darah pada bayi.



Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memutuskan persalinan perlu diinduksi atau melalui caesar untuk melindungi ibu atau anak. Amnioinfusi (infus salin ke dalam rahim) untuk peningkatan cairan ibu dan istirahat juga mungkin diperlukan.

dr Tirsa Verani, SpOG dari Brawijaya Women and Children Hospital, dikutip dari detikHealth menjelaskan keputihan yang dialami ibu hamil menyebabkan air ketuban merembes secara sedikit-sedikit. Nah, seringkali ibu hamil nggak sadar saat air ketubannya merembes. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda