
menyusui
Curhat Bunda Pertama Kali Menyusui Anak Adopsi dengan Induksi Laktasi: Rasanya Priceless
HaiBunda
Rabu, 23 Nov 2022 07:10 WIB

Setiap manusia dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan ya Bunda. Jika terselip kesedihan perihal apa yang dialami itu wajar dan hak setiap individu untuk mengekspresikannya. Tapi, tetap bersyukur, pantang menyerah, dan putus asa ya Bunda.
Seperti kisah inspiratif dari salah satu Bunda bernama Ade Fariyani yang terus berjuang, tidak putus asa untuk menjadi seorang ibu dengan kekurangan yang dimiliki. Bunda Ade yang terlahir dengan sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH).
MRKH merupakan kondisi bawaan dengan seseorang terlahir dengan rahim atau vagina yang kurang berkembang atau hilang. Meski begitu, Bunda Ade memiliki semangat yang kuat untuk menjadi seorang ibu karena, menurutnya, semua perempuan berhak merasakan nikmatnya menjadi ibu.
Awal mula diagnosis MRKH
Kala itu Bunda Ade berusia 17 tahun dan berada di bangku tiga SMA. Di usia tersebut, mungkin kebanyakan perempuan sudah mengalami menstruasi, tapi berbeda dengannya. Ia yang belum pernah mengalami menstruasi, memutuskan pergi ke dokter untuk memeriksa keadaannya.
Saat itu dokter mengatakan bahwa kondisinya normal dan rahim pun ada. Kemudian, dokter memberinya semacam obat hormon untuk merangsang terjadinya menstruasi. Tapi, setelah tujuh hari dikonsumsi, menstruasi tidak kunjung terjadi.
Dokter pun sempat mengatakan, jika setelah tujuh hari mengonsumsi obat tersebut tapi menstruasi tidak juga keluar, silakan datang untuk berkonsultasi lagi. Namun karena harga obat yang tidak murah, Bunda Ade akhirnya tidak melanjutkan perawatannya.
“Karena waktu itu masih SMA terus ini juga lumayan kan obat-obat cyclo itu agak mahal ya, isi tujuh bijinya waktu tahun berapa itu kan SMA, 300 ribu. Jadi, karena mahal jadi aku gak ke sana lagi gitu kan,” ujar Bunda Ade, dalam obrolan bersama HaiBunda beberapa waktu lalu.
Setelah itu, waktu berjalan hingga Bunda Ade berusia 22 tahun, tepatnya saat itu di tahun 2011 ia pergi untuk memeriksa keadaannya lagi untuk keperluan taaruf dengan seorang pria yang sekarang menjadi suaminya.
Saat diperiksa, Bunda Ade mendapat jawaban yang belum pasti mengenai keadaannya karena dokter pun masih ragu dengan hasilnya. “Di USG tapi dokternya masih ragu-ragu waktu itu, apa namanya katanya rahimnya gak tau nampak ada atau misalnya kecil atau gimana,” ujarnya.
Kemudian, ia dirujuk untuk melakukan USG besar bersama dokter radiologi dan terlihat bahwa rahimnya tidak terbentuk. Sampai akhirnya, ibu dari Bunda Ade menyarankan untuk tidak usah lagi periksa ke dokter dan tidak perlu memberitahu calon suaminya tentang kondisi tersebut.
Namun, Bunda Ade merasa karena ini adalah taaruf dan harus saling terbuka satu sama lain, ia pun menceritakan semuanya. Namun, ternyata calon suami menerima Bunda Ade apa adanya. Setelah menikah, ia dan suami kembali memeriksakan keadaannya dengan mengunjungi dokter lain karena mungkin ada opini yang berbeda.
Ia pun melakukan USG transvaginal di sana. “Aku periksa waktu itu di transvaginal ternyata si USG nya itu cuman masuk sebagian saja di vagina gitu, tidak sampe ke rahim. Ternyata baru ketahuan aku tuh hanya punya sepertiga rahim,” tambahnya.
Memutuskan untuk mengadopsi anak
Kemudian singkatnya, ia berkonsultasi dengan dokter dan mendapat beberapa solusi terkait hal tersebut. Dari beberapa solusi, ia memutuskan untuk mengadopsi anak. Keputusan untuk mengadopsi anak tidak langsung tersimpulkan begitu saja.
Sang suami sebenarnya tidak mempermasalahkan jika hingga tua nanti mereka hidup hanya berdua, tapi setiap Bunda tentu memiliki naluri keibuan yang mungkin tidak bisa dipungkiri dan rindu dengan kehadiran buah hati.
Perjalanan pasangan ini dalam mengadopsi anak pun tidak mudah, mereka harus beberapa kali mendapat hambatan. Misalnya, belum terpenuhi kriteria dari persyaratan untuk menjadi orang tua asuh ataupun dalam mengadopsi anak. Hingga akhirnya mereka mencari keluarga yang memang mau mengadopsikan bayinya kepada mereka.
Klik halaman berikutnya yuk Bunda untuk tau lebih lanjut tentang induksi laktasi.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Saksikan juga yuk video tentang mengenal metode induksi laktasi, menyusui tanpa kehamilan.
MENGENAL PROSEDUR INDUKSI LAKTASI
Curhat Bunda Pertama Kali Menyusui dengan Induksi Laktasi: Rasanya Priceless/Foto: Getty Images/iStockphoto/kdshutterman
Bisa menyusui dengan induksi laktasi
Untuk bisa menyusui bayinya, Bunda Ade juga melakukan induksi laktasi atau induced lactation. Biasanya prosedur ini memang khusus dilakukan para Bunda yang ingin menyusui bayi adopsi. “Induced lactation ini dikhususkan biasanya untuk ibu adopsi yang mau menyusui bayi gitu, bayi adopsinya,” jelasnya.
Caranya adalah dengan membuat tubuh Bunda seperti hamil, ada juga konsumsi obat untuk menaikkan hormon. Kemudian, sepanjang menunggu calon bayi adopsi lahir, Bunda mengonsumsi pil KB, melakukan pumping setiap dua jam sekali, minum ASI booster, minum air mineral yang banyak, dan lainnya. Setelah itu, susuilah Si Kecil.
ASI dari Bunda dengan induksi laktasi ini memang tidak sebanyak busui normal pada umumnya. Jadi, tetap harus ditambah dengan susu formula karena untuk membantu berat badan Si Kecil.
“Jadi, saat menyusui kita juga dipasang selang Bun, jadi bayi menyusui ke puting dan selangnya itu ke botol dot yang isinya sufor,” tambahnya.
Hal itu dilakukan agar Si Kecil bisa sekaligus mendapat ASI dari payudara dan susu formula. Ini bisa membuat Si Kecil kenyang dan Bunda juga tetap terangsang produksi ASInya.
Awal mula mengenal induced lactation
Sebelum Bunda Ade memutuskan mengadopsi bayi, ia mengaku pernah bekerja di daycare yang memang pro ASI. Jadi saat menjalani training di sana, ia mendapatkan informasi mengenai induksi laktasi walaupun memang belum banyak.
Bunda Ade bercerita bahwa sebelum ia melakukan induksi laktasi, ia mendapatkan informasi pertama kali dari dokter anak di Depok. Kemudian, ia mencari konsultan laktasi yang ada di Bandung.
Satu bulan sebelum anak adopsi pertamanya lahir, Bunda Ade melakukan konsultasi laktasi mengenai apa saja yang harus dilakukan, seperti pra menyusui, saat menyusui, dan pasca menyusui. Selain mempersiapkan hal-hal tersebut, mempersiapkan mental juga sangat penting.
Sebab menyusui tidak semudah yang dipikirkan dan dibayangkan. Bunda Ade memutuskan untuk melakukan induksi laktasi ini adalah karena ASI merupakan makanan terbaik untuk Si Kecil dan bisa menjadi mahram baginya.
Dalam menjalani induksi laktasi ini, Bunda Ade juga mengalami beberapa hambatan, Misalnya, harus meminum obat setiap hari bahkan sehari bisa lima kali. Kemudian, meminum ASI booster, menjaga asupan air mineral yang banyak, minum susu dan lain sebagainya.
Selain itu, ia juga harus melakukan pumping setiap dua jam sekali selama 10 sampai 15 menit sebelum Si Kecil lahir. Sehingga saat Si Kecil lahir, Bunda langsung bisa menyusui.
Rasanya pertama kali menyusui Si Kecil: Priceless
Bunda Ade mengaku, pertama kali menyusui Si Kecil rasanya priceless. “Ya kebayang lah maksudnya aku dengan diagnosa seperti itu yang kata dokter tidak bisa punya keturunan, tidak bisa hamil, tidak bisa melahirkan, trus alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk menyusui bayi gitu, menyusui anak sendiri gitu kan, wah masyaallah banget gitu,” ujarnya.
Kini Bunda Ade sudah memiliki dua anak adopsi yang ia susui. Ia pun sangat bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk menyusui anak-anaknya dengan kondisi yang dialami. Bunda Ade juga berpesan kepada Bunda lain yang mengalami MRKH untuk tetap semangat karena setiap Bunda itu punya harapan.
Jangan berpikir bahwa diri Bunda itu tidak berguna atau tidak berharga karena sebenarnya diagnosa itu bukan tolak ukur keberhargaan diri. “Harus sabar, harus pelan-pelan menerima dengan kondisi kita seperti ini. Terus untuk pasangan yang punya istri yang MRKH juga, support dari pasangan itu yang luar biasa, pasangan dan keluarga itu yang luar biasa,” jelasnya.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Menyusui
Faktor Penting yang Pengaruhi Keberhasilan Relaktasi dan Induksi Laktasi

Menyusui
Kisah Bunda Jalani Induksi Laktasi demi Bisa Menyusui Dua Anak Angkatnya

Menyusui
Bisakah Menyusui Bayi yang Lahir dari Ibu Pengganti? Begini Kata Pakar

Menyusui
Mengenal Induksi Laktasi, Metode yang Bikin Bunda Bisa Menyusui Tanpa Kehamilan

Menyusui
5 Tips Lakukan Induksi Laktasi untuk Merangsang Produksi ASI


5 Foto
Menyusui
5 Potret Nola Be3 Galau Menyapih Nakeya meski Telah Menyusui Lebih dari 2 Th
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda