Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Bisakah Menyusui Bayi yang Lahir dari Ibu Pengganti? Begini Kata Pakar

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Senin, 16 Oct 2023 15:20 WIB

Kini tampaknya semakin banyak publik figur di luar negeri yang memiliki bayi melalui ibu pengganti. Namun, bisakah menyusui bayi yang lahir dari ibu pengganti?
Bisakah Menyusui Bayi yang Lahir dari Ibu Pengganti? Begini Kata Pakar/iStock
Jakarta -

Semakin banyak selebriti luar negeri yang menyewa ibu pengganti untuk mengandung bayi mereka. Sebut saja Kim Kardashian, Sarah Jessica Parker, Tyra Banks, dan  Elizabeth Banks.

Meski menggunakan ibu pengganti, Kim Kardashian tetap ingin menyusui anaknya yang baru lahir. Hal ini tentu membuat banyak orang bertanya-tanya, bisakah menyusui bayi yang bukan lahir dari rahim kita?

Pasalnya, Kim Kardashian mengunggah memiliki bantal menyusui hingga electronic feeding system yang digunakan untuk menyusui bayinya. Kemudian yang dilakukan Kim Kardashian menjadi kontroversi dan pertanyaan banyak orang. 

Jika bisa, tentu tidak mudah. Ibu yang baru melahirkan saja tidak mudah menyusui bayinya dengan lancar, selalu ada tantangan dalam proses menyusui.

“Menyusui bahkan bagi seorang ibu yang tubuhnya sudah siap sangatlah menantang dan membutuhkan kerja keras,” kata Anate Brauer, M.D., Direktur IVF di Shady Grove Fertility-New York, dilansir dari Parents.

Jadi, bisakah menyusui bayi yang lahir bukan dari rahim Bunda? Mari kita cari tahu jawaban para ahli.

Bisakah menyusui bayi yang lahir dari ibu pengganti?

Jawabannya bisa, Bunda. Hanya saja ada berbagai prosedur yang perlu Bunda lakukan. 

Orang tua baru yang tidak mengandung anaknya harus menjalani proses induksi laktasi, yaitu produksi ASI yang dipicu oleh interaksi kompleks beberapa hormon. Hormon tersebut antara lain estrogen, progesteron, laktogen plasenta manusia, prolaktin, dan oksitosin. Hormon-hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan jaringan payudara selama kehamilan.

“Setelah bayi dan plasenta lahir, kadar estrogen, progesteron, dan HPL turun drastis. Dengan adanya kadar prolaktin yang tinggi bisa merangsang produksi ASI,” jelas Dr. Brauer.

“Stimulasi puting mendorong pelepasan oksitosin yang merangsang kontraksi otot polos di sekitar saluran di payudara yang kemudian mengeluarkan ASI,” tambahnya.

Induksi laktasi

Selama proses tersebut berhasil direplikasi, menginduksi laktasi pada orang yang tidak hamil dapat dicapai. Meskipun Dr. Brauer menjelaskan bahwa hal ini biasanya memerlukan terapi hormon selama beberapa bulan dengan kombinasi estrogen dan progesteron yang tersedia dalam bentuk kombinasi pil kontrasepsi oral atau suplemen estrogen dan progesteron yang tumpang tindih.

“Sekitar 8 minggu sebelum melahirkan, seseorang akan menghentikan suplemen dan mulai memompa dengan hospital-grade breast pump. Perangkat ini meniru hisapan bayi dan merangsang produksi prolaktin. Dengan kata lain, semakin banyak ibu memompa, semakin banyak prolaktin yang dirangsang dan dilepaskan,” papar Dr. Brauer.

Kebanyakan konsultan laktasi akan merekomendasikan calon ibu untuk mulai memompa ASI selama 5 sampai 10 menit, sekitar 3–4 kali sehari, dengan target meningkat menjadi 15 hingga 20 menit setiap 2 sampai 3 jam.

Setelah bayi lahir, meskipun proses menyusui berhasil dilakukan, pemompaan setelah menyusu tetap dianjurkan. Namun penting untuk dicatat bahwa walau Bunda telah mengikuti semua langkah yang diperlukan untuk memproduksi ASI kemungkinan besar perlu menambah persediaan dengan ASI perah atau susu formula.

Ilustrasi menyusuiIlustrasi menyusui/ Foto: Getty Images/iStockphoto/SVPhilon

“Menyusui adalah keputusan yang sangat pribadi dan individual, Anda tidak boleh merasa bersalah, malu, atau dihakimi atas keputusan tersebut,” jelas Patricia A. Evans, N.P, C.N.M., praktisi perawat dan bidan perawat bersertifikat di MemorialCare Medical Group, Fountain Valley, California.

“Menanyakan pada diri sendiri mengapa Anda ingin mempertimbangkan laktasi induksi, secara realistis mempertimbangkan waktu, upaya, dan kesulitan yang terlibat, serta komitmen pribadi, keluarga, sekaligus pekerjaan serta dukungan keluarga akan membantu  menyesuaikan ekspektasi diri sendiri,” kata Patricia.

Untuk itu, menyusui melalui metode induksi laktasi ini sebaiknya diputuskan setelah berdiskusi dengan berbagai pihak seperti dokter anak dan konselor laktasi. 

Jika alasan Bunda menginduksi laktasi demi bisa bonding dengan anak, ketahuilah bahwa ikatan ini dapat dicapai dengan cara lain. Bunda tidak perlu khawatir dan memaksakan diri karena hal itu.

Cara bonding dengan bayi walau tidak menyusui langsung

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempererat hubungan antara Bunda dan bayi walaupun tidak menyusui secara langsung. Daniel Kaser, M.D., FACOG, ahli endokrinologi reproduksi dan dokter infertilitas bersertifikat di Reproductive Medicine Associates of Northern California, memberikan tips:

1. Mendengarkan detak jantung saat kunjungan dokter bersama ibu pengganti.
2. Ikut melakukan kunjungan USG untuk melihat sekilas wajah atau kaki bayi.
3. Merekam suara saat membaca buku.
4. Menyanyikan sebuah lagu untuk didengarkan secara teratur.
5. Waktu kontak langsung setelah melahirkan dan bahkan ketika disusui oleh ibu pengganti.

“Pada akhirnya, keputusan tentang bagaimana menjalin ikatan dengan bayi yang lahir dari ibu pengganti, baik melalui induksi laktasi atau metode lain, merupakan pilihan pribadi,” tegas Daniel.

Apa pun keputusan Bunda, ingatlah bahwa setiap orang memiliki perjalanan berbeda dalam menjadi orang tua, dan penting untuk melakukan apa yang paling cocok untuk Bunda sebagai orang tua baru.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda