MENYUSUI
Benarkah ASI Picu Obesitas pada Bayi? Simak Faktanya Bun
Dwi Indah Nurcahyani | HaiBunda
Senin, 10 Jun 2024 16:30 WIBASI menjadi nutrisi paling bergizi dan aman untuk bayi. Tetapi, ada yang beranggapan bahwa ASI bisa memicu obesitas pada bayi. Benar enggak sih, Bunda?
Obesitas memang menjadi tantangan tersendiri. Memaparkan pola hidup sehat sejak dini dapat meminimalisir ancaman obesitas pada anak saat mereka bertumbuh dewasa nanti.
ASI memicu bayi obesitas?
Memutuskan untuk menyusui merupakan hal yang paling direkomendasikan mengingat ASI memiliki banyak manfaat untuk ibu dan juga bayi. Ada banyak manfaat kesehatan bagi anak dari menyusui, termasuk pencegahan infeksi seperti infeksi telinga, diare, dan infeksi bakteri, dan virus lainnya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa menyusui dapat membantu melindungi terhadap diabetes dan beberapa jenis kanker. Menyusui memberikan kehangatan dan kedekatan antara Bunda dan bayi. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian ASI pada anak pada tahun pertama kehidupannya.
Selain memberikan manfaat pada bayi, menyusui juga mendatangkan manfaat banyak untuk ibu. Ibu yang menyusui cenderung lebih cepat menurunkan berat badan saat hamil. Hormon yang dilepaskan saat menyusui membantu mengembalikan rahim ke ukuran normal dan dapat mencegah pendarahan pasca melahirkan.
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang menyusui memiliki peluang lebih rendah terkena kanker ovarium dan kanker payudara di kemudian hari. Banyak ibu juga merasakan kegembiraan dan kepuasan dari hubungan yang mereka alami dengan anak mereka saat menyusui.
Pemberian ASI justru bisa turunkan risiko bayi obesitas
Di luar deretan manfaat baik dari menyusui, ternyata bayi yang disusui juga dapat terhindar dari obesitas ya, Bunda. Perlu diketahui bahwa salah satu manfaat kesehatan penting dari menyusui adalah pencegahan obesitas.
Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan paling serius yang dihadapi anak-anak dan orang dewasa saat ini. Obesitas pada masa kanak-kanak kerap menyebabkan obesitas pada masa dewasa, yang menyebabkan banyak masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, diabetes, dan bahkan kematian dini.
Para peneliti mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana menyusui dapat membantu mencegah obesitas. ASI memberi bayi Bunda makanan yang mudah dicerna dan sangat bergizi, dan anak akan memutuskan berapa banyak yang harus dimakan dan kapan memakannya.
Baik ASI itu sendiri maupun cara bayi menyusu membantu mereka mengembangkan pola makan yang sehat. Bayi yang mendapat ASI tampaknya lebih mampu mengatur asupan makanannya sehingga berisiko lebih rendah mengalami obesitas.
Karena menyusui memberikan bayi Bunda makanan yang mudah dicerna dan bergizi, Bunda tidak perlu memberikan bayi Anda makanan padat sampai ia berusia 6 bulan. Pengenalan makanan padat sejak dini atau memberi anak makanan padat seperti sereal atau makanan bayi kemasan, dikaitkan dengan risiko alergi makanan dan risiko obesitas yang lebih tinggi seperti dikutip dari laman Jama Network.
Ini adalah alasan bagus lainnya untuk memberi bayi Bunda nutrisi sehat yang diberikan ASI. Data terbaru menunjukkan bahwa bayi yang kelebihan berat badan berisiko lebih tinggi mengalami kelebihan berat badan atau obesitas minggu-minggu pertama.
Cara mencegah obesitas pada bayi ASI
Obesitas semakin meningkat seiring bertambahnya usia anak. Untuk usia 6 hingga 11 tahun, setidaknya satu dari lima anak mengalami kelebihan berat badan. Selama dua dekade terakhir, jumlah ini meningkat lebih dari 50 persen dan jumlah anak yang mengalami obesitas meningkat hampir dua kali lipat.
Bagi sebagian besar anak, kelebihan berat badan disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat (terlalu banyak kalori) dan terlalu sedikit aktivitas fisik. Karena kebiasaan ini sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak, maka upaya pencegahan obesitas harus dimulai sejak dini.
Bagi bayi, Bunda juga bisa memulai pengenalan pola makan sehat dala kesehariannya. Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan ya, Bunda:
1. Sajikan minuman sesuai usia.
2. Tawarkan air minum yang aman dan teratur sebagai pengganti minuman buah, soda, dan minuman manis lainnya.
3. Pastikan anak-anak usia 1-6 tahun dibatasi hingga 4 -6 ons jus per hari.
4. Sajikan 100 persen minuman tanpa pemanis tambahan.
5. Tawarkan susu skim atau susu pasteurisasi untuk semua anak di atas usia 2 tahun, atau susu pasteurisasi utuh untuk anak-anak usia 1-2 tahun.
6. Berikan diet variatif dan seimbang yang menekankan pada makanan olahan minimal seperti dikutip dari laman Hsph.harvard.
7. Tawarkan campuran sayuran dengan warna berbeda setiap hari, terutama sayuran hijau tua, merah, dan oranye.
8. Sajikan berbagai macam buah utuh, bukan jus.
9. Pastikan semua roti, sereal, dan pasta yang disajikan adalah gandum utuh.
10. Pilih protein tanpa lemak yang menyehatkan jantung seperti kacang-kacangan, ayam, polong-polongan, dan yogurt rendah lemak atau keju cottage.
11. Pilihlah makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal atau tak jenuh ganda yang sehat seperti minyak zaitun daripada makanan tinggi lemak trans atau lemak jenuh, seperti makanan ringan kemasan, makanan yang digoreng atau diolah dengan minyak terhidrogenasi parsial, mentega, dan daging merah.
12. Dorong pertumbuhan yang sehat pada anak-anak dengan menjauhkan makanan berkalori tinggi dan rendah nutrisi.
13. Hindari makanan tinggi lemak trans dan atau lemak jenuh.
14. Hindari makanan asin dan rendah nutrisi seperti keripik.
15. Hindari makanan tinggi gula seperti susu beraroma, soda, atau permen.
16. Dorong keterlibatan keluarga dalam pola makan sehat.
17. Memberikan pedoman nutrisi tertulis dan menu harian di rumah.
18. Memastikan makanan yang dibawa dari rumah memenuhi standar tertulis.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak video di bawah ini, Bun:
5 Penyakit Rentan Menghampiri Anak dengan Obesitas, Waspada Bun
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Bisakah Bayi ASI Alami Obesitas? Ini Jawaban Dokter Anak
Ketahui 3 Risiko bila Bunda Alami Obesitas saat Menyusui Si Kecil
Kenali 6 Penyebab Bayi Tidak Mau Menyusu
Bayi ASI Mengalami Sembelit? Kenali Penyebab dan 5 Gejalanya
TERPOPULER
Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini
Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi
Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya
Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia
Cerita Aline Adita Akhirnya Berhasil Hamil setelah 7 Th Jalani Promil
REKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Face Mist Terbaik untuk Lembapkan Kulit Wajah
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
5 Pilihan Tas Sekolah Anak TK-SD yang Bagus hingga Awet, Bisa Buat Perempuan & Laki-laki
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Cleansing Oil untuk Semua Jenis Kulit dari Berminyak dan Berjerawat
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Slow Cooker Terbaik, Solusi Masak MPASI untuk Bayi
Azhar HanifahREKOMENDASI PRODUK
Review Main Virtual Sport di VS Thrillix AEON Mall Tanjung Barat, Lengkap dengan Harga Tiket
Firli NabilaTERBARU DARI HAIBUNDA
Curhat Inul Daratista Usai Kabarkan Adam Suseno Sudah Boleh Pulang dari RS
Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya
Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi
Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini
Idol K-Pop Hadiri Paris Fashion Week, Cha Eun Woo hingga Mingyu SEVENTEEN
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Terungkap, Pacar Berondong Olla Ramlan Diduga Teuku Ryan
-
Beautynesia
Saatnya Move On, Ini 3 Tanda Kamu Berjuang Sendirian dalam Hubungan
-
Female Daily
Mulai Menjamur, Body Mist Diprediksikan Bakal Jadi Tren di Tahun 2025!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
7 Gaya Kim Kardashian Dikritik bak Penunggu Rumah Bordil, Terlalu Seksi
-
Mommies Daily
Cara Efektif Menegur Anak dalam 1 Menit ala dr. Aisah Dahlan, Orangtua Harus Coba