Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

9 Makanan yang Sebaiknya Dihindari saat Bunda Menyusui

Annisa Afani   |   HaiBunda

Rabu, 01 Jul 2020 06:00 WIB

Young mother breastfeeding her baby boy in the bedroom. Belgrade, Serbia
Ibu menyusui/Foto: iStock
Jakarta -

Air susu ibu (ASI) memiliki kandungan yang sangat bergizi untuk bayi. Itu karena ASI dapat menyediakan sebagian besar nutrisi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama kehidupan.

Penelitian menunjukkan bahwa apa yang dimakan oleh ibu menyusui, memiliki efek pada kandungan ASI yang diproduksinya. Namun secara umum, tidak ada makanan yang dilarang dikonsumsi oleh ibu menyusui.

"Sebenarnya tidak ada makanan yang harus dihindari oleh semua ibu menyusui. Kebanyakan ibu menyusui bisa terus mengonsumsi makanan yang biasanya mereka makan," kata konsultan laktasi bersertifikat, Lindsey Shipley, dikutip dari The Bump.

Menurut dia, terpenting adalah melakukan diet seimbang untuk membantu ibu menyusui dan bayi mendapatkan asupan terbaik. Nah Bunda, meski tidak perlu menghindari makanan tertentu, namun ada beberapa makanan yang sebaiknya dibatasi konsumsinya saat menyusui demi menjaga tingkat produksi ASI serta memastikan bayi tetap sehat dan bahagia.

Berikut ini makanan yang perlu dibatasi atau mungkin dihindari bagi ibu menyusui, dikutip dari Healthline:

1. Ikan tinggi kadar merkuri

Ikan adalah sumber asam docosahexaenoic (DHA) dan asam eicosapentaenoic (EPA). Kedua jenis asam lemak omega-3 ini sangat penting untuk perkembangan otak bayi, tapi sulit ditemukan di makanan lain.

Namun, beberapa ikan dan makanan laut lainnya bisa mengandung merkuri yang tinggi. Ini sangat tidak baik dan beracun, terutama pada bayi dan anak-anak yang lebih sensitif terhadap keracunan merkuri.

Paparan akut tingkat merkuri yang tinggi dapat secara permanen memengaruhi sistem saraf pusat bayi. Akibatnya, mereka mungkin mengalami keterlambatan atau gangguan dalam pemahaman, keterampilan motorik halus, kesadaran visual-spasial, serta perkembangan bicara dan bahasanya.

Beberapa ikan yang mengandung merkuri, di antaranya tuna bigeye, king mackerel, ikan pedang, hiu, ikan todak, dan tilefish. Untuk memastikan asupan omega-3 yang memadai sambil mengurangi risiko keracunan merkuri, ibu menyusui sebaiknya menghindari ikan merkuri tinggi. Sebagai gantinya mengonsumsi 225-340 gram ikan dengan kandungan merkuri rendah setiap minggu.

2. Beberapa suplemen herbal

Penggunaan bumbu dan rempah-rempah seperti jintan atau kemangi untuk membumbui makanan dianggap aman selama menyusui. Namun, jika mengonsumsi suplemen herbal dan teh, ada beberapa kekhawatiran tentang keamanan karena kurangnya penelitian pada wanita yang menyusui.

Selain itu, karena suplemen herbal tidak diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, ada potensi terkontaminasi logam berat yang mungkin berbahaya bagi bayi menyusui. Sebagian ibu menyusui mencoba suplemen herbal untuk membantu meningkatkan produksi ASI, namun sejumlah penelitian tidak menemukan bahwa suplemen herbal efektif meningkatkan produksi ASI.

3. Alkohol

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), menjauhi alkohol adalah pilihan paling aman selama menyusui. Namun, sesekali minum mungkin aman, asalkan berhati-hati dengan jumlah dan waktu mengonsumsi.

Seberapa banyak alkohol yang dapat diperoleh bayi Anda dari ASI tergantung pada seberapa banyak dan kapan alkohol dikonsumsi. Penelitian menunjukkan bahwa kadar alkohol dalam ASI meningkat 30 hingga 60 menit setelah minum.

Selain itu, alkohol dapat bertahan di sistem metabolisme tubuh hingga 2-3 jam untuk sekali minum. Semakin banyak alkohol yang diminum, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan sistem metabolisme membersihkan diri dari alkohol.

Minuman Alkohol di PesawatIlustrasi minuman alkohol/ Foto: (iStock)

Karena itu, CDC merekomendasikan pembatasan alkohol hanya satu minuman per hari dan menunggu setidaknya 2 jam setelah mengonsumsinya sebelum menyusui. Adapun, asupan alkohol yang berlebihan selama menyusui dikaitkan dengan peningkatan risiko terganggunya pola tidur, keterlambatan keterampilan psikomotorik dan kognitif bayi di kemudian hari.

4. Kafein

Kopi, soda, teh, dan cokelat adalah sumber kafein yang umum. Ketika ibu hamil mengonsumsinya, sebagian dari kafein itu dapat berakhir dalam ASI.

Ini bisa menjadi masalah karena bayi akan mengalami kesulitan memecah dan membuang kafein. Akibatnya, sejumlah besar kafein dari waktu ke waktu dapat menumpuk di sistem pencernaan bayi dan menyebabkannya sulit tidur dan rewel.

Menurut CDC, ibu yang menyusui disarankan untuk mengonsumsi tidak lebih dari 300 miligram (mg) kafein per hari, setara dua atau tiga cangkir kopi.

5. Makanan olahan

Untuk memenuhi tingkat kebutuhan gizi dalam ASI, sangat penting bagi ibu menyusui untuk mengonsumsi makanan sehat dan seimbang. Karena makanan olahan umumnya tinggi kalori, lemak tidak sehat, dan gula tambahan, serta rendah serat, vitamin, dan mineral maka sangat disarankan untuk membatasi asupannya.

Penelitian yang dilakukan pada tikus menemukan bahwa ibu menyusui yang suka mengonsumsi junk food maka bayinya secara signifikan cenderung lebih suka makanan tinggi lemak, tinggi gula dibanding ibu yang melakukan diet seimbang dan sehat. Penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan karena adanya kekhawatiran bahwa sering terpapar makanan berlemak dan bergula saat bayi bisa menyebabkan kebiasaan makan yang kurang sehat dan obesitas seiring bertambahnya usia anak.

6. Makanan yang memicu alergi

Jika ibu hamil berurusan dengan gas selama kehamilan, dokter mungkin menyarankan untuk menjauhi makanan tertentu yang diketahui menyebabkan gas, seperti kacang-kacangan, dan kembang kol. Namun pada beberapa bayi, justru bisa lebih peka dengan makanan lain yang membuatnya menjadi kembung karena gas atau alergi.

"Ketika bayi yang disusui memiliki kepekaan terhadap makanan atau alergi, molekul-molekul dari apa pun yang dimakan ibu mengalir melalui ASI ke dalam sistem pencernaan bayi, di mana mereka mengiritasi lapisan usus bayi dan menyebabkan rasa sakit," kata Tamara Hawkins, konsultan laktasi di New York.

Beberapa makanan yang bisa menyebabkan alergi pada bayi, di antaranya susu, kedelai, telur, kacang, jeruk. Gejala bayi mengalami alergi, yakni kembung, menangis dan kolik, diare, kotoran berdarah atau berlendir, ruam, eksim, gumoh atau muntah berlebihan, pilek atau batuk, sulit tidur.

Jika mencurigai bayi bereaksi terhadap sesuatu yang ibu menyusui makan, sebaiknya hentikan mengonsumsi makanan itu selama dua hingga tiga minggu dan lihat perbedaannya. Namun akan lebih baik jika menyampaikan kekhawatiran tersebut kepada dokter anak untuk memastikannya.

7. Makanan pedas

Apa yang dimakan oleh ibu menyusui, juga akan dirasai oleh bayi yang menyusu. Bagi beberapa bayi, ibu yang terbiasa makan makanan pedas sejak kehamilan mungkin tidak mengganggu mereka.

"Hanya saja, jika bayi merespons dengan cara yang tidak terlalu menyenangkan (ketika mereka menyusui), maka mungkin makanan pedas bisa menjadi penyebabnya," ujar Tamara.

8. Bawang putih

Bawang putih memang dapat memberi rasa pada ASI, dan beberapa mengatakan akan membuat rasa ASI menjadi tidak enak. Akan tetapi hal tersebut tergantung bagaimana reaksi bayi, dan seberapa terbiasa mereka dengan rasanya.

"Jika Anda seseorang yang mengonsumsi banyak bawang putih dan mengonsumsinya selama kehamilan, kemungkinan bayi akan menikmatinya karena telah terbiasa," kata Andrea Syms-Brown, seorang konsultan laktasi di New York.

9. Peppermint, peterseli dan sage

Ketiga jenis herbal ini dikenal sebagai anti-galactogogues, yang berarti bahwa dalam dosis tinggi dapat menurunkan produksi ASI. Tamara mengatakan untuk menghentikan mengonsumsi tiga herbal ini jika benar-benar memengaruhi produksi ASI.

"Jika melihat produksi ASI Anda menurun setelah makan banyak peppermint, peterseli atau sage, yang terbaik adalah menghindarinya sebentar saat menyusui," ujarnya.

Simak juga penjelasan lidah putih bayi dalam video berikut, Bunda:

[Gambas:Video Haibunda]



(AFN/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda